Even i feel it too weird to do this for you.
- Breakeven
"Harus berapa kali gue bilang lo ga usah ikut campur urusan gue?"
Galaksi refleks mendengus. "Gue ga ikut campur kalo Rangga sendiri yang dateng ke arena tinju lagi seolah menggunakan gue dengan bilang buat balas dendan sama kalian bertiga."
Letta memejamkan matanya, masih berdiri dengan membelakangi Galaksi. Ia hendak berpikir, namun merasa bingung untuk memikirkan apalagi.
Hingga di tengah ruang pemikirannya, suara Galaksi menginterupsi. "Cukup cerita sama gue, Letta."
"Lo boleh pulang. Nanti gue bilang sama Dion buat ngurusin Rangga biar ga ngelibatin lo."
"LO CUMA PERLU CERITA! DAN GUE JANJI BAKAL NGELINDUNGIN LO!" Emosi Galaksi tiba-tiba meloncat pada derajat tertinggi, itu taunya juga membuat suaranya naik pada oktaf tertinggi pula. Ia kesal. Sangat kesal karena rasa ingin tahunya yang terus tak mendapatkan jawaban.
Ceklek...
"Gue ga butuh di lindungin Gal."
Letta melangkah masuk, meninggalkan Galaksi bersama luapan emosinya.
...
"Rangga kemaren masuk rumah sakit?" tanya Galaksi pada Damar yang sudah siap melangkah ke kantin.
"Lo sadar sendiri kan kalo kemarin lo hampir aja mutusin napas tuh anak?"
Galaksi menghela napasnya. "Kira-kira kapan dia sehat ya? Dia ngutang jawaban sama gue."
"Ya mana gue tahu. Lo susulin sendiri sana ke rumah sakit." Damar berdecak malas. "Udah ah, gue mau ngantin."
"Heran. Sekarang lo setiap ngantin ga pernah ngajak gue lagi. Ada teman lama teman baru di buang. Jahat lo." Galaksi berucap sembari berpangku tangan, dengan raut wajah seolah menyiratkan bahwa ia tengah di selingkuhi oleh Damar.
"Jadi lo nyalahin gue? Terus yang lo lakuin ke gue tuh apa? Semenjak pacaran sama Letta, lo selalu ninggalin gue makan duluan. Kadang ngilang. Terus masih mau bilang gue jahat?"
Tiba-tiba Galaksi nyengir. "Kok kedengeran lo cemburu gitu ya?"
"Bangsat," maki Damar, setelahnya langsung melanjutkan langkahnya yang tertunda. Dan Galaksi, ia akan menemui Dion.
Namun, langkahnya lagi terhenti saat menangkap sosok Letta yang ada di belokan tangga menuju lantai dua. Pasti ke atap, pikir Galaksi.
Maka ia mengiringi cewek itu dengan langkah santai, melewati banyak penggemarnya yang kini sudah cukup berkurang jumlahnya dan hanya menatapnya dari tempat mereka berdiri dengan raut wajah kesal.
Tep.
Galaksi menghentikan langkahnya di tapak ke lima ambang pintu atap tanpa bersuara, bermaksud ingin melihat apa yang akan cewek itu lakukan.
Galaksi bersidekap, dan seketika mata cowok itu langsung memejam juga dengan dengusan kasar melewati rongga hidungnya tatkala mendapati Letta yang lagi menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
Galaksi tak habis pikir sekarang, akan dirinya yang tiba-tiba menjadi sangat tidak suka saat cewek itu merokok. Galaksi berusaha menahan marahnya yang lagi-lagi ingin meledak melihat cewek itu yang masih pada keras kepalanya.
Hampir lima menit ia hanya menatap Letta yang sepertinya tidak menyadari eksistensinya, cewek itu sudah membuang puntung rokok pertamanya sembarang, dan memantik rokok baru, seolah memang sengaja tergesa agar bisa menghabiskan banyak rokok.
Tak tahan, Galaksi mulai menapak dengan langkah tegapnya membuat Letta menoleh dan telah mendapati Galaksi yang kini berdiri di sampingnya.
Galaksi menghela napas kasar, menoleh pada Letta dengan tatapan tajamnya. "Gue rasa, gue harus ngelaporin lo aja sama wakil kesiswaan biar lo kapok merokok," ujar Galaksi dengan nada dingin.
Seolah tak peduli, Letta tetap menikmati rokoknya, tak menoleh lagi pada Galaksi. Dan untuk pertama kalinya, Galaksi merasa benar-benar sangat marah sampai rasanya ia ingin membentak Letta dengan keras, agar cewek itu berhenti.
