Read More >>"> Novel Andre Jatmiko (Chapter XVIII \'Rahasia Tuhan\') - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Novel Andre Jatmiko
MENU
About Us  

23 Februari.

Bagai anak kucing kehilangan induknya aku gelisah setelah diberitau akan dibawa menemui seseorang tanpa tau siapa yang hendak di temui. Malam kuberkedip tak bisa memejamkan mata, berbaring berputar ke kiri dan kanan. Sudah sejak pukul sebelas malam tadi Miko berhenti mebalas pesan, mungkin dia kecapekan dan tertidur dengan android di tangan.

Siapa sebenarnya yang akan kutemui bersama Tyas? tak mungkin jika hanya kak Natasya. Apa mungkin Aerin? Kulempar bantak ke lantai. Kenapa aku kesal? toh tak ada salahnya bertemu dengan Aerin, dia tak pernah berbuat salah kepadaku. Tunggu, jangan-jangan gadis yang kutemui tempo hari itu Aerin. Jika benar maka aku kalah cantik, kalah dewasa dan jelas kalah segala hal dari gadis itu! Kuambil bantal lalu kupeluk kencang bagai ingin melumat bantail itu, Lalu kenapa? toh Tyas bukan siapa-siapaku. kugigit bantal kencang.

*

24 Februari. 

'Dibawah sinar Matahari sore yang hangat, Andre memelukku yang tengah menangis. Kupasrah mendengar suara yang lembut merasuki hati melalui telinga, suara nikmat namun menghancurkan hati berkeping-keping hampir tak berbekas.

"Maafkan aku Nita, kita sekarang tak bisa bersama karena orang tuaku terlilit hutang dan aku harus mau menikahi anak gadis rentenir itu atau keluargaku akan hancur," bisik Andre, masih memelukku kencang.

"Lalu aku harus bagaimana? kamu taukan Ndre aku menantimu dari dulu. Semua kenangan indah bersamamu itu adalah memory terindah yang kumiliki, apa harus?"

"Jangan," jawab Andre. "Memory itu adalah milik kita berdua. Kita masih bisa menjadi sahabatkan? ah bukan, kita bisa menjadi kakak adik selamanya, saling sayang dan saling jaga."

"Terserah kamu Ndre ... Terserah kamu ...."

Begitu Andre melepaskan pelukannya dan berpaling dariku, Kubergegas lari menuju selat Madura Sekilas kulihat Andre berusaha menolongku, aku tau dia tak bisa berenang maka kuceburkan diri ke selat itu, tak berenang dan menikmati dinginnya air kotor. 

Sesak untuk bernafas dan air dingin terasa air masuk lewat hidung, walau demikian kutersenyum bahagia. Mataku menutup membayangkan kenangan indah yang kulalui. Kutersenyum bahagia. Tiba-tiba kurasakan pelukan hangat dari depan, kulihat Andre memelukku, tersenyum memandangku, sebuah ilusi yang nampak nyata. Kami berdua terus terseret masuk kedalam air, cahaya Matahari mulai redup, begitu juga dengan pandanganku. Kuharap Andre bisa bahagia bersama gadis itu, maaf karena aku tak mungkin bisa hidup tanpanya di bumi nestapa ini.'

Seorang wanita tambun duduk di sofa panjang yang berada di sebuh ruangan sederhana ber-AC dengan lantai marmer hitam. Dia tak sendiri, di kiri dan kanannya duduk pemuda dan pemudi yang nampak sibuk membaca draft novelku. melepas kaca matanya. 

Aku duduk di sofa berlengan menghadap mereka bertiga yang hanya terpisahkan oleh meja kayu. Ruangan sangat hening hanya terdengar suara kertas di bolak-balik, membuat merinding, deg-degan di dada dan perut seperti di tinju Mike Tyson. Masih berseragam sekolah kupeluk tas berisi laptop dengan kencang, memaju mundurkan badan gelisah. 

Kurasakan sebuah elusan halus pada kepala belakangku, kulihat Tyas tersenyum puas memandang. Sedikit jengkel melihat wajahnya itu, dia berhasil memaksaku merubah epilog dari novel yang harusnya berakhir bahagia.

