Read More >>"> Novel Andre Jatmiko (Chapter XV \'Pendapat Mereka\') - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Novel Andre Jatmiko
MENU
About Us  

20 Februari 2015.

Lucu jika membayangkan ketika dua pria ganteng memperebutkanku di depan banyak wartawan, bagai mimpi indah yang membuatku tersenyum kala mengingatnya.Seminggu lebih telah berlalu semenjak pertemuan dengan Andre Jatmiko, namun kami belum pernah bertemu lagi karena dia sibuk dengan jadwal konser keliling Luci Band. Aku hendak menonton konser itu sewaktu dia mengadakan konser di Surabaya, namun walau aku sudah mendapat tiga tiket V.I.P gratis dari Andre, Tyas melarangku untuk pergi bersama Natasya dan Sinca.  

Hari ini aku menemui Tyas di tempat biasa kami bertemu, harumnya kopi langsung tercium menyambut ketika pintu cafe terbuka. Seperti biasa cafe selalu ramai oleh pengunjung yang tengah menghabiskan waktu bersantai. Tyas duduk di tempat biasa, dia nampak gelisah. 

Entah mengapa semenjak kemunculan Andre, Tyas menjadi sangat perhatian. Bahkan dia sekarang mau menarik kursi dan mempersilahkan duduk, memperlakukanku seperti seorang ratu. TV cafe terdengar membahas konser Luci band yang terbilang sangat sukses.

"Setelah kejadian yang tak terduga saat pelepasan salah satu buku dari publisher ZZ, Luci band meneruskan konser mereka. Namun pertanyaan besar muncul dan belum terjawab, siapa sebenarnya Nita Anggraini? Micky yang bernama asli Andre Jatmiko menyatakan jika novel buatan Nita menceritakan masa lalunya dengan sang gadis, membuat jutaan fans Luci Band menantikan hari penerbitan buku Novel buatan si gadis muda yang akan di publikasikan oleh publisher ABCYZ."

Tiba-tiba chanel TV berganti menjadi siaran film kartun. Kulihat Tyas berdiri di sebelah mini bar, memegang remot TV lalu menaruhnya ke meja mini bar, berjalan kembali ke kursinya

"Kamu fokus buat novel saja," ucap Tyas. "Jangan kecewakan pembaca yang sudah menunggu kelanjutan cerita dari novel yang Kau tulis."

"Iya, Aku akan fokus pada novelku kok, Kakak santai saja." 

Hari ini aku berdiskusi dengan Tyas membahas novel yang akan segera selesai. Tyas seharusnya membaca epilog novel, namun sekarang dia malah membahas hal yang sudah di bahas sebelumnya. Entah mengapa dia marah-marah tak jelas dan menyalahkan tulisan yang sebelumnya sudah dia perbaiki.

Tyas menunjuk layar laptopku. "Ini tolong diganti menjadi lebih simple aja." 

"Loh, bukannya kemarin itu sudah selesai dan diganti sesuai petunjuk Kakak?"

"Sudahlah enggak usah banyak celometan Kamu, mau terbit enggak?"

Kuberdecak memandang tajam. Sejak kapan dia menggunakan ancaman seperti itu? aneh banget padahal kemarin katanya sudah benar, terus sekarang dia minta di kembalikan seperti kemarin. Aku ingin supaya dia segera mengoreksi epilog novelku, batinku, mengetik kesal.

"Hai gadis sampah, sebaiknya Kita makan dulu saja, Aku lapar."

"Ntar aja, ini sebentar lagi mau selesai kan?"

Tyas menggebrak meja. "Enggak boleh selesai!"

"Eh? Kok enggak boleh selesai?"

Tyas menggaruk kepalanya. "Uhm maksutku jangan selesai kalau belum benar. Sebentar, Aku pesan makanan dulu. Kamu seperti biasakan, nasi goreng?"

"Terserah." Yup, terserah dia saja mau pesan apa. Walau aku ingin makan spagethi atau lasagna pasti dia tetap akan memesan nasi goreng. Sebenarnya apa sih yang spesial dari nasi goreng itu?

