Loading...
Logo TinLit
Read Story - Snow
MENU
About Us  

Pria itu berjalan gontai , seharusnya ia tidak melakukan tindakan bodoh ini. Lagipula ia ingin sekali menemani gadis itu , kenapa malah bersikap seperti ini dan menjauh ? Pasti yang dirasakan gadis itu adalah perasaan bersalah. Terlihat sekali dari raut wajah dan nada bicaranya. Ia yang bodoh. Apa ia harus kembali lagi ? Mengatakan jika apa yang dikatakannya tadi tidak benar ? Apa gadis itu akan mau menerima permintaan maafnya ? Bagaimana sekarang ? Terlalu sibuk dengan pikirannya yang berkecamuk , pria itu tanpa sengaja menabrak pejalan kaki yang berjalan berlawanan arah. Seorang wanita. Wanita itu jatuh hingga menimbulkan suara gedebuk yang cukup keras , cangkir kopi panasnya jatuh. Mengundang perhatian orang – orang yang melintas.

“ Ah , maafkan saya , apa kau tidak apa – apa ?” Ucap pria itu sambil menjulurkan tangannya , agar wanita itu bisa berdiri.

“ Terima kasih “ Ucap wanita itu , saat wanita itu sudah berdiri dengan benar sambil merapikan mantel merah tuanya.

“ Sekali lagi maafkan aku “ Ucap pria itu

“ Sudahlah , aku juga tidak memperhatikan jalanan dengan benar tadi. Aku Ellen. Siapa namamu ? “ Ucap wanita itu.

Ellen ? Kenapa namanya seperti tidak asing saat ia mendengarnya ? Apa mungkin ia mengenal wanita ini ? Tapi kenapa ia tidak bisa ingat apapun tentang wanita ini ?

“ Apa kau bisa mendengarku ? Hallo ? ” Ucap Ellen sambil mengibaskan tangannya diudara , dihadapan wajah pria itu.

“ Aku …. sepertinya mengenalmu “ Ucap pria itu

“ Benarkah ? “ Ucap Ellen. Pria itu mengangguk samar. Pikirannya masih menerawang.

Handphone Ellen bergetar , sepertinya seseorang menelpon. Ellen menjauh dengan memberikan isyarat ‘ tunggu sebentar ‘ pada pria itu. Pria itu lagi – lagi hanya mengangguk samar. Lima menit kemudian , Ellen kembali dan mengatakan jika ia harus segera pergi.

“ Kuharap kita bisa bertemu lagi. Kalau begitu , sampai nanti “ Ucap Ellen.

Pria itu mengangguk dan memperhatikan punggung Ellen hilang dibalik kelokan jalan. Aneh sekali. Pikirnya. Pria itu kembali melanjutkan perjalanannya dan hampir lupa atas apa yang ia pikirkan tadi. Ia harus menemui gadis itu. Pria itu membalikkan badannya dan berlari menuju ketempat dimana ia dan gadis itu bicara. Kosong. Tidak ada siapapun disana. Kemana gadis itu ? Apa mungkin gadis itu memutuskan untuk pulang ? Benar juga. Pria itu kembali membalikkan badannya dan berlari menuju apartemen gadis itu yang tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri. Pria itu mengatur nafasnya saat sudah sampai di depan pintu apartemen gadis itu. Ia harus memecet tombol bel ini. Tapi kenapa rasanya berat sekali ? Barusaja jarinya sampai ditombol bel dan bahkan belum sempat menekannya. Gadis itu tiba – tiba saja membuka pintu dan berdiri mematung melihat pria itu berada tepat dihadapannya.

“ Apa yang …. kau lakukan ?” Ucap gadis itu. Bertamu ? Tentu saja.

Segera pria itu menurunkan tangannya sebelum dilihat aneh oleh gadis dihadapannya.

“ Apa aku boleh masuk ? “ Ucap pria itu. Gadis itu mengangguk dan memberikan jalan kepada pria itu.

Pria itu masuk dan duduk disofa ruang tengah tanpa melepas mantelnya , membuat gadis itu berfikir jika mungkin saja pria ini hanya mampir sebentar untuk kemudian pulang. Apa karena kejadian tadi ? Bukankah pria ini bilang ia akan menjauh dari hidupnya ? Walaupun sempat kaget , ia lega jika memang benar begitu.

Mereka berdua diam. Gadis itu sibuk dengan novelnya beberapa menit yang lalu , dan pria itu sibuk dengan ponselnya. Satu jam berlalu dengan keheningan. Pria itu meletakkan ponsel tersebut kedalam sakunya dan menatap gadis dihadapannya.

“ Apa kau mau mengatakan sesuatu ?” Ucap gadis itu.

“ Aku hanya …. ingin minta maaf karena tindakanku tadi “ Ucap pria itu dengan menatap gadis dihadapannya. Tatapan pria itu membuat gadis itu otomatis mengalihkan pandangan. Gadis itu hanya diam. Menerka – nerka dalam hati , jawaban apa yang pas untuk hal ini.

“ Apa itu tujuanmu datang kesini ?” Ucap gadis itu.

“ Iya , dan aku akan pulang jika aku dapatkan jawabannya darimu. Kau tidak ingin aku disini kan ? “

“ Aku memaafkanmu “ Ucap gadis itu. Ia juga tidak tahu kenapa jawaban itu bisa langsung keluar. Walaupun ia tidak ingin mengatakannya. Pria itu berdiri dan bersiap – siap untuk pulang.

