Read More >>"> Novel Andre Jatmiko (Chapter I \'Tantangan\') - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Novel Andre Jatmiko
MENU
About Us  

5 Januari 2015.

Sangat mengasikkan saat menulis novel karena aku dapat menemukan apa yang disebut passionate. Kumerasa bagai Tuhan kala menulis novel, membuat semua karakter, menentukan kehidupan mereka, bahkan dunia termpat mereka hidup tercipta karena aku ingin untuk ada, mereka enggak bisa menentang apalagi protes. Itulah salah satu alasanku seorang penulis amatir bernama pena NitaNit menyukai menulis novel. 

Beda di dunia maya beda di dunia nyata, namaku Nita Anggraini dan seluruh sekolah mengenalku sebagai seorang siswi kelas XII-IPS berbadan mungil yang pendiam penuh misteri, mungkin karena mereka belum mengenalku dengan baik. Sebenarnya aku hanya gadis normal yang cerewet jika sudah kenal dekat dengan orang. Namun bukan salah mereka jika tak mengenalku dengan baik, karena memang semenjak pindah ke kota Surabaya aku sengaja menjaga jarak karena ingin berkonsentrasi menulis novel. 

Hari ini banyak pelajaran kosong karena tahun ajaran baru dimulai. Namun tak seperti murid lama lain yang memilih menghabiskan waktu di mall atau pulang kerumah, aku memilih tetap kubertengger di perpustakaan SMA Kusuma Bangsa Surabaya yang sudah seperti rumah kedua.

Yang membuatku betah menghabiskan waktu di sini karena selain udara AC terasa sejuk di kulit, semua kursi di sini berlapiskan bantal membuat nyaman saat duduk. Selain itu koleksi buku di perpustakaan berlantai keramik lumayan lengkap, buku-buku itu tertata rapi di rak buku yang berjejer bebas debu. Di sini bebas bising, hanya terdengar sedikit suara bisikan pengunjung dan suara lembaran buku di balik bercampur suara ketikan keyboard

Walau hanya curut di dunia kepenulisan yang kejam bagai hutan rimba, namun kutetap percaya diri untuk mempublikasikan tulisan yang masih berantakan. Sering dicerca di dunia maya bahkan di dunia nyata karena tulisan bak sampah tak menghentikanku menulis, malah membuatku jadi tebal muka cuek bebek.

Kemarin aku sukses membuat prolog tentang Jatmiko, seorang pria dambaan hati sebagai pembuka Novel Andre Jatmiko. Pria itu bukan karangan, dia benar-benar ada. Jika bukan karena ayah pindah kerja yang memaksaku dan sekeluarga ikut pindah, dapat dipastikan dialah pria yang menerima kuasa atas hati dan ragaku. 

Matahari semakin naik, perpustakaan bertambah ramai oleh siswa baru. Cogan, begitulah teman-teman mendeskribsikan gelombang baru siswa kelas X tahun ini yang kuakui didominasi oleh wajah rupawan bak foto model berbadan sexy. Aku tak terlalu peduli akan karya Tuhan itu, masa bodoh, lebih baik fokus menulis dari pada mencuci mata dengan hal tak bermanfaat seperti cowok ganteng yang mungkin tak memikirkan bahkan tak mengenalku. 

Setiap orang itu berbeda, aku dan sahabatku berbeda. Hari ini dia tak henti bergerilya mata mencoba memandang sebanyak mungkin cowok ganteng di perpustakaan. Walau banyak yang mengakui kecantikannya dan tak sedikit yang menyatakan cinta pada sahabatku, namun dia memilih menjadi jomblo berkualitas. Baginya jika cowok tak bisa menghargai buku maka tak pantas untuk mendekatinya. Itulah yang membuat dia betah di perpustakaan, selain suka baca juga karena suka jelalatan memandang cowok perpustakaan, berharap menemukan seorang cowok ganteng kutu buku yang selalui dia dambakan.

Kurenggangkan tubuh serta tangan sampai jari berbunyi, Yosh, aku harus bisa selesa menulis bab satu hari ini juga! semangat Nit, semangat! laptop warisan kakak segera menampilkan layar orangekeyboard segera mencicipi serangan delapan jariku.

dengan cekatan jari-jari berkonsolidasi dengan hati mencoba mewujudkan apa yang otak inginkan. Sesekali kusibak rambut hitam halus yang mulai panjang sepunggung juga sesekali memegang dagu saat bingung memilih kosakata indah penggugah selerah baca. Entah mana yang lebih lihai antara jari-jariku atau jari-jari pianis, namun yang pasti jari-jari ini bagai cacing tanah di bawah matahari, bergerak cepat mengetik huruf per huruf merangkai baris menjadi paragraf.