"Kau memang mirip dengan Aerin. Tak heran Tyas bisa jatuh hati padamu."

Kaget kumenoleh kebelakang. Kudapati seorang gadis ber blazer hitam duduk sambil meminum teh. Aku tak bisa melihat jelas wajahnya karena dia memakai kaca mata hitam, namun kuterka umurnya dua puluhan.

"Maaf, anda siapa ya?"

Gadis itu tersenyum aneh, namun dapat kulihat wajahnya sangat cantik dengan bibir tipis yang kukenal entah di mana. "Kamu bisa buat Tyas bahagia?"

"Bahagia?"

Tiba-tiba androidku berbunyi. Duh siapa sih! disaat seperti ini pake acara ngirim pesan. 

Miko1998, [NitaNit, sedang apa? kok sekarang kamu jarang membalas pesanku sih?]

NitaNit, [Maaf Miko, aku lagi fokus mau nulis epilog novel nih.]

Setelah membalas pesan dari Miko, kembali kumemandang meja belakang namun gadis itu sudah menghilang. Aku mencoba mencarinya, memandang seisi cafe namun tak menemukan gadis cantik dengan pakaian serba hitam. Cepat sekali cewek itu ngilangnya, apa dia ninja? siapa sebenarnya dia? kenapa dia bisa mengenal Tyas?

Miko1998, [Hm kalau gitu semangat ya. Kamu jangan lupa makan loh.]

NitaNit, [Iya santai saja. Oh iya, kamu tau member lucy band yang bernama Micky?]

Miko1998, [Siapa sih yang enggak kenal pria ganteng seperti dia, kenapa emangnya?]

NitaNit, [Ternyata dia adalah Andre Jatmiko! OMG sekalikan?]

Miko1998, [Pacarmu?]

Sontak wajahku memanas dengan desiran darah naik ke ubun-ubun, Pacar? Andre Jatmiko? kutak langsung membalas pesan Miko, pikiranku penuh tanda tanya sekarang. Namun akhirnya kutersenyum membalas singkat.

NitaNit, [Entah.]

"Hei sampah," tegur Tyas, duduk di depanku. "Jangan dibiasakan melamun tanpa sebab yang jelas."

"Ehm, enggak kok. Aku enggak ngelamun. Cuma nih lagi balas pesan dari fans."

"Fans? heh, coba kutebak. Pasti pria bernama Miko1998 kan?"

Kumengangguk pelan. "Maaf kak, Aku terus berbalas pesan dengannya padahal kakak sudah bilang untuk berhentikan."

"Tak apa, sekarang Kamu makan dulu."

Heh? dia tak marah? ada apa ini? semenjak kehadiran Andre kenapa dia jadi aneh seperti ini sih?  "Baik Kak." Kulihat dia duduk tak nyaman, seperti sedang gelisah. "Kak, aku boleh malam minggu keluar sama Andre?"

"Hei sampah!" bentak Tyas. "Kamu ini gimana sih, selesaikan dulu novelmu baru mikir yang lain!"

"Kan Aku ingin mengenang masa lalu kak."

"Masa lalu itu ya masa lalu, masa depan dulu yang Kau utamakan."

"Tapi kak."

"Pokoknya jangan!" Tyas melepas kaca mata, mengelap keringat di wajahnya.

"Baiklah kak..."

Tyas mengelus kepalaku seperti yang sering dia lakukan, membuat nyaman diriku. "Baguslah, sekarang Kamu fokus perbaiki novelmu dulu ya," ucap Tyas.

Kami menghabiskan waktu lama di cafe, membahas apa yang pernah di bahas. Entah kenapa ucapan Tyas tak sesuai dengan apa yang dia lakukan, dia menyuruhku menyelesaikan bovel secepatnya namun dia terkesan memperlambat pembuatan novel dengan hal yang telah dia bahas sebelumnya. Setelah usai menceramahiku, dia mengantarku pulang.

