Aku sadari aku mulai berubah, karenamu.
- Breakeven
Letta menyenderkan kepalanya, memandangi bajunya yang melayang-layang tertiup angin di sebuah kawat yang ia ikatkan ujung ke ujungnya pada besi sisa pondasi bangunan di atap sekolahnya.
Entah sudah berapa lama ia terduduk di sana, sampai sebuah suara menginterupsi kegiatannya.
"Letta, gue tadi di kerumunin anjir. Seharusnya setiap istirahat lo ke kelas gu—"
"Bisa diem ga lo?" potong Letta, namun tak mengalihkan atensinya dari bajunya yang masih melayang tertiup angin.
Refleks, Galaksi mengusap dadanya, berpikir seharusnya yang pantas bernama Galaksi adalah Letta, dengan singkatan 'galaknya bikin stroke usia dini'.
"Gue ngeliat lo tadi lari di lapangan," ucap Galaksi saat ia mendaratkan bokongnya di samping Letta.
"Ada rokok nggak lo?" tanya Letta, tak menggubris sama sekali ungkapan pernyataan Galaksi.
"Lo udah bikin perjanjian waktu itu sama gue ga bakal ngerokok."
Tak ada jawaban dari cewek itu.
Dion menghela napasnya. "Dion nitipin ni susu buat lo." Galaksi mengulurkan susu kaleng tersebut pada Letta, yang langsung di sambut oleh Letta.
"Lain kali, nanti gue beliin deh buat lo."
"Lo beneran suka sama gue kan?" Ucapan datar itu langsung membuat Galaksi memutar bola matanya jengah. Ia memilih tak menghiraukan ucapan Letta. Cowok itu menyamakan tatapannya dengan Letta, pada baju cewek itu yang masih setia terombang-ambing oleh angin.
"Gal."
"Lett."
Ucap mereka berdua bersamaan.
"Oke. Ladies first," ujar Galaksi.
Letta manarik napasnya kasar, seolah kalimat yang akan ia lontarkan itu mampu menghabiskan oksigen di paru-parunya. "Gue pulang pergi bareng lo, boleh?"
Galaksi lantas menoleh menatap Letta dan alis hampir bertaut, heran. "Padahal tadi gue emang mau minta lo buat pulang pergi bareng gue. Kok bisa gitu ya?"
Letta menggedikkan bahunya. "Tadi niatnya gue mau bayar ongkosnya. Tapi karena lo juga emang mau nawarin, berarti itu free."
Mendengar itu, refleks Galaksi tertawa. "Kok lo selalu masalahin duit, sih? Nemu gue cewek modelan lo."
Letta tersenyum miring. "Cewek kayak gue emang langka. Dan yang ke berapa kali gue ingetin, di dunia gaada yang gratis."
Galaksi spontan memutar kedua matanya malas. "Ya-ya. Terserah lo."
Tak ada tanggapan dari Letta, dan lagi, membuat keterdiaman kembali melingkupi mereka berdua.
"Gal."
"Lett."
Bersamaan lagi.
"Nah, sekarang man first," ujar Galaksi cepat, lantas cowok itu kembali menjatuhkan atensinya pada Letta di sebelahnya. "Jauhin Dion, bisa?"
Letta langsung menoleh pada Galaksi, dahinya berkerut samar. "Tadi gue mau bilang itu alasan gue minta pulang pergi bareng lo."
Galaksi sekarang mendelikkan matanya sempurna. "Kok bisa sih kita samaan, udah dua kali lagi. Jangan-jangan kita jooo..."
Plak!
"Anjir Lett, sakit! Lo suka banget mukul gue sih! Kalo cowok aja, udah gue abisin lo!" seru Galaksi kesal, di tambah melihat respon Letta yang tak acuh dan hanya diam, membuatnya semakin ingin menenggelamkan Letta di rawa-rawa.
Oke, Abang Galaksi sabar.
"Baju lo kenapa?" tanya Galaksi, setelah mengusap bagian kepalanya yang di pukul Letta.
"Ketumpahan kuah bakso."
"Kok bisa? Lo ngantin pas pergantian pelajaran tadi?"
Letta meminum susunya, lantas setelahnya menghela napasnya pelan. "Ada yang numpahin di loker gue."
Jawaban itu spontan membuat Galaksi menjatuhkan atensi sepenuhnya pada Letta. "Maksud lo, ada yang ngisengin lo?"
Letta menjawab dengan menggedikkan bahunya, meminum susunya lagi.
"Lo ada haters ya?" tanya Galaksi penasaran.
Plak!
Itu jawaban pertama yang di dapat Galaksi, membuat cowok itu meringis untuk kedua kalinya.
"Kok lo malah mukul gue? Dan ini udah kedua kalinya anjir. Amnesia lama-lama gue."
