Loading...
Logo TinLit
Read Story - Perfect Candy From Valdan
MENU
About Us  

—Elvira—

Game akan menjadi sangat meyebalkan jika kamu kalah dan harus melaksanakan tantangan absurd, apalagi jika tantangan itu berhubungan dengan seorang Valdan. Sebenarnya ini game atau ToD?

-------

El mengunci mulutnya rapat-rapat. Ia juga menjaga matanya agar tidak khilaf dan terus memelototi pria menyebalkan yang duduk di depannya. Bisa-bisa, dirinya akan dituduh menyukai si menyebalkan itu lagi!

Dengan sesekali ia melihat ke papan, membaca tulisan di papan tulis lalu mengalihkan pandangannya kembali ke buku tulisnya, dan mencatat apa yang ada di papan tulis.

“Dek, sudah selesai, belum?” seru Rina.

“Udah, Kak!” jawab seluruh siswa.

“Sambil nunggu arahan selanjutnya, gimana kalo kita ngadain game aja?” ucap Rendy.

Game apaan, Ren?” sahut Monic. “Udara darat laut?” tanyanya lagi.

Rendy mengangguk sebagai jawaban.

“Dek, kita main udara darat laut ya, ntar yang kena nyebutin satu hewan dalam waktu tiga detik. Jawaban pertama yang akan diambil,” Monic memberi penjelasan.

“Tutup mata gak, Kak?” tanya salah satu siswa.

“Iya,” jawab singkat Valdan.

“Kalo gitu, kita mulai. Dek, tutup mata sekarang,” seru Rina memberi aba-aba.

Semua siswa Kelas Kunir menutup mata.

“Ingat ya Dek, hanya suara saya,” ucap Monic. “Udara darat laut…” ucap Monic dengan keras, ia terus mengulanginya seraya mengelilingi bangku tiap peserta MOS.

Sejujurnya El tidak begitu suka dengan permainan seperti ini, kenapa? Karna itu membuatnya gugup, sehingga jika ia kena, ia akan sulit menjawab. Sekarang saja jantungnya sudah berdegub kencang.

Semoga ia tidak kena. Amin.

“Udara darat laut, udara!” ucap Monic seraya menepuk pundak salah satu peserta MOS. “Satu…” Ia mulai menghitung saat siswi itu tak kunjung menjawab.

“Lalat!” seru siswi itu.

Karna jawaban siswi itu benar, maka permainan dilanjutkan kembali.

“…Darat!”

“Eh, darat-darat!”

“Dek, silahkan ke depan, ingat, jawaban pertama yang diambil, ya,” ucap Rina. “Yang lain, silahkan membuka mata.”

El bernafas lega, kemudian ia menatap siswi yang berdiri di depan. Ia tak bisa membayangkan kalau yang berdiri di sana adalah dirinya! Syukurlah…

“Dek, kita hukum apa enaknya? Nyanyi? Atau yang lain?” tanya Monic.

“Nyanyi!”

“Goyang, Kak!”

“Akting!”

“Lo apaan Val?” tanya Monic, seraya menatap Valdan yang masih anteng duduk di depan meja El.

“Terserah,” jawab enteng Valdan.

“Kalo lo Rin? Rendy juga,” ucap Monic.

“Nyanyi aja,” ucap Rani dan dibalas anggukan oleh Rendy.

“Yaudah, nyanyi aja, Dek,” kata Monic.

Siswi itu mulai bernyanyi lagu Indonesia Raya. El memandangnya takjub, suaranya bagus banget!

Setelah bernyanyi, siswi itu kembali ke bangkunya. Dan permainan kembali dilanjutkan.

“…Udara darat laut, laut!”

“AAA!” Saking kagetnya, El sampai berteriak. Ia tak menyangka dirinya yang akan kena, hiks.

“Dek, silahkan ke depan, dan yang lain bisa membuka mata,” seru Rina.

Mampus! Inilah mengapa ia tak menyukai permainan ini! Dia itu gampang terkejut, astaga, padahal ia hanya berteriak reflek, kenapa itu dianggap sebagai jawaban, huh!

Dengan setengah hati, El ke depan. Ia terus merapalkan doa, doa agar ia tidak disuruh menyanyi, karna dia tidak bisa bernyanyi! Suaranya pas-pasan, ia cukup sadar diri.