Malam akhirnya tiba, sesudah mandi kududuk di ruang tamu yang bersih menggantikan ibu menunggu kakak yang masih belum pulang. Ibu sendiri cukup lelah mengurus usaha barunya berupa butik kecil di dekat rumah, membuatnya terlelap tidur lebih cepat. Kakak sendiri belum pulang karena menemani Natasya menghadiri sebuah acara. 

Semenjak Nanta dirawat di rumah sakit, Natasya semakin dekat dengan Nanta dan kedua orang tuaku menyukai Natasya, menganggapnya sebagai bidadari yang merubah anak mereka menjadi lelaki baik yang bertanggung jawab. Hal itu menyebabkan mereka sangat percaya kepada Natasya, bahkan ibu sering memanggilnya ketika mengobrol denganku dengan sebutan calon mantu yang baik. 

Sambil menunggu Nanta, kumenelepon Sinca, ingin mendengar pendapatnya tentang ajakan dari Andre. Dalam hatiku aku mau keluar dengan Andre, karena dia adalah seseorang yang telah lama kurindukan, seorang yang pertama kali singgah dihati. Namun di hati kecilku entah mengapa terdengar bisikan kecil untuk menuruti perintah Tyas untuk tak menemuinya. 

"Lo ketemu saja sama Andre Jatmikomu itu, toh kalian berdua itu teman lama," jawab Sinca dari telepon.

"Sebenarnya Aku juga ingin seperti itu, tapi kak Tyas melarangku."

"Lah? kenapa kok dia melarangmu? ada hak apa dia? kan Tyas cuma editormu, ya kan? atau jangan-jangan..."

"Jangan-jangan apa?"

"Dia suka sama Elo!"

"Hah? ngaco Kamu Ca, mana mungkin dia suka sama Aku!"

"Kalau enggak suka kenapa kok dia melarang Kamu untuk bertemu Andre? lagian Gue lihat reaksi dia waktu merebutkanmu itu reaksi orang cemburukan?"

"Hush, jangan diungkit lagi masalah itu. Malu Aku kalau inget akan kejadian itu."

"Ambil positifnya, Lo jadi terkenal setelah kejadian itukan?" 

"Iya sih, jadi saranmu Aku temui saja Andre? melanggar perintah Tyas?"

"Yaiyalah! Ntar Lo minta tanda tangannya ya, buat Gue."

Belum sempat kujawab, terdengar suara motor Nanta dari luar. 

"Eh Ca, lanjut lagi ya kapan-kapan. Nanta dah pulang nih, bye."

"Eh Nit tunggu dulu, Nita!" 

Segera kusudahi telepon dengan Sinca, walau terdengar suara gadis itu masih ingin membahas seuatu namun tak kuhiraukan. Hendak kubuka pintu utama namun nampaknya Nanta tengah kesal. Terlihat dari cara dia membuka dan menutup pintu gerbang. 

Ada apa ya? kok dia kesal seperti itu. Enggan mengganggu Nanta, kukembali bersila di sofa ruang tamu, berlagak tengah bermain android sendirian. Tak kupandang dia ketika pintu rumah dibuka.

"Kamu belum tidur?" terdengar suara Nanta dari arah pintu.

"Belum. Kenapa Kak? kok sepertinya sedang kesal gitu, enggak di kasih cium sama Natasya ya?" godaku, menahan tawa.

Nanta mendesah kencang, dia duduk di sebelahku. Tangannya berada di senderan sofa dan dia memandang tajam kearah depan, entah apa yang dia tatap. "Mantan preman ituloh, nyebelin banget."

"Mantan preman? lahkan mantan preman di rumah ini cuma Kakak."

"Bukan Aku, tapi itutuh si mata empat."

"Oh, kak Tyas," kumenahan tawa. "Memang kakak diapain sama dia, hmm?" 

"Enggak diapa-apain sih. Dia tuh, pake marah-marah ke kakak. Tadikan Aku nganterin Natasya pulang, ya wajarlah habis jalan-jalan kejebak macet jadi pulangnya telat. Eh, dia marah-marah ke kakak."