Gadis keriting berkaca mata menyikut lenganku. "Nit, coba deh Lo lihat. Banyak banget anak-anak barunya, mana ganteng pula."

Bibirku berdecak, "Iya, banyak banget ya. Terus kalau banyak mau Kamu mintai nomor telepon mereka satu-satu, hmm?" mata almondku fokus memandang layar laptop tak menoleh, tersenyum ringan mendengar celotehan gadis jomblo.

Suara gadis manis berkulit sawo terdengar jengkel. "Dih, enggak lah. Eh Nit. Lihat tuh ada yang jalan ke sini!"

"Ya ialah dia ke sini, inikan perpustakaan pasti ke sini kalau ingin minjam atau baca buku. Lagian kenapa sih, kok Kamu enggak seperti biasanya? duduk tenang baca buku menemaniku mengetik."

"Yaelah Nit, sesekali cuci mata enggak apa-apakan? lagian Lo jangan mengetik terus. Hobi sih boleh tapi jangan sampai seperti mandatory gitu. Sudah banyak gosip negatif tentang Lo di seantero sekolah."

Kutersenyum mendengar celotehan Sinca si gadis mancung, sahabat yang hobi baca namun benci menulis. 

Hobi? ah bukan, hobiku bukan menulis namun koleksi buku. Aku menulis karena menemukan sesuatu yang bernama Passionate, saat menulis membuat semua fantasi menjadi nyata. Seperti sekarang, aku menulis kenangan masa lalu yang terkombinasi dengan apa yang disebut harapkan, sebuah kejadian yang ingin terjadi namun tak pernah terjadi.

Sinca menyikut lengan membuyarkan lamunanku. "Dih, malah senyum seperti kecebong. Oh iya, kemarin Lo terakhir upload buku ke aplikasi itu dapat berapa pembaca?"

Nih cewek minta kucium apa kutendang sih? keponya enggak ketolongan. Kuberusaha tetap fokus mengetik menjawab santai. "Dua puluh readers, kenapa?"

"Nah, cuma dua puluh! Lo mengetik setiap hari sampai begadang? mending baca saja deh enggak usah nulis novel, istirahatin tuh tangan. Lebih baik nyari cowok biar enggak jomblo terus." Menepuk-nepuk pundakku.

Cerewet! "Terserah Aku dong mau nulis, mau menggambar, mau nyubitin Kamu, tangan-tanganku kok jadi Kamu yang repot?" 

"Elo nulis di rumahkan bisa, di sini itu tempat buat bersenang-senang."

"Dirumah? ya jika rumahku tenang. Kamu taukan jika ayah dan ibu sering bertengkar, mana bisa konsentrasi." Kumenoleh ke arah Sinca, namun si centil telah menghilang, "Dih, ke mana nih Bocah?" memandang kiri dan kanan mencoba mencarinya. "Dasar Ninja, ngilang enggak ijin!"

"Vallar Morgulish!" Suara Sinca terdengar nyaring di telingaku.

Sontak kumenoleh ke belakang, mendapati Sinca tengah mengobrol dengan seorang pria yang duduk menyendiri. Si cowok manis bermata sayu memandang Sinca sembari menjawab dengan tatapan bingung. "Vallar Dohaeris?"

Dasar Sinca, sejak kapan dia berani menyapa cowok? selama ini bukannya dia paling takut untuk memulai? Rasa peenasaranku memaksa terus memandang Sinca, sementara kuping bagai radar berusaha mencuri dengar percakapan mereka.

Sinca duduk di sebelah pria jangkung putih berambut sasak, "Lo suka baca buku ini?" memperlihatkan buku yang dia bawa.

Pria berwajah tilus mengangguk, menjawab sambil tersenyum. "A Song of Ice and Fire? suka dong, Kakak juga suka?"

"Iyalah, Gue fans berat George R. R. Martin!"

"Aku Aldo Aldiansah, nama Kakak siapa?"

"Sinca Sinista, salam kenal ya Aldo."

Dan si kriwul meninggalkanku sendiri demi seorang cowok ganteng pencinta buku. Kembali kupandang laptop sembari tersenyum menghela nafas panjang, hendak melanjutkan mengetik cerita novel. Ok, fokus Nit. Tarik nafas dan mulai mengetik! 

Baru mengetik satu kalimat terlihat sebuah Notif pesan di layar laptop menyala, tanda ada pembaca mengkomentari prolog dari novel, Hmmm? siapa ya yang komen? rasa penasaran mendominasi, membuyarkan semua imajinasi yang sudah meletub-letub dari pagi minta untuk segera ditulis. 