Letta mendengus, tak menghiraukan ocehan Galaksi. "Gue ada haters juga semenjak pacaran sama lo, tai!" jawab Letta sengit, merasa kesal dengan ketololan otak Galaksi.
Namun, respon Galaksi malah meresponnya dengan muka cengo, seolah memang tak mengerti hubungan antara, kegantengan Galaksi - fansnya - haters Letta - dan kuah bakso, membuat cewek itu menggeram tertahan, kesal.
"Kok malah kayak gara-gara gue deh?"
"Nyadar diri kek! Lo tuh ganteng, banyak fans, dan tiba-tiba lo pacaran sama gue, apa nggak pada ngamuk fans lo!"
"Aciah, gue ganteng yak?"
"Sialan! Kesel gue sama lo!" Emosi Letta tiba-tiba langsung naik ke ubun-ubun. Cewek itu lantas berdiri, namun tangan Galaksi dengan cepat menahan pergelangan tangannya. Pandangan mereka bertemu.
"Mulai sekarang, lo satu loker sama gue."
...
"Kemarin kesepakatan kita udah deal, Adeeva Anada Leora," desis Galaksi dengan nada dingin.
"Dan sekarang, lo nuduh gue yang ngelakuin itu ke Letta?" Nada mendengus, memutar bola matanya jengah.
"Siapa lagi kalo bukan lo, sialan," geram Galaksi.
Mata Nada lantas mendelik, mendengar umpatan kasar dari Galaksi padanya. Seingatnya, dulu Galaksi bukan orang yang dengan mudah menampakkan emosi padanya, apalagi sampai mengucapkan kata makian.
"Dan sampe sekarang, gue bahkan masih ngeliat Dion nempel sama Letta. Itu yang lo bilang bakal ngejauhin Dion dari tuh cewek sialan?!"
"Jaga omongan lo." Galaksi semakin menggeram, rahangnya tiba-tiba mengeras.
Nada berdecih. "Cuma karena cewek ga jelas kayak dia, lo jadi kayak gini?"
"Bukan urusan lo, lo cuma harus jawab jujur, kalo emang lo yang numpahin tuh kuah bakso."
"Lo tau gue Gal. Kalo gue bilang, gue nggak, berarti gue emang nggak ngelakuin itu. Kalo lo mau tahu, gue emang liat sendiri kalo udah dua kali penggemar bego lo yang ngelakuin hal itu ke loker Letta."
Galaksi menghembuskan napasnya kuat, tak menjawab apa-apa, lantas melangkahkan kakinya meninggalkan bagian belakang kelas mereka yang sepi.
"Sialan," maki Nada.
...
"What the—Jadi semua buku pelajaran sama buku tulis lo tinggalin di sekolah?" tanya Galaksi, mendelikkan matanya lebar saat melihat Letta yang membopong seluruh buku pelajarannya di depan dada. "Lo ga belajar di rumah?"
"Ngapain belajar kalo ujung-ujungnya gue lupa lagi," jawab Letta datar, mulai menyusun bukunya ke tingkat bawah loker Galaksi. Loker cowok itu bahkan terlihat kosong. Tadi Letta hanya melihat parfum juga pomade, serta buku pelajaran yang kemungkinan hanya pada hari ini saja.
Galaksi tiba-tiba ikut menunduk, mengambil beberapa buku Letta, lalu meletakkannya di bagian pertama.
"Kok lo taro di situ? Itu bagian lo," tanya Letta, saat Galaksi malah meletakkan bukunya pada tingkat pertama yang merupakan bagian Galaksi.
"Gapapa, gabung aja barang lo sama gue. Kalo misal masih di pisah, kan sama aja, nanti bagian lo yang kena sampah, bagian gue isinya coklat. Kalo di gabung kan mereka pasti mikir dua kali buat ngotorin bagian gue."
Letta menghela napasnya, tak menjawab, tapi tangannya sudah kembali menyusun bukunya. Bagian atas untuk buku paket, dan bagian bawah untuk buku tulis.
"Udah," ucap Galaksi, saat ia meletakkan sebuah boneka kecil milik Letta di bagian sudut. "Pakek ada boneka segala lo."
"Itu boneka pertama yang gue dapetin dari mesin capit boneka setelah gue hampir ngamuk sama mbak-mbak yang jual koin."
Galaksi spontan tertawa, yang hanya di balas dengan tatapan malas oleh Letta. Setelahnya cewek itu langsung melangkahkan kakinya, yang langsung di iringi pula oleh Galaksi.
"Gila ya lo. Untuk ga di seret sat—Bangsat!"
Bersamaan dengan makian Galaksi, langkah mereka terhenti.
...
Next...Next... pengen tahu si galaksi sama zetheera menjalani pura-pura pacaran dan tingkah fansnya galaksi melihat mereke berdua.. Hihihihi... ;d
Comment on chapter [2] Sarkasme