"Ya wajarlah, mana ada sih kakak yang senang melihat adiknya pulang telat. Oh iya kak, Aku boleh malam mingguan keluar sama cowok?"

"Sama siapa? Tyas? jangan!"

"Bukan sama dia, tapi sama Andre, kakak masih ingat kan sama Andre Jatmiko teman sewaktu masih di Klaten dulu?"

"Oh, si Micky Mouse gitarisnya Luci band itu ya. Natasya sudah cerita kok, yasudah enggak apa-apa Kamu malam mingguan sama dia."

"Lah kok gitu. Kenapa kalau sama kak Tyas enggak boleh tapi kalau sama Andre boleh?"

"Ya gitulah intinya. Sudah ah, jangan banyak tanya. Kakak mau mandi terus tidur."

Kutarik kedua ujung bibir ke bawah, memandang jengkel kak Nanta. Aku harus bagaimana nih, Sinca bilang pergi sementara kak Nanta bilang pergi. Apa aku harus pergi? baiklah aku akan pe_

Tiba-tiba android bergetar hebat. Hah? Aldo nelepon? apa-apaan sih nih bocah malam belum tidur?

"Halo Do, tumben nelepo_"

"Pokoknya kakak jangan pergi!"

"Lah? pergi ke mana? kakak enggak ke mana-mana kok malam ini, mau tidur sudah ngantuk. Kenapa kok tumben malam-mala_"

"Kakak pokonya jangan pergis ama Andre Jatmiko!"

"Heh, Aku ngomong jangan di potong!" bentakku jengkel. "Dari mana Kamu tau kalau_"

"Kak Tyas cerita ke Aku, kakak jangan pergi ya. Kakakkan enggak tau siapa si Micky itu, manusia bisa berubah Kak. Jadi mohon janga_"

Kumatikan telepon dari Aldo, Apa-apaan sih, bocah kok aneh banget. Malam-malam nelepon enggak jelas langsung ngoceh ngelarang aku pergi. kembali android berbunyi, kali ini dari nomor yang tak kukenal. Siapa lagi ini? "Nita di sini, di sana siapa?"

"Ini aku Nit, Natasya."

"Oh, kak Natasya toh. Ada apa kak? tau nomorku dari siapa?"

"Dari Tyas. Uhm gini Nit, kudengar Kamu mau menghabiskan malam minggu sama Micky ya?"

Hah! kok bisa tau sih? "Pasti kak Tyas ya yang cerita."

"Iya Nit. Dia tadi curhat katanya Kamu mau pergi malam mingguan sama Andre Jatmiko."

"Aku belum memutuskan kak, bingung mau berangkat atau enggak. Sebaiknya gimana Kak?"

Natasya terdiam sejenak, namun terdengar suara bisik-bisik dari telepon sebelum dia menjawab. "Se, sebaiknya, uhm Kamu jangan berangkat. Kamu fokus dulu namatin membuat novel, jangan sampai terbengkalai gara-gara cowok."

"Gitu ya kak, tapi Aku benar-benar kangen sama Andre. Dia itu teman masa kecilku."

"Ya, ya gitulah. Kamu sebaiknya selesaikan dulu novelmu, fokus dulu sama masa depanmu. Lagian apa kamu enggak sungkan sama Tyas? dia bisa marah loh kalau kamu jalan sama cowok lain."

"Lah? marah kenapa kak?"

"Emang kalian belum jadian? auh sakit kak, kenapa main cubit sih!"

"Lah? kenapa kak? halo? kok sakit? apa kak Tyas ada di sana?"

"Oh, uhm bukan kok. Itu tadi kucing tetangga main cakar aja, jadi, jadi sakit gitu Nit."

Aneh banget sih, batinku, bingung. 

"Ok Nit, gitu saja sih pesanku. Kamu jangan melawan Tyas, dia itu mengerikan jika sedang marah, yasudah aku tutup dulu ya." Sayub kudengar suara berbisik dari pihak Natasya. "Sudah kan kak!" sambungan telepon terputus.