Sang wanita tambun mengelap wajahnya dengan tisu, sedikit berdecak. "Bagus sih plot novelnya, penulisannya juga rapi, pasti Tyas bekerja keras membimbingmu hingga bisa jadi seperti ini," memandangku dengan kedua ujung bibir tertarik kebawah, sedikit alis wanita tambun terangkat ke atas. "Kemarin aku dengar novelmu akan happy ending-kan? bahkan di sinopsis tempo hari juga Nita dan Andre sukses jadian. Kenapa kok sekarang malah Nitanya mati?"

Aduh, kok ditanya segala sih. Mana mungkin aku jujur kalau ini semua karena Tyas yang minta. Kupandang wajah Tyas menahan tawa, ingin rasanya ku cubit kedua pipinya sampai melar. AKhirnya kuhela nafas mencoba mengarang jawaban. "Jika nanti aku jadian sama Andre, maka bisa membuat salah faham dengan fans Micky Bu. Nanti gosip yang beredar malah semakin miring, aku enggak mau Andre, uhm maksutku Micky terkena imbas."

Wanita itu tersenyum puas. "Ok, jika itu alasanmu baguslah." Dia memandang tajam Tyas. 

Kulihat Tyas langsung menunduk. Heh, bisa menunduk juga ya mantan harimau putih ini.

Wanita tambun itu meringkasi semua kertas draft juga barang bawaannya. Lalu dia mengajakku bersalaman. "Selamat ya, kamu sekarang resmi menjadi seorang penulis di ABCYZ. Kami akan berusaha menerbitkan buku novel kombinasi dari harapan juga kisah nyata jaman SMP-nya Micky pasti fansnya banyak yang minat baca."

Setelah ketiga orang itu keluar ruangan, aku bernafas lega. Namun ternyata bukan hanya aku sendiri yang bernafas lega, kulihat Tyaspun mengelus dadanya. "Kenapa kak?"

"Ya legalah."

"Heh, bisa takut juga kakak ya."

"Iyalah manusia. Eh gadis sampah, kita langsung temui seseorang yang kemarin mau kukenalkan padamu ya."

"Eh, sekarang? katanya habis novel terbit, gimana sih!" bentakku.

Tyas tak menjawab dia menyeretku pergi meninggalkan kantor publisher ABCYZ. Dengan mobilnya dia membawaku ke sebuah restoran di daerah jembatan merah Surabaya. 

Sesampainya di restoran berlantai batu alam yang lumayan ramai oleh pengunjung, kududuk di kursi bambu berlengan yang empuk oleh bantal duduk di sudut ruangan bertempok anyaman rotan dekat dengan taman. Restoran ini bernuansa Sunda, dengan suara musik seruling sunda yang pelan, kudihibur dengan pemandangan taman indor yang sejuk. Terdengar pula suara air mengalir dan suara ikan berenang di kolam taman. 

"Indah banget kak!" ungkapku, bagai anak kecil yang baru pertam akali melihat pemandangan.

Tyas tak menjawab, kuperhatikan tingkahnya aneh. Kakinya terus berderap dan kedua matanya fokus memandang tangan yang saling mengepal di atas meja. Sesekali dia melihat jam di tangannya, dia seperti orang stress menarik lengan kemeja panjangnya lalu melipatnya lagi dan menariknya lagi, juga beberapa kali membenarkan kerah kemeja birunya.

"Kak, kakak kenapa? sakit?"

"Heh? uhm enggak kok."

"Pasti kakak gugup karena mau bertemu Aerin ya."

Tyas terdiam. Diamnya Tyas membuatku jengkel dan sedih. "Kakak Sebenarnya enggak usah ngenalin aku ke Aerin, Aku tau kok kalian pasti saling mencintai, ya kan? apa kalian selama ini menjalani hubungan Long Distance Relationship?"

"Sudah cukup..." ucap Tyas lirih, menunduk.

"Sudahlah kak, aku tau diri kok. Siapa sih aku ini, hanya Nita yang beruntung bisa memiliki wajah Aerin. Oh iya kak, makasih ya sudah membantuku mengedit Novel, apa kita masih bisa bertemu setelah ini? terus terang aku bingung nih, aku bukan siapa-siapa kakak," ucapku sedikit memancing. "Aku bukan pacar kakak, ups, maaf."

