Loading...
Logo TinLit
Read Story - Nadine
MENU
About Us  

Memang benar kata orang. Kalau Bakso Mang Dim itu enak. Bahkan pake banget. Padahal istirahat sudah dari 15 menit yang lalu, tapi bakso pesanannya Nadin belum juga kunjung datang. Kalau dia tanya ke Mang Dim, pasti jawabannya Cuma sabar ya neng. Sabar terus kan ngga cukup. Soalnya saat ini Nadin lapar berat. Dan kesabaran tidak bisa untuk mengisi perut Nadin.

            “Muka lo Din, kayak udah ngga makan seminggu aja lo,” ucap Manda meledek Nadin.

            “Diem deh lo Man, sementang mie ayam pesenan lo udah datang. Jadi rada nyebelin lo ya,” jawab Nadin.

            “Sensi amat neng,” kata Deva sambil memakan nasi gorengnya.

            Diantara mereka bertiga, cuma pesanan Nadin aja yang belum datang. Padahal mereka pergi ke kantinnya barengan. Mungkin karena Nadin yang lagi pengen makan bakso. Dan baksonya Mang Dim yang lagi rame. Jadi pesanannya belum kunjung tiba.

            Nadin bangkit dari tempat duduknya. Dan berjalan menghampiri gerobak Mang Dim. Memang masih sangat ramai ternyata.

            “Mang Dim, pesenannya Nadin udah belum?” tanya Nadin.

            “Ini neng. Tinggal ngasih kuah aja. Sebentar ya neng Nadin,” jawab Mang Dim menunjuk salah satu mangkuk bakso.

            “Loh itukan punya saya Mang,” ucap salah satu perempuan di sebelah Nadin.

            Nadin melihat ke arah samping. Dan ternyata perempuan itu adalah Kara. Mana di sebelah Kara ada si Fauzan lagi. Nadin jadi sepet melihatnya.

            “Tadi gue duluan yang pesan Kar. Lo harus ngantri dong, jangan suka ngerebut punya orang,” ucap Nadin.

            Bukan maksud menyindir, tapi itulah yang saat ini terjadi. Soalnya, Nadin duluan yang pesan ke Mang Dim. Tapi, dengan seenaknya Kara bilang kalau itu baksonya dia.

            “Loh ngga bisa gitu dong Din. Emang gue duluan kok tadi disini.”

            “Lah, lo aja baru datang.”

            “Sayang, tadi kita datang duluan kan. Duluan aku yang pesan daripada Nadin kan,” ucap Kara ke Fauzan sambil bergelenyut tangan.

            ‘Dasar manja,’ batin Nadin.

            “Din, kamu ngalah ya. Kali ini aja. Kamu kan bisa pesan lagi Din,” ucap Fauzan ke Nadin.

            “Ngga mau. Gue udah pesan dari 15 menit yang lalu. Enak aja lo nyuruh gue pesan lagi. Cewek lo tuh yang harusnya pesan dulu. Jangan langsung ngerebut punya orang aja.”

            “Din. Ayolah. Kara itu punya sakit maag. Walaupun masih gejala. Ngalah dong lo ke Kara.”

            Miris. Nadin tersenyum pahit. Fauzan menyuruhnya untuk ngalah ke Kara. Karena Kara punya sakit maag. Dan itu masih gejala. Apa kabar Nadin. Yang punya sakit maag, dan itu tidak lagi gejala. Semudah itu ya. Fauzan melupakan dia. Padahal baru setahun yang lalu mereka putus. Sia-sia sudah Nadin tadi malam bergalau ria.

            “Ngga mau,” ucap Nadin sambil mengambil mangkuk bakso yang di depan Mang Dim.

            “Lo lupa Zan. Kalo sakit maagnya Kara masih gejala. Sementara gue, maag gue sudah bukan gejala lagi,” kata Nadin dan kemudian pergi meninggalkan mereka.

           

***

            Bel sekolah sudah berbunyi dari beberapa menit yang lalu. Tapi, bukanlah Nadin namanya kalau pulang sekolah itu bisa langsung pulang. Pasti ada aja yang menghalangi. Yang latihan paskilah. Yang rapatlah. Yang kerja kelompoklah. Kapan ya, Nadin bisa pulang cepat lagi. Padahal dia sudah sangat merindukan jam rutin tidur siangnya.