Lah? kok aneh banget. Tujuannya nelepon aku itu apa jika langsung ditutup seperti ini, aneh banget, enggak kakak enggak adik sama saja.

Sekarang kusemakin bingung, apa aku harus bertemu dengan Andre atau mengikuti perintah Tyas. Pertama Sinca mendukungku untuk bertemu dengan Micky, juga Nanta. Lalu Aldo dan Natasya menyarankan untuk menurut kepada Tyas. Ditengah kebingunganku mulai teringat satu orang yang merubah hidupku, Miko1998.

Benar juga, aku belum mendengar saran dari Miko! Okay, sebaiknya aku minta sarannya juga. Bagaimanapun dia adalah perubah nasibku, tanpanya aku tak akan pernah mendapat sepuluh ribu follower, tak akan pernah bertemu Tyas dan tak akan pernah bertemu Andre kembali.

NitaNit, [Hai, Sibuk enggak Mik? aku mau bertanya sesuatu nih.]

Tak kusangka Miko langsung membalas.

Miko1998, [Tanya apa nih? cerita saja enggak usah sungkan. Maaf ya aku tadi enggak bisa balas chatmu, sibuk soalnya. Tapi sekarang sudah enggak sibuk kok.] 

Bagaimana ini, apa aku harus jujur pada Miko? Ya, aku harus jujur karena Miko adalah perubah nasibku. Tidak ada alasan bagiku untuk tidak jujur. Kuceritakan permasalahan yang tengah membuat risau dan bingung. Waktu berjalan lambat karena Miko lama dalam membalas pesan. Tak sadar jam sudah menunjukan pukul dua belas malam, namun aku tetap betah duduk bersila memandang layar android tercinta.

Miko1998, [Temui saja, aku yakin dia sudah lama menunggu saat untuk bertemu denganmu.]

NitaNit, [Tapi Tyas bilang aku harus fokus menyelesaikan Novelku dulu.]

Miko1998, [Rahasia Tuhan siapa yang tau? jika besok Andre tiba-tiba menghilang apa yang akan kamu lakukan?]

Ya, apa yang dikatakan Miko itu benar. Aku juga ingin bertemu dengannya lagi setelah perpisahan kami saat SMP dulu. Benar apa yang dia katakan tentang rahasia Tuhan. Maaf kak Tyas, aku terpaksa tidak mengikuti nasihatmu. 

NitaNit, [Ok Miko, makasih banyak ya telah memberi masukan yang sangat berharga untukku.]

Miko1998, [Iya, Oh iya aku mau tanya nih, jawab jujur ya. Kamu suka Tyas atau Andre? dari curhatanmu aku mencium kebingungan akan dua pria yang singgah di hatimu.]

NitaNit, [Entah Mik, aku juga bingung sebenarnya aku suka kepada siapa. Namun Tyas dan Andre adalah dua lelaki yang spesial di hatiku.] 

Miko1998, [Santai saja Nita, kamu adalah susu hangatku dan akan selalu menjadi susu hangat untukku.]

Sebentar, waktu pertama kali chat dengannya dulu aku tak pernah memberitau dia tentang arti susu hangat kan? aku hanya cerita kepada Sinca sewaktu kelas satu SMA dulu. Kenapa dia bisa tau apa arti susu hangat? sebenarnya siapa dia? atau jangan-jangan dia itu... tidak, enggak mungkin ah. Jika benar, maka....

NitaNit, [Kamu sebenarnya siapa?]

Miko1998, [Susu hangatmukan?]