"Kau tak akan pernah menjadi pacarku Nita..."

Jawabannya membuatku bagai di tabrak kereta api. Sakit rasanya di hati. "Iya kak, aku faham kok. Aku ini wanita sampah yang tak pantas buat kakak. Maaf ya kak karena aku selama ini salah faham dan berharap lebih untuk bisa menjadi pacark kakak." Aduh bodoooooh! kenapa malah ngomong berharap jadi pacar! idiot banget sih aku! Nasi sudah jadi bubur, maka kucampur ayam saja supaya menjadi bubur ayam. "Beruntung sekali ya gadis bernama Aerin itu, bisa jadi pacar kakak, setiap hari pasti kakak manjakan dia ya_"

"Kamu diam dulu bisa enggak?" potong Tyas. "Aku mau ngomong."

Suara pelan itu membungkam mulutku yang terus mengeluarkan suara. Kupandang Tyas lekat.

"Aerin, dia sudah tiada. Dia sudah tak ada di kehidupanku."

Apa! Maksutnya tiada nih apa? apa dia selingkuh? sudah nikah? Entah mengapa hatiku bahagia mendengar ucapan Tyas., namun kukontrol emosiku agar tak tampak.

Tyas melanjutkan ucapannya. "Dia sudah berada di surga. Semua karena aku tak becus mengendalikan motorku kala itu. Maaf aku tak akan pernah bisa menjadikanmu pacarku Nit, karena aku sudah bersumpah pacarku hanya Aerin seorang."

Lalu aku ini apa? jangan bilang adik-adikkannya... Kumenunduk, kuambil tas laptopku hendak meninggalkan restoran. Ya, lebih baik aku pergi dari sini dari pada aku sakit hati.

Tyas menarik tanganku "Duduk ... Setidaknya temui dulu seseorang yang ingin bertemu denganmu hari ini."

Bagai sapi di cucuk hidungnya, kumenurut pada perintah Tyas. Tak berucap apapun aku hanya terduduk menunduk.

"Perlu kamu ketahui Kamu adalah Nita Anggraini, jangan mencoba menjadi Aerin. Aku tak suka jika kamu lakukan itu."

Cih, siapa yang mau menjadi Aerin!

"Hai, maaf ya sudah menunggu." Terdengar suara merdu gadis.

Mataku membesar dan mulut menganga melihat wajah si gadis yang tengah mencium pipi Tyas. Hah! ini kan gadis yang kutemui di cafe dulu! si gadis ninja!

"Ini ya gadis bernama Nita Anggraini yang kamu ceritakan itu?" Gadis berblazer hitam tersenyum, mencubit pipiku.

"Iya," jawab Tyas. "gimana, dia cantikkan?"

"Tapi masih SMA. Kamu yakin dia yang_"

"Tunggu dulu!" potongku. "Sebenarnya ada apa ini?"

"Oh," gadis itu memandang Tyas tajam. Lalu memandangku ramah "Jadi Tyas belum memberitaumu?" 

"Loh kok ada Nita?" suara Nanta terdengar dari belakang. 

kulihat Nanta dan Natasya kaket melihatku. Bukan hanya mereka namun akupun kaget melihat pasangan itu berada di sini.

"Eh Tante," Nanta mencium tangan gadis berblazer. "Maaf tante, tadi jalanan macet jadi terlambat."

"Oh enggak apa-apa, duduk sana sebelah Tyas. Natasya duduk di sebelah Nita," perintah gadis itu. "Oh iya Nit, nama Tante Nikita, Ibu dari Natasya dan Tyas," mengulurkan tangannya.

Tanpa berpikir panjang masih belum berkedip ku salami tangan Tante itu, halus sekali tangannya. "Ta...tante serius ibunya Tyas? kok masih seperti gadis dua puluh tahunan sih?"

Nikita tersipu malu dan memegang kedua pipinya, "Aih jangan jujur-jujurlah."

"Fitnah jangan percaya," ucap Tyas dan Natasya serempak.

"Dasar anak-anak durhaka," Nikita memandang tajam Tyas dan Natasya. "Oh iya, tante senang sekali mengetahui jika Nanta mau meminang anak gadis tante, dan sekarang tante tambah bahagia karena Tyas akan menjadikan Nita sebagai bagian dari keluarga besar Tante."