Miko1998, [Wah, novel baru ya kak?]

Kumengelus dagu sembari membatin, Hmm, orang ini lagi. Dia selalu mem-vote karyaku dan mengkomentari hampir semua bab di novelku sebelumnya. Baiklah, sebagai seorang penulis juga mempunyai kewajiban memberi feedback untuk pembaca. Tangan berkonsultasi dengan otak, menjawab komentar pembaca misterius.

Nitanit, [Iya kak, dibaca ya!]

Miko1998, [Pasti dong, kamu sudah makan?]

Hah! kamu sudah makan? dia ini niat komentar novel apa mau deketin aku sih, kok pertanyaannya enggak jelas seperti ini! Kuhela nafas pendek mengelus dada. sabar Nit, mungkin dia hanya basa-basi.

NitaNit, [Sudah kok.]

Miko1998, [Kamu makan pakai apa?]

That it! sudah, aku enggak akan balas lagi  jika chat dia masih seperti ini! Segera kukembali pada bab satu novel, melanjutkan mengetik. 

Tak terasa hampir satu jam berlalu, pikiran masih terhanyut dalam lautan fantasi yang tak berbatas. Huruf demi huruf menjelma menjadi kalimat lalu menjadi paragraf, tak terasa sudah hampir dua ribu kata kuketik namun tetap kurang, Segini mana cukup! aku mau lagi! aku wanita yang tak gampang puas hanya dengan mengetik dua ribu kata.

Terasa sebuah tangan menepuk pundak, kembali mengusik konsentrasi, "Woi, betah banget sih duduk menyepi di sini?" ternyata Sinca, dia duduk disebelahku.

Kuberdecak kesal memandang wajah Sinca yang nampak cerah. "Sudah dapet cowoknya?"

Suara pria terdengar halus di sebelahku. "Sudah dapat kok. kenalin, Aldo."

Kupandang Aldo, sembari menggigit bibir bawahku, Wow, cowok ini lumayan ganteng juga. segera kusalami Aldo. Tangannya halus terawat, seputih gading tanpa cacat. "Aku Nita, salam kenal ya."

"Kak Nita nulis Novel di aplikasi orange? bolehku follow?"

"Wah, boleh sekal_"

Sinca pindah tempat duduk menengahi kami, "Boleh kok boleh banget! ya enggak Nit!" memandang tajam padaku. "Follow aja, nama account-nya NitaNit."

Dasar Sinca, baru juga ngomong sedikit sudah di cemburui. Langsung kupeluk Sinca, "Iya nih, si Sinca juga follower pertama yang merangkap jadi teman sejati yang kutemui di jalan." 

Kulanjut mengetik, menanti jam masuk yang tak kunjung berbunyi. Hari ini nyaris tak ada pelajaran, sepulang sekolah kutetap menyepi di perpustakaan ditemani Sinca dan Aldo, nampak mereka sedang dilanda sesuatu yang biasa disebut sebagai asmara sekejap cahaya atau yang kusebut asmara anget-anget tai kucing, anget ketika baru keluar dari tubuh kucing. 

Waktu tak terasa sudah pukul empat sore, dua jam lagi perpustakaan tutup. Kulihat Aldo dan Sinca masih asik bertengger di bangku sebelah, entah apa yang mereka diskusikan. Kuperhatikan Aldo murah senyum juga baik hati, mau mendengar semua celotehan Sinca dan fokus tak lepas memandangnya. Nampak mereka benar-benar bagai Adam dan Hawa perpustakaan.

Tiba-tiba aku kaget oleh pesan yang bukan hanya satu, namun tiga sekaligus masuk di aplikasi orange. Kuterbelalak melihat bom vote pada karya yang sudah tamat, Siapa nih yang ngebom? hah, si Aldo? terus Miko1998! mataku terpejam kembali menghela nafas panjang, Nih si aldo ngapain ngirim pesan, padahal duduk enggak jauh. kubuka pesan Aldo.

Aldondon, [Kak sudah saya followfollow balik ya! Aldo juga buat novel nih, di baca ya.] 

NitaNit, [Ok, kamu kok pake kirim pesan segala sih? kan tinggal ngomong bisa.]

Aldondon, [Sungkan ah sama kak Sinca. Lagian Aldo enggak mau dia berpikir aneh-aneh.]

Sungkan? wah pengertian banget nih bocah. Ternyata dia menjaga perasaan Sinca agar enggak cemburu. Syukurlah jika Aldo seperti itu, aku bisa lega membiarkan Sinca dekat dengan cowok yang baik seperti dia. Kutersenyum memandang Aldo yang balas tersenyum. Manis juga tuh senyuman Aldo, aih beruntungnya Sinca.