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Tau Kemana Ia Harus Pulang
7869      1458     7     
Fan Fiction
sejauh manapun cinta itu berlari, selalu percayalah bahwa cinta selalu tahu kemana ia harus pulang. cinta adalah rumah, kamu adalah cinta bagiku. maka kamu adalah rumah tempatku berpulang.
Photograph
1293      629     1     
Romance
Ada banyak hal yang bisa terjadi di dunia dan bertemu Gio adalah salah satu hal yang tak pernah kuduga. Gio itu manusia menyenangkan sekaligus mengesalkan, sialnya rasa nyaman membuatku seperti pulang ketika berada di dekatnya. Hanya saja, jika tak ada yang benar-benar abadi, sampai kapan rasa itu akan tetap ada di hati?
Lazy Boy
5269      1371     0     
Romance
Kinan merutuki nasibnya akibat dieliminasi oleh sekolah dari perwakilan olimpiade sains. Ini semua akibat kesalahan yang dilakukannya di tahun lalu. Ah, Kinan jadi gagal mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri! Padahal kalau dia berhasil membawa pulang medali emas, dia bisa meraih impiannya kuliah gratis di luar negeri melalui program Russelia GTC (Goes to Campus). Namun di saat keputusasaa...
THE LIGHT OF TEARS
18740      4022     61     
Romance
Jika mencintai Sari adalah sebuah Racun, Sari adalah racun termanis yang pernah Adam rasakan. Racun yang tak butuh penawar. Jika merindukan Sari adalah sebuah kesalahan, Sari adalah kesalahan terindah yang pernah Adam lakukan. Kesalahan yang tak perlu pembenaran. Jika menyayangi Sari adalah sebuah kegelapan, Sari adalah kegelapan yang hakiki yang pernah Adam nikmati. Kegelapan yang tak butuh pene...
Petrichor
4632      1504     2     
Inspirational
Masa remaja merupakan masa yang tak terlupa bagi sebagian besar populasi manusia. Pun bagi seorang Aina Farzana. Masa remajanya harus ia penuhi dengan berbagai dinamika. Berjuang bersama sang ibu untuk mencapai cita-citanya, namun harus terhenti saat sang ibu akhirnya dipanggil kembali pada Ilahi. Dapatkah ia meraih apa yang dia impikan? Karena yang ia yakini, badai hanya menyisakan pohon-pohon y...
Letter From Who?
443      305     1     
Short Story
Semua ini berawal dari gadis bernama Aria yang mendapat surat dari orang yang tidak ia ketahui. Semua ini juga menjawab pertanyaan yang selama ini Aria tanyakan.
Gagal Menikah
4399      1427     4     
Fan Fiction
Cerita ini hanya fiktif dan karanganku semata. Apabila terdapat kesamaan nama, karakter dan kejadian, semua itu hanya kebetulan belaka. Gagal Menikah. Dari judulnya udah ketahuan kan ya?! Hehehe, cerita ini mengkisahkan tentang seorang gadis yang selalu gagal menikah. Tentang seorang gadis yang telah mencoba beberapa kali, namun masih tetap gagal. Sudut pandang yang aku pakai dalam cerita ini ...
Bintang Biru
2622      945     1     
Romance
Bolehkah aku bertanya? Begini, akan ku ceritakan sedikit kisahku pada kalian. Namaku, Akira Bintang Aulia, ada satu orang spesial yang memanggilku dengan panggilan berbeda dengan orang kebanyakan. Dia Biru, ia memanggilku dengan panggilan Bintang disaat semua orang memanggilku dengan sebutan Akira. Biru teman masa kecilku. Saat itu kami bahagia dan selalu bersama sampai ia pergi ke Negara Gingsen...
Game of Dream
1311      727     4     
Science Fiction
Reina membuat sebuah permainan yang akhirnya dijual secara publik oleh perusahaannya. permainan itupun laku di pasaran sehingga dibuatlah sebuah turnamen besar dengan ratusan player yang ikut di dalamnya. Namun, sesuatu terjadi ketika turnamen itu berlangsung...
(not) the last sunset
529      364     0     
Short Story
Deburan ombak memecah keheningan.diatas batu karang aku duduk bersila menikmati indahnya pemandangan sore ini,matahari yang mulai kembali keperaduannya dan sebentar lagi akan digantikan oleh sinar rembulan.aku menggulung rambutku dan memejamkan mata perlahan,merasakan setiap sentuhan lembut angin pantai. “excusme.. may I sit down?” seseorang bertanya padaku,aku membuka mataku dan untuk bebera...