            “Darimana aja Din,” ucap Adam ketika Nadin memasuki lapangan basket.

            “Makan siang dulu gue Dam. Anak 17 udah latihan daritadi?” tanya Nadin.

            “Udah dari 30 menit yang lalu sih. Btw lo disuruh Bang Tono ngecek seragam dan seluruh atribut pengibaran di penjahit.”

            “Gue sendiri?”

            “Engga. Lo bareng Abi.”

            “Kok bareng Abi sih,” ucap Nadin.

            “Kan Abi ketuanya Din. Gimana sih lo. Udah buruan sana ke parkiran. Daripada kalo lo lama, entar lo disembur lagi deh sama si Abi,” ucap Adam sambil pergi meninggalkan Nadin.

            Nadin berjalan ke arah parkiran. Kenapa harus Abi sih yang menjadi temannya mengecek seragam. Kenapa ngga Adam aja. Atau, kenapa harus dia yang mengecek seragam. Kan bisa anak cewek yang lain. Soalnya Nadin dan Abi itu ngga bisa berada dalam jarak yang dekat. Pasti nanti akan ada perang adu mulut lagi. Dan pastinya Abi lah yang selalu memulai duluan.

            “Kok lo lama sih. Ngga tau ini udah jam berapa ya lo,” ucap Abi memarahi Nadin.

            ‘Kan bener kata gue. Baru muncul aja udah nyari perkara nih anak,’ batin Nadin.

            “Gue baru dikasih tau Adam.”

            “Gue ngga nanyak.”

            ‘Padahal tadi dia yang nanyak ya Alloh,’ ucap batin Nadin lagi sambil tersenyum sepet menahan kesal.

            “Ini pakai helm lo,” kata Abi sambil menyerahkan helm ke arah Nadin.

            “Buruan.”

            “Ya Allah sabar kek Bi,” ucap Nadin akhirnya.

            Nadin naik ke atas motornya Abi. Untung saja hari ini Abi membawa motor matic. Jadi Nadin tidak kesulitan untuk naik. Ini kali kedua Nadin naik motor berduaan dengan Abi. Rasanya masih sama, yaitu canggung. Nadin ngga tau harus memulai percakapan apa dengan Abi. Soalnya Nadin takut nanti malah dia yang disembur lagi sama Abi.

            “Udah nyampe. Buruan turun lo.”

            “Iya sabar sedikit kek Bi.”

            Kemudian mereka masuk ke dalam toko penjahit itu. Toko kembar namanya. Soalnya penjahit itu memang kembar. Keduanya laki-laki. Makanya namanya toko kembar. Dekorasi toko itu juga sangat unik. Beda dengan para penjahit lainnya. Toko yang mempunyai dua lantai ini selalu banjir akan pesanan. Katanya, pakaian yang selalu dijahit disini itu hasilnya selalu bagus dan rapi.

            Setelah selesai mengecek seragam dan melunasinya juga, kemudian mereka meninggalkan toko tersebut. Jalanan sangat ramai dan macet. Mungkin karena jam pulang anak sekolah. Jakarta memang selalu padat. Dan juga macat. Apalagi di jam-jam tertentu. Dan kalaupun sepi, itu cuma saat lebaran. Karena banyak masyarakatnya yang mudik ke kampung halaman.

            Motor Abi berhenti di depan gedung terbengkalai. Gedung yang diperkirakan mempunyai lantai 10an lebih. Nadin bingung, mengapa Abi berhenti di gedung ini.

            “Kok berhenti Bi? Lo mau ngapain?” tanya Nadin.

            “Udah turun aja. Dan ikutin gue kalo lo ngga mau sendirian disini,” jawab Abi sambil berjalan meninggalkan Nadin.

            Nadin langsung berjalan mengikuti Abi. Menaiki tangga demi tangga. Melewati ruangan-ruangan yang memang tidak berpenghuni. Nadin bingung mengapa Abi mendatangi gedung ini. Hingga akhirnya, sampailah mereka di rooftop dari gedung ini.

            Mereka masing-masing terdiam. Abi dengan lamunannya. Dan Nadin dengan kebingungannya. Karena tidak tahan dengan keterdiaman mereka, sehingga Nadin memutuskan untuk memulai pembicaraan di antara mereka.

