BAB XXI
Mereka berjabat tangan. Hanif menyebutkan namanya dan Mr. Black hanya diam saja.
“Kau sudah menyantap sarapanmu?” tanyaku ke Hanif.
“Sudah. Telurnya sangat enak.”
Aku dan Mr. Black langsung duduk di sofa yang berhadapan dengan kursi yang di duduki hanif.
“Aku buat teh.” kata Mr. Black sambil bersiap-siap untuk berdiri.
“Tidak. tidak usah. Kami sudah minum teh tadi pagi.” kataku menahannya. Mr. Black kembali duduk.
“Aku disini untuk membahas tindakan yang akan kita ambil berikutnya.” kataku mengambil alih pembicaraan. “Situasinya sangat rumit. Hanif sudah menjadi buronan, dan siapa nama ketua itu?”
“Jee.” jawab Hanif singkat.
“Ya, Tuan Jee. Tuan Jee sekarang..”
“Tidak usah pakai tuan, ia hanya dua tahun lebih tua dariku.” sela Hanif ketus.
“Baiklah, Jee sekarang bebas berkeliaran. sebentar lagi dia akan tahu bahwa kau.” kataku sambil menatap hanif. “telah menghilang. Tentu Jee tidak akan berdiam diri saja, kau bukan hanya menjadi buronan polisi tapi juga akan menjadi buronan anak buah Jee. kesimpulannya adalah Hanif tidak akan bisa kemana-mana dan terpaksa harus bersembunyi di apartemen sampai kasus ini selesai.”
Hanif lagi-lagi tidak bersabar dan memotong pembicaraan.
“Tunggu sebentar, apa gunanya aku bersembunyi sampai kasus ini selesai? setelah kasus ini selesai pun aku akan tetap dituduh sebagai pengedar dan akan mendekam di sel! Aku juga tidak mau menjalani sisa hidupku dalam bayang-bayang dan rasa takut. dan itu juga jika kasusnya selesai. Kau tidak tahu Jee itu seperti apa?seberapa bahaya dirinya. Sama saja kau bunuh diri jika ikut-ikutan terlibat denganku. Kesimpulanmu itu sungguh tidak masuk akal. Aku sudah tidak ada harapan lagi, aku sudah selesai!”
Mr. Black masih kelihatan tenang di balik kacamata hitamnya itu.
“Kendalikan dirimu, Nif!” kataku. “Sekarang di mata hukum kau memang seorang pengedar, tapi bagaimana jika aku mengakui bahwa yang kau lakukan itu semata-mata untuk membongkar kejahatan komplotan Jee? dan satu-satunya cara agar kau tidak bersalah adalah kita harus berhasil. inilah satu-satunya kesempatan kita.”
Hanif menyilangkan tangannya, menengadahkan kepalanya ke langit-langit. ia masih belum sepenuhnya percaya dengan perkataanku.
“Dengarlah, mungkin rencana ini akan gagal, tapi setidaknya kau berbuat hal yang benar bukan??tidak ada lagi rasa penyesalan yang menghantuimu.” kataku menghibur.
Ia bertopang dagu. “Tapi dengan cara apa kau akan membongkarnya? kau tidak akan bisa dengan hanya menahan Jee karena tidak ada bukti-bukti yang mengarah padanya. Ia begitu licin.”
Aku sedikit kesal dengan sifat hanif yang sangat pesimis itu. “Kau ini tidak pernah berpikir yang baik-baik ya? mentang-mentang aku ini seorang wanita jadi kau meremehkanku?”
“Aku tidak bermaksud meremehkanmu.” katanya dengan nada menyesal.
` “Kalau begitu jangan sedikit-sedikit mengeluh. Mr. Black bisa membantu kita.” kataku sambil menyentuh punggung tangan Mr. Black. Ia masih terdiam seperti patung. “Mr. Black bukan orang sembarangan, ia berasal dari dunia hitam?dunia yang digeluti orang jahat. tapi Mr. Black sekarang sudah menjadi kaki tangan Ayahku dan sudah pensiun dari pekerjaan lamanya. Pengalaman Mr. Black dibutuhkan disini. kita berdua akan benar-benar mengandalkannya. bukan begitu Mr. Black?” Mr. Black hanya menganggukan kepala. “tapi bukan berarti kau tidak dibutuhkan, pengalamanmu sebagai pengedar akan sangat dibutuhkan. Jadi, ceritakanlah kepadaku dan Mr. Black bagaimana komplotan itu bekerja.”
Hanif mengusap-usap mulutnya, mencoba mengingat-ingat kembali. “Secara garis besar begini. setiap jurusan memiliki sepasang pengedar, di universitasku setidaknya ada 17 jurusan?anggaplah 20 karena aku tidak seberapa hafal, dari 3 fakultas yaitu fakultas teknik,fmipa,dan kedokteran. barang tersebut diedarkan dengan cara yang berbeda-beda. Di jurusan fisika aku dan Ghifari mengedarkan pesanan dengan memasukkannya pada lubang ventilasi loker pemesan, sementara pengedar lainnya pernah bilang kepadaku bahwa ia mengedarkannya dengan menaruhnya di gudang olahraga jurusan tersebut. Aku dapat menyimpulkan bahwa setiap jurusan memiliki caranya masing-masing untuk menerima paket tersebut. Jika diperkirakan bahwa setiap jurusan memiliki 4 pelanggan tetap maka terdapat 80 pelanggan dan 40 pengedar. Kami juga harus pergi ke gudang penyimpanan mengambil barang pesanan, disana terdapat perantara yang mengontrol. Perantara disini bisa kita abaikan karena kita sudah mengetahui siapa dalang dibalik semua ini?yaitu Jee. Itu saja yang aku ketahui sampai saat ini. Nah, selanjutnya apa rencana kita?” tanya Hanif.
“Untuk sekarang kita hanya perlu mendata siapa saja yang menjadi pelanggan dan pengedar.” jawabku.
“Itu saja?” kata Hanif kurang puas.
“Itu saja untuk saat ini.” kataku. “Baiklah, pembicaraan bisa kita akhiri.
“Tunggu, bagaimana denganku? apa aku akan bermalam denganmu untuk seterusnya??maksudku di ruangan ini” kata Hanif malu-malu.
“Tentu saja tidak, kau akan tinggal bersama Mr. Black. Kamarnya tidak jauh dari kamarku, kalau kau butuh apa-apa kau bilang saja ke Mr. Black tidak usah sungkan-sungkan.”
Mr. Black bangkit dan meninggalkan kamarku.
“Tunggu apa lagi, cepat kau susul dia.” perintahku.
Hanif sepertinya kecewa dan berjalan terseok-seok keluar ruangan. Pintu ditutup. Aku merasa mengantuk karena peristiwa semalam dan memutuskan untuk tidur siang.
"Aku tidak pernah menghisap apapun selain udara"
Comment on chapter BAB IIOke, mungkin kalimat itu bakal nempel dikepalaku sampai besok :))