Malam ini hujan turun sangat deras. Salah satu hal yang sangat disukai Nadin. Mulai dari aroma tanah yang mengumbar menjadi ciri khas hujan, maupun udara yang seketika menjadi dingin yang sangat pas dikombinasikan dengan segelas coklat panas. Awalnya Nadin tidak suka coklat panas. Tetapi karena dia, Nadin jadi sangat suka minuman itu.
Hujan. Kebanyakan orang tidak menyukai hujan. Katanya kalau hujan, maka ruang lingkup seseorang akan terbatas. Katanya kalau hujan, maka semuanya akan menjadi basah. Dan katanya kalau hujan, maka akan menciptakan suasana sedih dan romantis sekaligus. Mengingat semua kenangan-kenangan yang telah terjadi. Mengingat semua hal manis yang pernah dilakukan. Dan ketika hujan, maka akan muncul dimana saat kamu akan mengingat seseorang yang pernah mengisi keseharianmu bersama dia.
Saat itu hujan deras. Padahal beberapa hari sebelumnya hujan tak pernah kunjung datang. Hujan hari ini sangat berbeda dengan hujan sebelumnya. Soalnya, sejak satu jam yang lalu hujan tak juga kunjung reda. Padahal terakhir kali hujan, itu juga berhentinya bisa dikatakan cepat. Karena tidak sampai 30 menit.
"Maaf ya, baju kamu jadi basah gara-gara aku," ucap Fauzan kala itu.
"Ngga papa kali Jan. Ini juga bukan salah kamu kok. Kan kita tidak tahu kalau siang ini bakalan hujan," jawab Nadin sambil mengeratkan kardigan yang dia gunakan.
"Harusnya aku tadi bawa mobil Din. Biar kamu ngga basah. Aku ngga mau kamu sakit gara-gara aku Din."
"Aku ngga bakalan sakit kok. Tenang aja ya sayang."
Ini hujan kesekian kalinya mereka bersama. Nadin dan Fauzan. Nadin tidak terlalu suka kalau Fauzan naik mobil. Ngga tau kenapa. Nadin lebih suka naik motor. Lebih sederhana katanya.
"Siniin tangan kamu," ucap Fauzan sambil menggenggam tangan Nadin.
"Untuk apa Jan?"
"Kalau begini kan cocok," ucapnya sambil menggenggam erat tangan Nadin dan sesekali meniup-niup untuk menghangatkan tangan Nadin.
"Biar kamu ngga kedinginan."
Nadin tersentak seketika. Karena dia tidak sengaja meminum coklatnya. Padahal itu masih panas. Inilah akibat dia kebanyakan melamun. Terkadang dia bingung dan sering bertanya-tanya. Dalam hal ini, dia yang belum bisa move on dari Fauzan ataukah terlalu banyak kenangan yang diciptakan Fauzan sehingga dia tidak bisa melupakannya.
"Hujannya udah mau reda. Kita cari cafe-cafe sekitar sini ya untuk makan dulu," ucap Fauzan.
"Tapi aku ngga lapar Jan," rengek Nadin.
"Kamu harus makan sayang. Biar ngga sakit, ini juga udah mau jam 14.00,"
"Iya iya."
' Nadin naik ke atas motor Fauzan terlebih dahulu.
"Lihat ke arah aku sayang," ucap Fauzan sambil memakaikan helm ke Nadin. Kemudian mengelap muka Nadin yang basah dikarenakan terkena air hujan.
"Kamu cantik banget. Aku jadi makin sayang deh."
"Jangan pernah tinggalin aku ya Nadin," ucapnya sambil melingkarkan tangan Nadin ke pinggangnya.
Mereka berhenti di cafe perempatan jalan Binangun. Salah satu cafe favoritnya kalangan anak muda. Buktinya, padahal masih siang tetapi sudah banyak anak SMA yang nongkrong di cafe itu. Cafe dengan beberapa furniture yang menarik. Nuansa romantis yang menjadi ciri khas dari tempat ini. Ada beberapa hal yang membuat pelanggan selalu ingin kembali ke cafe ini. Mulai dari menu makanan dan minumannya, tempat duduknya, karyawannya yang ramah dan segala hal yang berkaitan dengan cafe ini. Semuanya menarik.
"Cobain minuman ini deh Din," ucap Fauzan menawarkan segelas minuman ke Nadin.
"Itu coklat panas?"
"Iya"
"Aku ngga suka. Soalnya pahit," tolak Nadin sambil menutup mulutnya.
"Ini bukan kopi sayang. Cobain dulu deh. Pasti kamu langsung ketagihan."
Awalnya Nadin ragu. Tetapi demi Fauzan, Nadin pun mencoba minuman tersebut. Segelas coklat panas. Yang masih sangat kental dan panas juga. Segelas coklat panas yang menjadi awal mula mengapa Nadin menyukai minuman itu. Bahkan sudah sampai kadar sangat menyukai. Segelas coklat panas, yang mengartikan betapa kentalnya pahit manis kehidupan dikala hujan telah datang.
"Bagaimana. Enak kan?" tanya Fauzan.
"Tidak seburuk yang aku bayangkan. Rasanya enak."
"Kan bener aku bilang. Pasti kamu suka dengan minuman ini," kata Fauzan sambil terkekeh.
"Iya. Terima kasih Ujan."
"Karena sudah mengenalkanku dengan minuman ini. Segelas coklat panas yang mulai saat ini akan aku sukai," ucap Nadin sambil tersenyum.
Bahkan sampai saat ini, meskipun Nadin telah putus dengan Fauzan tetapi dia tetap menyukai minuman ini. Entahlah, ada hal yang tidak akan dia lupakan dari minuman ini. Sesimpel bubuk coklat yang disiram air panas. Sesimpel coklat batangan yang didihkan dengan air. Dan sesimpel alasan mengapa kala itu dia meminum minuman itu. Dan ya. Hanya ingin melihat sebuah senyuman terbit dari bibir tipis cowok berpawakan tegas itu. Hanya sesimpel itu. Tetapi dari hal simpel itu, kini dia sangat menyukai secangkir coklat panas ini.
"Terima kasih Fauzan. Karena lo, gue jadi sangat menyukai coklat panas ini," ucap Nadin sambil kembali menyeruput secangkir coklat panasnya. Kemudian terbit seulas senyum dari bibir perempuan itu.
Dan kini. Hujan malam ini, membuka kembali kilasan ingatan tentang dia. Hujan malamini, membuat Nadin sadar. Bahwa sejauh apapun dia mencoba untuk berlari,bayangan seorang Fauzan akan selalu tetap menghantui. Sejauh manapun dia mencoba melupakan, kenangan tentang Fauzan akan selalu terngiang. Dan, hujan malam ini. Membuat dia sadar akan beberapa hal. Salah satunya adalah, Nadin rindu Fauzan.
semangat terus ya thorr
Comment on chapter Nadine 5.