Bagai terkena bom atom, seluruh tubuhku mati rasa dan dadaku memompa darah ke wajah dengan cepat. "Ba...ba....ba...ba...ba," ucapku pelan. Bagian dari keluarga, maksutnya menikah gitu? tapi Tyas enggak pernah ngomong sama aku!   

Nikita nampak bingung "Bukannya Tyas sudah mendapat ijinmu? jangan-jangan Tyas enggak ngomong ya sama kamu kalau kamu akan di ajak bertemu ibunya? kamu jangan-jangan di culik sama Tyas ya?"

"Enggak kok, aku sudah bilang sama Nita jika akan menemui ibu di sini. Sehabis ini juga aku aan meminta ijin orang tuanya untuk meminangnya. Jadi ibu santai saja." Tyas menepuk pundakku keras. "Hei gadi sampah, malu-maluin saja sih. Hei sadar!" bentak Tyas.

Akhirnya kuter sadar, namun tetap masih melayang di udara semu. "Bagian dari keluarga maksutnya apa?"

"Duh, punya adik sedikit bego susah juga ya. Kamu itu mau dijadikan istri sama Tyas!" ucap Nanta. "Aku bingung nih sekarang mau manggil Tyas apa, kakak ipar atau adik ipar," godanya.

Tyas memandang tajam Nanta. "Kau yang adik iparku..."

"Sudah-sudah, tante masih ada jadwal pemotretan nih. Tante tinggal dulu ya." Nikita pergi meninggalkan restoran, nampak terburu-buru.

"Oh yasudah, kalau gitu Nanta juga pamit. Mau bawa Natasya ketemu ibuku dulu di butik."

Natasya sedikit kaget, nampak waut wajahnya memerah dengan mulut menganga. Namun dia menurut di gandeng Nanta keluar cafe.

Aku yang masih setengah sadar digandeng Tyas berjalan di taman belakang restoran yang tak kalah cantiknya dari taman indor.

Kami berdua bergandengan tangan dan tiba-tiba Tyas menghentikan langkahnya di sebelah taman bunga indah nan sepi. "Nita, kamu mau kan jadi istri_"

"Dasar bodoh!" bentakku. "Kenapa enggak bilang kalau mau melakukan hal seperti tadi! tau gitu kan aku bisa siap-siap dulu, pakai baju bagus, dandan, dan lagi kenapa tiba-tiba mau nikah? aku masih SMA dan kamu juga enggak tanya apa aku setuju atau enggak kan!"

Tyas tersenyum. "Walau kamu tak setuju aku akan paksa kamu." Dia memelukku sangat erat, lebih erat dari di depan cafe. "Nita tatap wajahku."

Kutatap wajahnya, begitu sayu. entah mengapa kulepas kaca matanya.

"Kamu Nita Anggraini... Maukah kamu menjadi gadisku? menjadi ibu dari anak-anak kita kelak?"

"Mau..."

Semakin dekat wajahnya, sampai hembusan nafasnya terasa kencang menggebu bagai kerbau. Harum parfumnya tercium menggoda serta kutak malu lagi menyentuh dada bidangnya, tanganku turun di perutnya lalu kupeluk dia. "Kakak..." 

"Mau enggak?" bisiknya.

"Banget..."

Kami berciuman mesra di taman itu, tanganku naik meraba punggungnya dan meremas kepala belakangnya, merasakan rambut yang halus. Mataku terpejam dan hatiku hangat bagai di sauna. Tangan Tyas sangat halus membelaiku, membuatku terbang ke langit.

"Istriku... aku enggak tahan... aku ingin lebih nih... kita ke ho_"

"Sshhhhht jangan ah," kutersenyum, menempelkan telunjukku pada bibirnya. "Nunggu Aku lulus dulu baru kita nikah dan melanjutkan hal ini sebagai suami istri. Maukan?"

Tyas berdecak. "Tapi kalau ciuman saja tak apa kan setiap hari kuminta darimu?"

Kumengangguk dan kami melanjutkan berciuman.