             “Bi, gue mau nanya sama lo,” ucap Nadin.

             “Hmmm.”

             “Kenapa lo sering marah-marah ke gue. Sebenarnya salah gue itu apa Bi?”  tanya Nadin akhirnya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • nadyakiransd

    semangat terus ya thorr

    Comment on chapter Nadine 5.
  • Resyat

    Semangat terus Thor. Ditunggu kelanjutannya. Ceritanya seru buat penasarannya????????

    Comment on chapter Nadine 4.
Similar Tags
Pahitnya Beda Faith
473      341     1     
Short Story
Aku belum pernah jatuh cinta. Lalu, aku berdo\'a. Kemudian do\'aku dijawab. Namun, kami beda keyakinan. Apa yang harus aku lakukan?
Mysterious Call
502      334     2     
Short Story
Ratusan pangilan asing terus masuk ke ponsel Alexa. Kecurigaannya berlabuh pada keisengan Vivian cewek populer yang jadi sahabatnya. Dia tidak sadar yang dihadapinya jauh lebih gelap. Penjahat yang telah membunuh teman dekat di masa lalunya kini kembali mengincar nyawanya.
Aromantic Roomates
159      143     1     
Non Fiction
Raya dan Rafa sahabat sejak kecil yang tak pernah terpisahkan Suatu saat keduanya diperhadapkan dengan masalah orang dewasa pada umumnya pernikahan Raya dan Rafa yang tak pernah merasakan jatuh cinta memutuskan untuk menikah demi menyelesaikan masalah mereka Akankah takdir membuat keduanya saling mencintai atau akankah perasaan mereka tetap pada tempatnya hingga akhir
Ketika Kita Berdua
38006      5454     38     
Romance
Raya, seorang penulis yang telah puluhan kali ditolak naskahnya oleh penerbit, tiba-tiba mendapat tawaran menulis buku dengan tenggat waktu 3 bulan dari penerbit baru yang dipimpin oleh Aldo, dengan syarat dirinya harus fokus pada proyek ini dan tinggal sementara di mess kantor penerbitan. Dia harus meninggalkan bisnis miliknya dan melupakan perasaannya pada Radit yang ketahuan bermesraan dengan ...
Sebelas Desember
4866      1407     3     
Inspirational
Launa, gadis remaja yang selalu berada di bawah bayang-bayang saudari kembarnya, Laura, harus berjuang agar saudari kembarnya itu tidak mengikuti jejak teman-temannya setelah kecelakaan tragis di tanggal sebelas desember; pergi satu persatu.
The Savior
4440      1595     10     
Fantasy
Kisah seorang yang bangkit dari kematiannya dan seorang yang berbagi kehidupan dengan roh yang ditampungnya. Kemudian terlibat kisah percintaan yang rumit dengan para roh. Roh mana yang akan memenangkan cerita roman ini?
SANTA GIRL
518      268     5     
Short Story
Ternyata! Santa itu nyata. Ada yang pernah melihatnya di Litlagea, uptown Loughrea. Bukan seorang kakek dengan kereta rusa, tapi seorang gadis kota yang kamu sukai.
The Secret Of Donuts
1335      840     9     
Fantasy
Masa lalu tidak dapat dibuang begitu saja. Walau, beberapa di antara kita berkata waktu akan menghapusnya, tapi yakinkah semuanya benar-benar terhapus? Begitu juga dengan cinta Lan-lan akan kue donat kesukaannya. Ketika Peter membawakan satu kue donat, Lan-lan tidak mampu lagi menahan larangan gila untuk tidak pernah mencicipi donat selamanya. Dengan penuh kerinduan, Lan-lan melahap lembut kue t...
Secret Love
357      241     3     
Romance
Cerita ini bukan sekedar, cerita sepasang remaja yang menjalin kasih dan berujung bahagia. Cerita ini menceritakan tentang orang tua, kekasih, sahabat, rahasia dan air mata. Pertemuan Leea dengan Feree, membuat Leea melupakan masalah dalam hidupnya. Feree, lelaki itu mampu mengembalikan senyum Leea yang hilang. Leea senang, hidup nya tak lagi sendiri, ada Feree yang mengisi hari-harinya. Sa...
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
276      225     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...