NitaNit, [Cie jaga perasaannya cewek nih ceritanya, ok deh aku follow ya!]  

Notif kembali meneror, tiba-tiba rentetan pesan masuk, Ampun deh, nih si Miko1998 maunya apa sih? kutersenyum setengah memandang layar laptop, enggan sebenarnya menanggapi pesan enggak jelas dari dia, namun Miko adalah pembaca setia, bagaimana mungkin aku bersikap cuek padanya.

NitaNit, [Jangan di bom dong kak.]

Miko1998, [Kamu sih, nyuekin aku.]

NitaNit, [Maaf kak, NitaNit sedang nulis tadi.]

Miko1998, [Nulis apa? bohong ah. Mana coba lihat apa yang kamu tulis.]

NitaNit, [Sebentar ya, aku tunjukin.]

Kerasa ternyata dia jika kucuekin. Entah mengapa kumalah tersenyum penuh sekarang, Ah yasudahlah, lagian bab kesatu sudah jadi dan memang mau aku publish sekarang. segera guganti tanda draft ke publish.

Miko1998, [Bagus ceritanya, kamu di mana sekarang? sudah sampai rumah?]

NitaNit, [Kok kepo sih kak]

Miko1998, [Dih GR. Kan cuma tanya.]

Serius nih bocah nyebelin! Kupukul keras meja, "Au, sakit." sekarang malah mengelus telapak tangan.

"Kenapa Nit?" tegur Sinca. "Kok seperti gorilla gitu mukul-mukul meja?"

Jengkel kutunjuk layar laptop. "Ini nih, ada cowok kepo di chat. Lihat deh, dari tadi pagi usil banget dia, mana nyepam pula." 

Sinca dan Aldo mengerumuniku dari belakang, mereka antusias ingin membaca chat Miko1998. 

"Eciee," Sinca menepuk pundakku. "Harusnya bersyukur ada yang kepoin Lo!"

"Syukur, syukur. Aku jadi enggak bisa konsentrasi penuh mbuat novel tau!" jawabku, sembari mengetik balasan buat cowok spammer.  

NitaNit, [Aku ada di sekolah, belum pulang.]

Miko1998, [Mau kuantar pulang?]

Mataku membesar. "Dih, cepat sekali dia balas pesanku? dasar cowok kurang kerjaan!"

"Itu tandanya dia perhatian Kak," ucap Aldo, lembut.

Sinca mengelus kepalaku. "Tuh, Aldo saja tau. Masak Lo enggak tau sih Nit?"

"Iya deh iya," jawabku dingin, sembari jengkel mengetik balasan.

NitaNit, [Enggak, makasih ya.]

Miko1998, [Kamu kok dingin sih sama aku?]

NitaNit, [Enggak kok, aku anget-anget kotoran sapi sama kamu.]

"Anget-anget kotoran sapi?" Sinca tertawa lepas.

"Artinya apa Kak?" ucap Aldo, bingung.

Kutak menjawab, mata ini fokus pada balasan si Miko1998, yang dari profilnya mengaku seorang cowok.

Miko1998, [Bagaimana supaya bisa membuatmu hangat-hangat susu kepadaku?] 

"Suruh buat seribu candi!" celetuk Sinca.

"Janganlah, ntar dia malah unfollow aku." Maunya sih suruh buat candi seribu biji, tapi kasihan nanti dia mengira aku benci dia. Hmmm baiklah, coba seperti ini saja.

NitaNit, [Berikan aku sepuluh ribu follower maka aku akan menjadi susu hangatmu.]

"Sadiiiis!" komentar Sinca.

Aldo bergaruk kepala. "Susu hangat?"

"Pengikut seperti penyembah Do," jawab Sinca.

"Kak Nita, enggak baik seperti itu." suara Aldo terdengar cemas. 

"Biarin, Aku memang gadis sadis." Mataku terbelalak melihat Miko1998 membalas dengan cepat, secepat bot membalas pesan. 

Miko1998, [Ok, besok jika aku berhasil memberikan sepuluh ribu follower, turuti semua keinginanku.]

Miko1998, [Juga tak boleh dingin kepadaku dan harus selalu membalas pesanku.]

"Mampus!" Sinca mendorongku, membaca lekat balasan Miko1998, "Hayo Nit, dia serius tuh." tertawa menyikut lenganku.

"Udah enggak usah ditanggepin Kak," timpal Aldo, terdengar khawatir. 

Bibirku menyeringai, Hah! nampaknya dia nantingin. Ok, kau berurusan dengan author yang salah buddy. segera bagai kilat membalas pesan secara cepat tanpa cacat.

