“Bukannya lo masih ada si Jaka?”
“Baru putus,” Jean melihat anak-anak teater yang sedang sibuk berlalu lalang di depan mereka.
“Kayaknya udah abis.”
“Em, gak mungkin.” Dias menerawang semua orang yang ada di sana.
“Lo mau ngoleksi mantan berapa, sih? Lo tahu gak? Lo tu keliatan murahan kalo kayak gini.”
“Lo sendiri kan tahu kalo gue mau dijodohin. Udah, masih ada anak musik, tuh.”
Jean beralih melihat ke salah satu ruangan yang digunakan khusus untuk anggota musik. Terdengar bunyi musik dari ruangan itu. Jean tak bisa beralih dari tulisan yang tertera di sana. Telinganya tiba-tiba egois dan hanya ingin mendengarkan suara dari ruangan itu. Semakin lama, dirinya semakin fokus pada ruangan itu.
“Hai, Jean,” Panggil Dias sambil menggoyangkan tubuh Jean yang terlamun dan mengacuhkan dirinya.
Jean mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali sebelum sepenuhnya sadar.
“Lo ngelamun apa tadi?”
“Gak.”
“Ayo…”
“Gak tahu.”
“Lo naksir seseorang, ya?”
“Gak ih, jangan asal ngomong.”
“A.. pasti sama orang yang ketemu kemarin-kemarin, ya..”
“Itu kakak temen gue,” Tegas Jean.
“A…. Hei, Jean lagi falling love!” Dias agak berteriak.
Jean menghela nafasnya saat semua temannya melihat kearahnya dengan ekspresi kaget. Wajar saja, Jean adalah satu-satunya wanita yang paling acuh terhadap pria. Sampai ada yang bilang jika dia mustahil punya pacar.
Jean beralih melihat kembali ruangan itu. Sungguh ia benar-benar terkejut. Sangat terkejut. Ternyata semua anggota pemain musik teater sudah keluar dari ruangan itu dan menatap ke arahnya. Mereka juga sama terkejutnya.
Perkataan Jean tadi benar-benar berpengaruh besar. Jean melihat ke semua orang yang menatapnya.
‘Memangnya kalau gue falling love seaneh itu, ya?’ Tanya Jean dalam hati.
“What?!” ucap Jean yang kesal ditatap seperti itu.
“Katakan jika itu salah,” Ucap salah seorang.
“Ya, memang salah.” Semua orang yang berada di sana mengembil nafas lega dan kembali beraktivitas.
Jean kebingungan melihat hal itu. Ia tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan mereka. Ia kemudian beralih melihat ke arah anggota musik. Semuanya berjalan santai dan bubar. Kecuali satu orang yang ragu-ragu menatapnya. Jean semakin penasaran dengan orang yag menatapnya itu. Ia terus menatap orang itu yang sesekali berbalik dan melihatnya. Jean belum pernah mengenal orang itu, tapi ia merasa sangat mengenalnya. Otaknya terus berputar mencari-cari siapa orang itu di memorinya.
“Ha!” Suara itu beriringan dengan tangan seseorang yang menutup mata Jean.
Jean meraba-raba tangan orang itu yang menutupi matanya. Jari-jari itu agak besar dari jari-jarinya. Dan hanya itu yang ia tahu.
“Siapa, sih? Kurang kerjaan banget,” Jean mencubit tangan orang itu hingga orang itu menjerit kesakitan.
“Aw! Gila lo Jean,” Gerutu orang itu. Jean tidak peduli, ia segera meninggalkan orang itu tanpa melihatnya. “Udah dicubit, ditinggalin lagi. Nyebelin lo!”
Jean tidak menghiraukan teriakan orang itu. Ia hanya tersenyum kcil sambil terus berjalan menjauh dari orang itu. Hanya dengan suara saja Jean bisa tahu siapa orang itu. ia tidak ingin berurusan dengan orang itu lagi. Orang itu selalu membawanya ke masalah lamanya.
Oleh Luthfita