"Eomma dan appa bagaimana bisa mengunjungi bibi di Gwacheon dan membiarkan putri mereka kelaparan." gerutu Cheonsae.
Sambil memegang perutnya, ia berkata dengan suara seperti anak kecil, "Baegopeun baegopeun." (lapar)
Jam dinding menunjukkan pukul setengah 7 malam. Ia pun memutuskan untuk pergi ke restoran terdekat untuk mencari makanan, jika ia memesan paket delivery, Seokjin akan mengomelinya karena disangka boros.
"Ah dimana kartu transportasiku?" tanya Cheonsae pada dirinya sendiri sambil menyusuri meja belajarnya.
"Cheonsae baegopeun." ucapnya lagi dengan suara bayi setelah menemukan kartu yang dicari.
Dengan segera, ia keluar dari kamar. Kamar Seokjin tertutup rapat, dan tidak ada suara di lantai bawah. Artinya, Seokjin berada dalam kamar dan ia bisa keluar dari rumah tanpa diinterogasi.
Cheonsae pun menuju halte terdekat dan pergi ke restoran yang ia maksud. Tetapi sepertinya ia tidak beruntung, restoran tutup lebih cepat dari biasanya.
"Ah eottohke.." rengek Cheonsae.
Ia pun mengeluarkan ponsel dan mencari restoran atau tempat makan terdekat dari posisinya saat ini. Setelah menemukannya, ia pun berjalan menuju tempat makan itu.
Ketika sampai area parkir, ia melihat sebuah motor. Ia merasa tidak asing dengan motor itu, tetapi ia tidak bisa mengingat siapa pemilik kendaraan tersebut.
Ia pun hendak melangkahkan kakinya untuk masuk, tetapi sebelum melewati pintu kaca bertuliskan 'coffee bay' itu, Cheonsae memutuskan untuk mundur.
Di salah satu meja, ia menemukan seseorang yang merupakan pemilik motor tersebut. Min Yoongi.
Terlihat Yoongi sedang mengobrol dengan Yerin, dan wajah mereka tampak sangat dekat.
"Lupakan saja, itu hanya rumor yang dibuat makhluk iseng. Geurae, maja. Tidak perlu diingat. Lupakan saja semuanya." ucap Cheonsae lirih, berusaha menegaskan dirinya dengan mengingat ucapan Yoongi saat pulang sekolah.
"Yerin eonni, gadis primadona seperti dia bisa dengan mudah menolak Seokjin oppa dan kembali bersama Yoongi oppa." katanya lagi.
Tidak terasa air mata mulai menetes. Cheonsae pun memutuskan untuk kembali ke rumahnya tanpa membawa apapun.
Sepanjang perjalanan, Cheonsae hanya menatap kaca bus disampingnya dengan pandangan kosong. Matanya berkaca-kaca, harapannya untuk menggapai Min Yoongi sepertinya terlalu tinggi untuk dicapai.
Sesampainya di rumah, Seokjin duduk bersila di lantai sambil memakan ramen di depan televisi.
"Oh darimana? Ku pikir kau ada di dalam kamarmu."
"Apakah masih ada ramen di dapur?"
"Umm yeah beberapa." ucap Seokjin dengan mulut penuh ramen.
Cheonsae pun menuju dapur dan memasak ramen. Tidak lama ia kembali dengan panci yang berisi ramen, hampir penuh terisi, ia memasak 2 bungkus ramen.
"Kau tadi pergi kemana? Mengapa tidak bilang? Bagaimana jika kau dibawa kabur orang gila di luar sana?" Seokjin mengintrogasi Cheonsae ketika gadis itu meletakkan panci dan duduk bersila.
"Bahkan orang gila akan takut melihatku." sahut Cheonsae.
"Ah maja, kau lebih menyeramkan dari orang gila ketika malam hari."
Mereka pun sibuk menikmati makanan masing-masing. Hanya terdengar suara isapan ramen dari sumpit yang mereka pakai untuk makan.
Akan tetapi, tidak lama terdengar isakan Cheonsae.
"Oh jamkkanman! Kau menangis?" tanya Seokjin.
"Ah aniya." Cheonsae tersenyum. "Ramen ini sangat pedas, hingga air mataku keluar, sepertinya ini karena aku memasak dua ramen sekaligus dan membuatnya sangat pedas."
Seokjin hanya terdiam. Ia tahu ramen yang mereka makan tidak terlalu pedas, sekalipun memasak dua ramen--karena Seokjin juga melakukannya.
"Ini sangat pedas, tidak seperti biasanya. Ah aku tidak kuat." ucap Cheonsae sambil membawa pergi panci itu ke dapur. Ia tetap memakannya selama berjalan menuju dapur.
"Ada apa dengannya?" gumam Seokjin.
Sesampainya di dapur, Cheonsae mencuci peralatan makannya dan segera kembali ke kamar setelah itu.
Ia mengunci pintu kamarnya. Ia kembali teringat apa yang Yoongi katakan dan kejadian yang baru saja ia lihat.
Harapanmu pada Yoongi oppa terlalu tinggi, dasar bodoh. Cheonsae menegaskan pada dirinya sendiri.
