“Jean!” Panggil dua orang secara bersamaan. Jean mengangkat kepalanya. Ia menatap kedua orang itu yang berada di arah yang berlawanan dengannya. Jean terkejut ketika melihat pria itu menghampirinya.
Rangga memperlambat jalannya karena ia terkejut melihat siapa yang berada di depannya. Jean melihat ke arah Rangga.
“E, kak.”
“Hai,” Rangga menghiraukan ucapan Jean dan terus menatap orang itu. Jean beralih menatap orang itu. Orang itu menengguk ludahnya. Ia berjalan mundur secara berlahan sebelum ia berbalik dan berlari menjauh dari mereka.
“HAI!” Orang itu terus berlari dan menghiraukan Rangga yang berteriak padanya.
“Apa kamu…,” Tebak Rangga yang masih menatap orang itu.
“Aku memang punya janji dengannya,” Potong Jean.
“Janji apa?” Rangga beralih menatap Jean.
“Entah lah. Aku tak sempat mendengarnya.”
“Aku tahu kamu berbohong. Ayo, kita pergi,” Ucap Rangga sambil berjalan pergi.
“Memangnya kemana?”
“Nanti juga kamu tahu,” Rangga berhenti berjalan. Jean menegakkan tubuhnya dan menghampiri Rangga. Rangga melirik Jean sebelum melanjutkan jalannya. Ia memilih berjalan mendahului Jean dan tidak seperti biasanya.
Jean tidak peduli dengan perubahan sikap Rangga. Ia hanya berjalan santai sambil memain-mainkan batang permennya. Jean menganggap perilaku Rangga merupakan hal yang wajar untuknya.
“Em… Jean. Disini aja, ya?” ucap Rangga sambil menatap sebuah kedai di hadapannya.
Jean mengalihkan perhatiannya ke kedai yang di maksud Rangga. “Aku kan lagi ngemut permen.”
“Siapa juga yang nawarin kamu,” Ucap Rangga sambil memasuki kedai itu. Jean cemberut dan menatap Rangga dengan tajam. Ia berjalan malas mengikuti Rangga ke dalam kedai.
>>>>><<<<<
Rangga mengaduk-aduk makanannya. Sedangkan Jean terfokus pada ponselnya.
“Jean kamu mau?” Tawar Rangga sambil menyendok makanannya. Jean mengalihkan perhatiannya. Ia menatap Rangga yang sedang menyantap makanannya. Jean kembali menatap layar ponselnya.
“Kamu main apa, sih?” Rangga mengambil ponsel Jean. Jean hanya melirik Rangga dan tetap seperti itu.
“Apa ini?” ucap Rangga sambil memperlihatkan monitor ponsel pada Jean.
“Teks drama,” Jawab Jean sambil menurunkan tangannya. Rangga kembali melihat-lihat layar monitor ponsel Jean.
“Kamu mau aku pesenin?” ucap Rangga sambil mengembalikan ponsel itu pada Jean. Jean langsung mengambil ponselnya dan mematikannya.
“Mbak,” Panggil Rangga. “Tolong buatin satu lagi.”
Jean mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja. “Eh, iya. Maaf, terlalu menikmati jadi lupa sama urusan,”
Jean menatap Rangga. “Em gini aku mau minta bantuan kamu. Aku lagi nyari kerja.”
Jean mengalihakan perhatiannya dari Rangga. Ia tampak ragu dengan permintaan Rangga. Rangga terus menatap pada Jean. “Kenapa?”
“Memangnya kakak jurusan apa?” ucap Jean sambil mengeluarkan permen yang hanya tersisa batangnya saja.
“Emangnya harus sesuai jurusan, ya?” Rangga menyuap makanannya.
“Engga juga. Cuman biar mudah aja gitu,” Jawab Jean dengan sebuah senyuman.
“Dari pagi mondar-mandir, Cuma dapet capeknya,” Balas Rangga sambil mengaduk-aduk makannya.
“Pasti aku bantuin kok,” Ucap Jean sambil menatap makanannya.
“Kamu beneran gak keberatan, Te?”
“Te?”
“Dari TTM.”
“Please deh, kak. Lebay banget deh,”
“O ya. Ini udah hari keberapa?”
“Udah deh kak. Kita kan cuma…”
“Dari tanggal ulang tahun aku. Jadi sekitar… tiga hari, ya? Kok rasanya lama banget, ya?” Potong Rangga. Jean menghela nafasnya. “Kalo gitu dua puluh tujuh hari lagi. Pas hari itu aku punya kejutan buat kamu.”
Jean mengaduk makanannya. “Itu masih lama, kak.”
~
Oleh Luthfita