NitaNit, [Tapi jika besok kau gagal, jangan goda aku lagi ya.]

Miko1998, [OK! sepuluh ribu kan? jika lebih dari sepuluh ribu kau harus menuruti semua perintahku.]

Sinca cekikikan. "Hayoo, ditantang balik tuh! berani dong, NitaNit gituloh!"

"Jangan bermain api Kak," sambung Aldo.

"Biarin, Aku suka kok main api," jawabku tenang, sembari mengayunkan kaki yang bergelantung bebas di bawah.

NitaNit, [Ok deh, apa sih yang enggak untuk pembaca setiaku.]

Walau nampak sok berani, namun aslinya jantungku berdebar kencang, napas juga tak beraturan, Siapa sih dia, kok kepo banget. setengah hatiku berharap supaya dia berhasil, namun setengah lagi takut jika dia berhasil. Apa dia teroris? atau orang aneh yang akan menculikku? ah entahlah, rahasia Tuhan siapa yang tau?

***

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Thantophobia
1246      713     2     
Romance
Semua orang tidak suka kata perpisahan. Semua orang tidak suka kata kehilangan. Apalagi kehilangan orang yang disayangi. Begitu banyak orang-orang berharga yang ditakdirkan untuk berperan dalam kehidupan Seraphine. Semakin berpengaruh orang-orang itu, semakin ia merasa takut kehilangan mereka. Keluarga, kerabat, bahkan musuh telah memberi pelajaran hidup yang berarti bagi Seraphine.
Redup.
485      298     0     
Romance
Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja, sebuah kehilangan cukup untuk membuat kita sadar untuk tidak menyia-nyiakan si kesayangan.
A Slice of Love
257      215     2     
Romance
Kanaya.Pelayan cafe yang lihai dalam membuat cake,dengan kesederhanaannya berhasil merebut hati seorang pelanggan kue.Banyu Pradipta,seorang yang entah bagaimana bisa memiliki rasa pada gadis itu.
Awesome Me
3017      1079     3     
Romance
Lit Academy berisi kumpulan orang-orang mengagumkan, sebuah wadah untuk menampung mereka yang dianggap memiliki potensi untuk memimpin atau memegang jabatan penting di masa depan. Mereka menjadi bukti bahwasanya mengagumkan bukan berarti mereka tanpa luka, bukti bahwa terluka bukan berarti kau harus berhenti bersinar, mereka adalah bukti bahwa luka bisa sangat mempesona. Semakin mengagumkan seseo...
It's Our Story
903      413     1     
Romance
Aiza bukan tipe cewek yang suka nonton drama kayak temen-temennya. Dia lebih suka makan di kantin, atau numpang tidur di UKS. Padahal dia sendiri ketua OSIS. Jadi, sebenernya dia sibuk. Tapi nggak sibuk juga. Lah? Gimana jadinya kalo justru dia yang keseret masuk ke drama itu sendiri? Bahkan jadi tokoh utama di dalamnya? Ketemu banyak konflik yang selama ini dia hindari?
The Reason
9612      1770     3     
Romance
"Maafkan aku yang tak akan pernah bisa memaafkanmu. Tapi dia benar, yang lalu biarlah berlalu dan dirimu yang pernah hadir dalam hidupku akan menjadi kenangan.." Masa lalu yang bertalian dengan kehidupannya kini, membuat seorang Sean mengalami rasa takut yang ia anggap mustahil. Ketika ketakutannya hilang karena seorang gadis, masa lalu kembali menjerat. Membuatnya nyaris kehilan...
Dari Hati ke Hati
303      196     1     
Romance
Kumpulan kisah yang dibalut dalam bingkai prosa liris. Mengajak pembacanya untuk melihat kehidupan dari segala sisi.
Satu Nama untuk Ayahku
7311      1580     17     
Inspirational
Ayah...... Suatu saat nanti, jikapun kau tidak lagi dapat kulihat, semua akan baik-baik saja. Semua yang pernah baik-baik saja, akan kembali baik-baik saja. Dan aku akan baik-baik saja meski tanpamu.
Love Invitation
540      375     4     
Short Story
Santi and Reza met the first time at the course. By the time, Reza fall in love with Santi, but Santi never know it. Suddenly, she was invited by Reza on his birthday party. What will Reza do there? And what will happen to Santi?
Mendadak Pacar
8323      1652     1     
Romance
Rio adalah seorang pelajar yang jatuh cinta pada teman sekelasnya, Rena. Suatu hari, suatu peristiwa mengubah jalannya hari-hari Rio di tahun terakhirnya sebagai siswa SMA