= = =
Yoongi tidak berniat langsung pulang setelah Yerin meninggalkannya sendiri di coffee bay. Ia memilih untuk tinggal disana sejenak sambil menghabiskan makanan ringan yang ia pesan.
Ia pun teringat jika rumah Cheonsae tidak jauh dari tempat ia berada saat ini. Tanpa berpikir lagi, ia pun memutuskan untuk menuju ke kediaman Cheonsae.
Aku berada didepan rumah, bisakah kau keluar?
Yoongi mengirimkan sebuah pesan kepada Cheonsae, berharap gadis itu berada dirumah, dan mengajaknya pergi--jika mungkin.
Cheonsae
Aniya, aku sedang pergi ke Gwacheon, mungkin kembali larut malam nanti atau besok pagi. ada apa tiba-tiba datang?
Ah kukira kau berada dirumah, semua lampu dilantai atas rumahmu menyala, jadi ku pikir kamarmu juga xx
Joesonghaeyo oppa.
Setelah percakapan singkat itu, Yoongi pun meninggalkan area rumah Cheonsae karena seseorang yang ia cari tidak berada di rumah.
Ia pun memilih pergi ke rumah Taehyung karena ia sangat bosan di rumah. Kurang lebih setengah jam ia berada di atas motor ninja hitam membelah jalanan Seoul yang cukup padat dan tiba di rumah--tepatnya mansion--bergaya Eropa.
Yoongi bertemu dengan asisten rumah itu dan ia pun menunggu Taehyung keluar dari kamarnya dengan duduk di sofa yang terletak di ruang santai.
Orang tua Taehyung sedang menghadiri makan malam dengan berbagai perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan mereka. Sehingga mansion itu hanya menyisakan Taehyung dan asisten rumah.
Tidak lama Taehyung datang dengan wajah mengantuk. Ia baru saja bangun tidur, tebak Yoongi.
"Oh wasseo, ada apa?" tanya Taehyung sembari menjatuhkan tubuhnya di sofa dan meletakkan punggungnya pada sandaran sofa.
"Aku hanya sedang bosan di rumah, lebih baik kau kembali tidur saja aku akan pulang."
"Aniya, jika aku tidur lagi maka aku akan terbangun tengah malam nanti."
Asisten rumah datang dengan membawa nampan yang berisi susu yang disimpan di lemari pendingin dan beberapa camilan.
"Gomawo." ucap Taehyung dan Yoongi bersamaan.
Setelah asisten rumah itu meninggalkan mereka, Yoongi kembali berkata, "Yerin menemuiku."
Taehyung langsung membelalakan matanya terkejut. "Mwo? Mengapa kau malah berkencan dengan Yerin bukan Cheonsae?"
"Ya! Aku tidak berkencan dengan Yerin, dan juga tidak dengan Cheonsae."
"Arrasseo. Apa yang kalian bicarakan?"
"Dia bertanya apakah aku mengencani anak kepala sekolah itu, dan aku jelas menjawab tidak."
"Lalu?"
"Aku tidak mengerti maknanya, tetapi dia berkata 'Aku tidak menjamin kau akan selamat setelah singa yang kau pancing benar-benar terbangun dari tidurnya,'" ucap Yoongi sambil berusaha mengingat perkataan Yerin beberapa saat yang lalu.
Taehyung berpikir sejenak. "Sepertinya hanya para manusia dengan IQ lebih dari 140 yang bisa memahami makna tersiratnya."
"Yeah mungkin Yerin memiliki IQ setinggi itu."
"Kurasa, Yerin berusaha mengatakan seseorang yang berhubungan dengan Cheonsae, tetapi dia ingin kau sendiri yang mengetahuinya."
Yoongi menghela napas. "Aku merasa Yerin berusaha memperingatkanku jika berkencan dengan Cheonsae bukanlah hal baik. Kau juga melihat saat Yerin tiba-tiba datang memelukku setelah Cheonsae memberi botol minum saat latihan basket."
"Ah maja. Aku ingat. Apa yang Yerin katakan mengenai itu?"
"Aku tidak membahasnya tadi. Tetapi saat dia melakukannya, dia berkata agar aku membiarkan dia memeluk sebentar dan dia juga meminta agar aku menganggap dia tidak pernah melakukan itu. Kurasa seperti itu, aku tidak terlalu mengingatnya." Yoongi terkekeh.
"Heol aku benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi disini." ucap Taehyung menyerah dan memilih untuk meminum susu yang berada di hadapannya.
Mereka memilih untuk menyudahi percakapan mengenai Yerin dan Cheonsae. Sebelum malam semakin larut, Yoongi pun pamit untuk pulang.
Ketika Yoongi bersiap menjalankan motornya, Taehyung kembali memanggil. "Yoongi-ya! Kita akan makan enak besok malam!"
"Ne? Apa team basket menang?"
"Geuraeyo, Kim Taehyung yang melatih, mana mungkin mereka gagal."
Yoongi mendengus. "Terserah kau saja. Aku pergi.." pamit Yoongi sebelum motornya benar-benar meninggalkan area mansion Taehyung itu.
= = =
tbc
YOONGI OPPA :)
Comment on chapter #prolog