Tetapi, Galaksi memilih bergeming, membiarkan dirinya membaca raut wajah Letta yang berbeda dari biasanya. Hingga lagi, bersamaan dengan menit ke lima, bel masuk berbunyi.
"Mas—"
Ctik!
Letta menyalakan puntung rokok ketiga, membuat kesabaran Galaksi yang sedari tadi ia bangun dan tahan, habis sudah. Ia langsung mencengkram kedua bahu Letta kuat untuk menghadap ke arahnya, yang spontan membuat cewek itu meringis juga terkejut.
"LO PIKIR DI SEKOLAH LO BISA DENGAN SEENAKNYA NGEROKOK, HAH?!"
"Jadi selama ini lo ga ngerokok?" tanya Letta dengan nada sarkasme, melepas tangannya di bahu Galaksi kasar, lantas menikmati lagi rokok ketiga di tangannya.
"LETT—"
Klontang!
Bunyi peraduan antara besi dan besi dari slot pintu membuat Galaksi menghentikan kalimatnya.
"JANGAN COBA KABUR DARI SANA ATAU BAPAK BAKAL BIKIN KALIAN ANGKAT KAKI DARI SEKOLAH!"
Sial! Itu suara wakil kesiswaan mereka.
Galaksi langsung menarik Letta ke belakang tempat penampungan air, merapatkan tubuh cewek itu ke sana, seolah ia ingin Letta menghilang saja dari keadaan bahaya ini.
"Please, please, please..." Galaksi bergumam sangat kecil dengan memejamkan matanya, semakin menekan tubuh Letta ke dinding tempat penampungan air.
Maka, kondisi Letta tak jauh berbeda, tapi lebih parah dengan asap rokok yang belum ia keluarkan dan masih ia pertahankan dalam mulutnya, karena jika ia keluarkan, maka asap yang membumbung akan menamatkan riwayat mereka berdua.
"KELUAR!" Teriakan itu semakin membuat mata Letta terpejam rapat, mulutnya semakin menggembung, berasa hendak tersedak dengan asap di dalam mulutnya. Tapi tidak untuk Galaksi, sekarang ia malah beralih menatap Letta di depannya, dan ia sadar jika di dalam mulut cewek itu masih terdapat asap.
"KELUAR SEKARANG SEBELUM BAPAK YANG NEMUIN KALIAN!"
Cup...
Maka, mata Letta refleks membola alih-alih terpejam rapat seperti sebelumnya dan telah mendapati mata Galaksi yang terpejam. Kini cowok itu telah menempelkan bibirnya dengan benda serupa milik Letta, lalu menekan pipi cewek itu dan menyedot semua sisa asap yang masih tersisa di sana.
Hanya beberapa detik hingga penyatuan mereka kembali terurai, namun raut wajah datar Galaksi yang di temukan Letta seolah cowok itu tidak melakukan sesuatu yang gila. Mencium Letta!
Galaksi lalu mengambil rokok yang masih terselip di jari Letta. Kini berganti mulut Galaksi yang sedikit menggembung, walau sepertinya wujud asap itu sudah tak lagi bersisa.
Dengan isyarat dagunya, Galaksi menyuruh Letta untuk tetap bersembunyi di sini, dan tanpa menunggu respon Letta, cowok itu melangkah keluar dengan rokok di tangannya, menghadapi sendirian wakil kesiswaan mereka yang memang sudah biasa bermain tangan terhadap siswanya.
PLAK!
Maka benar adanya, Galaksi langsung mendapatkan tamparan keras di pipinya.
"Oh! Galaksi Abimanyu? Siswa yang masih di kategorikan sebagai siswa berprestasi ini ternyata merokok di sekolah?"
Galaksi diam, hanya menunduk.
"Siapa lagi?! Tadi ada suara dua orang di sini!"
"Saya sendiri, Pak!"
"JANGAN BERBOHONG KAM—"
"Buat apa saya ngorbanin diri sendiri kalo misal temen saya juga ngerokok, Pak."
Wakil kesiswaan bername-tag Imron itu mendengus dan tersenyum remeh. "Mengaku kamu ya. Ikut bapak ke ruang bk! Sekarang!"
Karena lo bukan temen. Lo pacar gue, Letta.
...
Masih minat ga, sama kelanjutan cerita ini?
Sippeuuu... Ini Rangga. Wkwkwk
Next...Next... pengen tahu si galaksi sama zetheera menjalani pura-pura pacaran dan tingkah fansnya galaksi melihat mereke berdua.. Hihihihi... ;d
Comment on chapter [2] Sarkasme