Jean berdiri di depan gerbang kampus. Ia menunggu Nisa yang menyuruhnya menunggu di dekat gerbang kampus.
Jean sudah cukup lama berdiri di sana. Memanfaatkan waktu yang ada Jean memilih membaca bukunya karena tadi malam ia tidak sempat membaca karena sakit kepala akibat hujan kemarin. Ia bersandar pada pagar kampus yang tingginya melebihi tinggi tubuhnya.
Sebuah derung mesin motor menghampirinya. Jean menurunkan bukunya dan melirik motor yang masuk ke dalam parkiran kampus. Jean berjalan santai menghampiri motor itu. Rangga tersenyum kepada Jean setelah ia membuka helmnya dan mematikan motornya.
“Khusu banget lo tadi,” Ucap Nisa sambil melepas helmnya.
“Lama banget lo.”
“Lo datengnya kepagian,” Nisa menyimpan helmnya.
“Ya, udah. Kakak pergi dulu ya,” Rangga melempar kunci motor kepada Nisa dan berlalu pergi. Nisa menangkap kunci motor itu.
Jean melirik Rangga sekilas. “Kak Rangga mau kemana?”
“Kak..”
“Pagi-pagi udah nanyain aku. Ada apa?” tiba-tiba Rangga datang kembali. Jean menatap Rangga dengan tatapan kebingungan.
“Kak, udah cepet pergi!” Nisa mendorong pelan tubuh Rangga. “Ayo, Jean! Bantuin aku ngerjain tugas.”
Nisa menggandeng Jean menuju kelasnya. Rangga berdiri di sana sejenak sebelum pergi keluar.
>>>>><<<<<
Nisa fokus menatap monitor laptopnya. Sedangkan Jean sibuk mengunyah makanan. Ia hanya melihat Nisa yang tadi meminta bantuannya.
“Hei, Jean. Bantuin ngerjain ini dong,” Nisa menyodorkan laptopnya kepada Jean. Jean meletakkan sendok makannya dan menelan sisa makanan di mulutnya. Ia meraih laptop Nisa. “Lo tu asisten dosen tapi nyantai gitu?”
“Lo gak tahu, kalo sekalinya dikasih tugas, beuh!”
“Lo hebat,” Nisa meraih minumannya.
“Eh, lo liat deh. Si Gina kok gak gabung sama kita?”
“Nunggu seseorang kali,” Ucap Jean sambil mengetik.
“Nunggu Yuda kali, ya?”
“Mana gue tahu,” Jean menyodorkan kembali laptop Nisa.
“Penasaran gue,” Ucap Nisa sambil mengalihkan perhatiannya kepada laptopnya dan menyeruput minumannya.
Jean mengeluarkan ponselnya dari dalam tas yang berdering keras.
“Halo kak,”
“Hem?”
“Oh, heueh.”
“Bisa.”
“Ya, gak mungkin sekarang juga kali.”
“Em..”
“Iya, aku usahain.”
“Oke, bye,” Jean mematikan teleponnya.
“Siapa? Kak Rangga?” tanya Nisa.
“Yap.”
“Nanya apaan?”
“A-” Ponsel Jean menerima pesan. Nisa segera merebut ponsel Jean dari tangan Jean. Pesan itu dari kak Rangga.
‘Jangan kepo deh Nisa.’
Nisa cemberut membaca pesan itu. Jean mengambil kembali ponselnya. Ia membaca pesan dari kak Rangga itu dan tertawa kecil membacanya.
“Kok bisa pas, ya?”
“Ih, lo mah.”
“Em… Nisa,” Jean melihat ke arah belakang Nisa.
Nisa melihat ke belakangnya. Terlihat Anwar dan seorang temannya sedang mengobrol dengan Gina. Nisa mengalihkan perhatiannya dari mereka. Ia melamun sebentar sebelum membereskan barangnya.
“Lo yang bayarnya, ya? Gue udah gak mood di sini,” Nisa memberikan sejumlah uang kepada Jean dan kemudian pergi keluar dari kantin.
Jean menatap kearah Gina yang masih asik mengobrol dengan Anwar. Jean mencari kontak Gina di ponselnya. Ia segera menelepon Gina.
Gina mengeluarkan ponselnya dan menerima telepon dari Jean.
“Lo apa-apaan sih, Gin?”
“Gue gak ngapa-ngapain,” Jawab Gina kebingungan.
“Nisa ngeliat lo,” Ucap Jean dengan mengejahnya dan menutup teleponnya.
Gina terlamun sebentar. Ia mencari-cari Jean di sekitaran kantin. Ini gawat, karena ia tahu jika Nisa adalah orang yang memiliki tingkat cemburu yang tinggi. Ia segera berdiri setelah melihat Jean yang baru saja pergi dari kantin.
~
Oleh Luthfita