Tak ada yang bisa menebak hidupku akan jadi seperti ini. Walau aku tak punya pacar namun aku tak risau karena aku percaya semuanya ada yang mengatur. Bukan hanya novelku sukses tembus publisher besar, namun aku juga mendapatkan calon suami seperti Tyas. Lelaki gagah, tampan dan sexy dengan sifat cool, seorang  yang mampu melindungiku.

Namun kuberpikir, malaikat sesungguhnya di kehidupanku bukan Tyas, namun Andre Jatmiko. Walau dia tak mengaku jika dia adalah Miko1998, namun tanpanya aku bukan apa-apa. Tanpanya novelku tak akan tembus publisher ABCYZ, tanpanya aku tak akan pernah mengenal Tyas. Jika dipikirkan aku memang wanita keji, namun suratan takdir milik Tuhan. Manusia boleh berusaha, boleh berencana, namun keputusan akhir hanya Tuhan yang memutuskan.. 

****

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta dalam Hayalan Bahagia
597      384     3     
Short Story
“Seikat bunga pada akhirnya akan kalah dengan sebuah janji suci”.
In your eyes
7085      1727     4     
Inspirational
Akan selalu ada hal yang membuatmu bahagia
Loker Cantik
477      357     0     
Short Story
Ungkapkan segera isi hatimu, jangan membuat seseorang yang dianggap spesial dihantui dengan rasa penasaran
The First
435      310     0     
Short Story
Aveen, seorang gadis19 tahun yang memiliki penyakit \"The First\". Ia sangatlah minder bertemu dengan orang baru, sangat cuek hingga kadang mati rasa. Banyak orang mengira dirinya aneh karena Aveen tak bisa membangun kesan pertama dengan baik. Aveen memutuskan untuk menceritakan penyakitnya itu kepada Mira, sahabatnya. Mira memberikan saran agar Aveen sering berlatih bertemu orang baru dan mengaj...
Arini
865      489     2     
Romance
Arini, gadis biasa yang hanya merindukan sesosok yang bisa membuatnya melupakan kesalahannya dan mampu mengobati lukanya dimasa lalu yang menyakitkan cover pict by pinterest
Ken'ichirou & Sisca
7965      2213     0     
Mystery
Ken'ichirou Aizawa seorang polisi dengan keahlian dan analisanya bertemu dengan Fransisca Maria Stephanie Helena, yang berasal dari Indonesia ketika pertama kali berada di sebuah kafe. Mereka harus bersatu melawan ancaman dari luar. Bersama dengan pihak yang terkait. Mereka memiliki perbedaan kewarganegaraan yang bertemu satu sama lain. Mampukah mereka bertemu kembali ?
Musyaffa
79      67     0     
Romance
Ya, nama pemuda itu bernama Argya Musyaffa. Semenjak kecil, ia memiliki cita-cita ingin menjadi seorang manga artist profesional dan ingin mewujudkannya walau profesi yang ditekuninya itu terbilang sangat susah, terbilang dari kata cukup. Ia bekerja paruh waktu menjadi penjaga warnet di sebuah warnet di kotanya. Acap kali diejek oleh keluarganya sendiri namun diam-diam mencoba melamar pekerjaan s...
Panggil Namaku!
7037      1912     4     
Action
"Aku tahu sebenarnya dari lubuk hatimu yang paling dalam kau ingin sekali memanggil namaku!" "T-Tapi...jika aku memanggil namamu, kau akan mati..." balas Tia suaranya bergetar hebat. "Kalau begitu aku akan menyumpahimu. Jika kau tidak memanggil namaku dalam waktu 3 detik, aku akan mati!" "Apa?!" "Hoo~ Jadi, 3 detik ya?" gumam Aoba sena...
Foodietophia
455      338     0     
Short Story
Food and Love
It's Our Story
721      291     1     
Romance
Aiza bukan tipe cewek yang suka nonton drama kayak temen-temennya. Dia lebih suka makan di kantin, atau numpang tidur di UKS. Padahal dia sendiri ketua OSIS. Jadi, sebenernya dia sibuk. Tapi nggak sibuk juga. Lah? Gimana jadinya kalo justru dia yang keseret masuk ke drama itu sendiri? Bahkan jadi tokoh utama di dalamnya? Ketemu banyak konflik yang selama ini dia hindari?