“ Tapi …. “ Langkah pria itu terhenti. Menunggu gadis itu melanjutkan perkataannya.

“ Apa hanya itu yang ingin kau katakan ? Tidak ada hal lain yang ingin kau beritahukan kepadaku ? ” Ucap gadis itu.

Deg! Pria itu menggeleng “ Tidak , hanya itu yang ingin kukatakan “ Ucap pria itu.

Bahu gadis itu lemas. Sampai kapan pria itu menyembunyikan perasaanya ? Bukankah sikapnya selama ini terlalu kentara ?

“ Tunggu … “ Ucap gadis itu. Lagi – lagi , langkah pria itu terhenti sebelum ia sempat memasang sepatunya.

Gadis itu memberikan sebuah gelang hitam ber inisial ‘A’ .

“ Ini untukmu , anggap saja sebagai hadiah pertemanan , aku juga punya gelang yang sama.” Ucap gadis itu sambil menunjukkan gelang yang sama persis terpasang ditangan kanannya. Pria itu menerima gelang tersebut. Seperti tidak asing saat menerima gelang tersebut , walaupun baru pertama kali ia menerima sesuatu yang seperti ini.

“ Jaga baik – baik “ Ucap gadis itu. Pria itu mengangguk dan tersenyum kepada gadis itu.

Gadis itu tersenyum melihat senyuman pria itu lagi. Seharusnya pria itu harus sering – sering tersenyum kepadanya. Lagipula ini pertama kalinya ia memberikan sebuah gelang kepada seorang pria. Untung saja ia tidak terlihat gugup saat memberikannya. 

Gadis itu masih berdiri didepan pintu , walaupun pria itu sudah keluar. Tetapi gadis itu masih tidak beranjak. Berfikir dalam hati. Apa ia pernah sebaik ini ? 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Secuil Senyum Gadis Kampung Belakang
470      360     0     
Short Story
Senyumnya begitu indah dan tak terganti. Begitu indahnya hingga tak bisa hilang dalam memoriku. Sayang aku belum bernai menemuinya dan bertanya siapa namanya.
Her Glamour Heels
549      384     3     
Short Story
Apa yang akan kalian fikirkan bila mendengar kata heels dan berlian?. Pasti di khayalan kalian akan tergambar sebuah sepatu hak tinggi mewah dengan harga selangit. Itu pasti,tetapi bagiku,yang terfikirkan adalah DIA. READ THIS NOWWW!!!!
Gerhana di Atas Istana
22950      5542     2     
Romance
Surya memaksa untuk menumpahkan secara semenamena ragam sajak di atas kertas yang akan dikumpulkannya sebagai janji untuk bulan yang ingin ditepatinya kado untuk siapa pun yang bertambah umur pada tahun ini
F I R D A U S
762      503     0     
Fantasy
Flower With(out) Butterfly
445      307     2     
Romance
Kami adalah bunga, indah, memikat, namun tak dapat dimiliki, jika kau mencabut kami maka perlahan kami akan mati. Walau pada dasarnya suatu saat kami akan layu sendiri. Kisah kehidupan seorang gadis bernama Eun Ji, mengenal cinta, namun tak bisa memiliki. Kisah hidup seorang gisaeng yang harus memilih antara menjalani takdirnya atau memilih melawan takdir dan mengikuti kata hati
IP 3.98 Minus
1437      887     8     
Short Story
IP bukanlah segalanya. Kuberitahu kau, Nyonya!
MANGKU BUMI
164      153     2     
Horror
Setelah kehilangan Ibu nya, Aruna dan Gayatri pergi menemui ayahnya di kampung halaman. Namun sayangnya, sang ayah bersikap tidak baik saat mereka datang ke kampung halamannya. Aruna dan adiknya juga mengalami kejadian-kejadian horor dan sampai Aruna tahu kenapa ayahnya bersikap begitu kasar padanya. Ada sebuah rahasia di keluarga besar ayahnya. Rahasia yang membawa Aruna sebagai korban...
Cinta Aja Nggak Cukup!
5072      1664     8     
Romance
Pernah denger soal 'Triangular theory of love' milik Robert Sternberg? The one that mentions consummate love are built upon three aspects: intimacy, passion, and commitment? No? Biar gue sederhanakan: Ini cerita tentang gue--Earlene--dan Gian dalam berusaha mewujudkan sebuah 'consummate love' (padahal waktu jalaninnya aja nggak tau ada istilah semacam itu!). Apa sih 'consummate love'? Penting...
Sunset in February
993      548     6     
Romance
Februari identik dengan sebutan bulan kasih sayang. Tapi bagi Retta februari itu sarkas, Februari banyak memberikan perpisahan untuk dirinya. Retta berharap, lewat matahari yang tenggelam tepat pada hari ke-28, ia dapat melupakan semuanya: cinta, Rasa sakit, dan hal buruk lain yang menggema di relung hatinya.
Kala Saka Menyapa
12376      2909     4     
Romance
Dan biarlah kenangan terulang memberi ruang untuk dikenang. Sekali pun pahit. Kara memang pemilik masalah yang sungguh terlalu drama. Muda beranak begitulah tetangganya bilang. Belum lagi ayahnya yang selalu menekan, kakaknya yang berwasiat pernikahan, sampai Samella si gadis kecil yang kadang merepotkan. Kara butuh kebebasan, ingin melepas semua dramanya. Tapi semesta mempertemukannya lag...