“Apa kau sedang membodohiku?” Orang itu menatap Rangga yang berdiri di belakang Jean.
“Dia hanya mengantarku, pak.”
“Sana masuk,” Orang itu berjalan melalui Jean. Jean mengangguk kecil. Ia segera berjalan menuju ruang latihan dan masuk ke dalam.
>>>>><<<<<
Orang itu menghampiri Rangga yang berada tidak jauh dari tempat Jean tadi. “Lama tidak bertemu, Rangga.”
“Iya, pak,” Rangga membalas jabatan tangan orang itu sambil tersenyum.
“Apa kau tidak sibuk?”
“Memangnya ada apa, pak?”
“Begini, ada permintaan ke teater untuk membuat pertunjukan drama. Tapi, drama musikal. Nah, kamu kan pernah buat drama musikal tuh. Tapi, naskahnya sudah ada. Jadi bapak cuma bingung gimana ngelatih mereka dalam jangka waktu enam hari lagi dan bapak juga belum bikin persiapan karena ini dadakan. Kamu bisa kan bantu bapak?”
“Em…” Rangga agak berpikir karena penjelasan orang itu sangat panjang. “Gimana, ya? Itu udah lama banget, pak.”
“Ya, bapa bener-bener minta tolong sama kamu. Satu minggu lagi kita pentas.”
“Aduh, pak. Kayaknya gak mungkin,” Rangga menggaruk kepalanya.
“Gini deh. Kalo kamu bisa, bapak usahain masangin kamu sama Jean. PDKT-an, kan?” tebak orang itu.
Rangga tersenyum dan menatap ke arah Jean yang kebetulan baru keluar dari ruang latihan. Jean terlihat sangat kesal dan menggenggam kuat kertas yang berada di tanggannya.
“Oke,” Jawab Rangga sebelum Jean sampai di sana. Orang itu tersenyum puas pada Rangga.
“Pak, kok naskahnya diganti sih?” ucap Jean sambil menunjukkan naskah di tanggannya.
“Ya, bukan salah bapak,” Orang itu mengangkat tanggannya.
“Ih, bapak kan tahu aku bentar lagi UTS.”
“Bukannya sebulan setengah lagi, ya?”
“Ha…” Jean menurunkan naskahnya.
Rangga tersenyum padanya. “Apa?”
Rangga menggelengkan kepalanya. Jean berbalik dan berjalan masuk ke dalam ruang latihan.
“Sepertinya ini akan sulit,” Ucap Rangga sambil melihat Jean yang berjalan pergi.
>>>>><<<<<
Jean menghentikan langkahnya ketika ia melihat sesosok orang yang sedang mengobrol dengan temannya. Orang itu tidak menghadap padanya. Jean mencoba mengingat-ingat sesuatu.
‘Gue lupa apa, ya?’ batin Jean.
Jean melihat orang itu lagi. Kini ia bisa melihat wajah orang itu. Jean mulai ingat jika ia tertinggal sesuatu. Orang itu melihat kepada Jean. Jean semakin yakin jika ia menginggalkan sesuatu.
Orang itu tersenyum padanya. Jean ingat apa yang ia tinggalkan. Ia menelan ludahnya.
‘Gue ketinggalan jas hujannya Dion.’
Jean mengeluarkan ponselnya. Ia segera mencari kontak Dion. Tangannya dengan cepat mengetik sebuah pesan kepada Dion. Jean menatap Dion kembali. Kini ia membalas senyuman Dion tadi dengan senyuman kembali. Jean kembali meneruskan jalannya.
Orang itu mengeluarkan ponselnya.
‘Dion, maaf aku lupa bawa jas hujan kamu. Besok aja, ya?’
Pesan dari Jean. Dion tersenyum dan memasukkan kembali ponselnya.
>>>>><<<<<
Rangga menyolek lengan Jean. Jean melihat ke arah Rangga. Ia kebingungan melihat Rangga yang masuk ke dalam ruang latihan. Rangga dengan santai membaca naskah di samping Jean. Jean tidak memerdulikan Rangga ia membaca kembali naskah yang berada di tangannya.
Semua anggota teater sibuk membaca naskah yang tiba-tiba di ganti. Mereka mencoba menghafal naskah itu lebih cepat karena jangka waktu pementasan hanya tinggal enam hari lagi. Beberapa di antara mereka membuat kelompok-kelompok sesuai dengan peran mereka di dalam pementasan nanti. Ruangan terdengar sangat berisik dengan anggota-anggota yang tidak siap untuk pementasan.