“Dek, kita hukum apa?”

Diam-diam El melirik Valdan yang sekarang sedang menatapnya. Dia memasang wajah kesalnya, kemudian menggerutu dalam hati. Si menyebalkan itu pasti senang karna dirinya dihukum! AAA! Ini menyebalkan!

“Nyanyi sudah, akting aja, Dek,” ucap Valdan dengan nada menyebalkan yang khas.

Tuh, kan! Apa ia bilang!

“Hah? Gak bisa, Kak!” seru El yang langsung menolak.

“Saya gak tanya kamu bisa atau enggak. Saya nyuruh kamu,” balas Valdan yang kembali mengajak El untuk berdebat.

Astaghfirullah, Astaghfirullah, Astighfirullah. Dalam hati gadis itu hanya bisa membaca istighfar berulang-ulang. Kesabarannya benar-benar diuji.

“Boleh juga tuh, kalo gitu kamu akting ya, Dek. Sama Valdan,” ucap Monic dengan senyum misterius.

“HAH?!” El menganga tak percaya. Apa-apaan ini?! Kenapa harus dengan Kakak nyebelin?!

Berdiri di depan saja sudah membuatnya malu, apalagi disuruh akting.

“Cieee…. Huuuu….” Sorakan-sorakan terdengar dari mulut seluruh siswa di Kelas Kunir.

“Val, diri lo! Duduk aja dari tadi!” seru Monic seraya menatap Valdan.

El merasa wajahnya memanas, bukan karna malu, tapi karna ia kepanasan! Ia melihat Valdan berdiri dan berjalan ke arahnya dengan gaya sok keren. Duh, dirinya jadi deg-degan.

Coba saja yang berjalan ke arahnya itu Kak Andreas, El pasti ikhlas lahir dan batin.

Iris hitam El terus menatap Valdan yang sekarang berdiri di depannya. Tatapan yang didominasi oleh kata kesal. Gara-gara pria ini, yang baru ditemuinya tadi pagi, ia harus dihukum berakting!

El merengut.

“Dek, kamu berakting nembak Valdan, ya.”

Menembak? Maksudnya menembak yang pakai pistol, kan? Tolong katakan iya! Kalau begitu, ia akan senang hati melakukannya!

“Ini, Dek, anggap aja sebagai bunga,” Rendy menyerahkan spidol papan tulis kepada El.

Oke, bukan yang pakai pistol ternyata.

EMAK! Tolong anakmu! Anakmu yang manis ini dipaksa menembak orang! Jerit El dalam hati.

Pipi El merona malu. Masa iya dirinya disuruh menembak laki-laki, apalagi laki-laki itu Reyvaldan! Yang benar saja! Walaupun cuma akting, tapi ini masalah harga diri, say!

Kecuali yang ia tembak itu Mas Ganteng, dengan senang hati ia akan melakukannya.

“Cepetan,” ucap singkat Valdan dengan nada diktator yang membuat wajah El ditekuk.

“Iya-iya,” El menjeda ucapannya, “Ekhem, K—kak, aku suka sama Kakak. Mau gak jadi pacar aku?” Dengan tergagap, ia mengucakan kalimat keramat itu.

“Apa?” satu alis Valdan terangkat.

Hah… sabar, El, sabar! Ingat Mas Ganteng!

“Kak Valdan mau jadi pacar aku?” El kembali berucap. Kali ini sedikit lebih keras, namun sangat cepat.

“Kamu mau balapan, Dek? Cepet banget,” ucap Valdan dengan nada mengolok.

Oke, fix! Sekarang El mulai merasa dongkol. Namun, dengan segera ia kembali mengucapkan istighfar dalam hati. Siapa tahu amarahnya sedikit berkurang.

“Hah, Kak Valdan mau gak jadi pacar aku?” Untuk ketiga kalinya El mengucapkan kalimat yang sama. Jantungnya sudah berdetak tak karuan karna kalimat mengerikan itu.

“Kamu ngomong apaan, Dek?”

DASAR BUDEG!

Akhirnya kata-kata yang tak seharusnya ia ucapkan keluar juga, tapi tenang, masih di dalam hati, kok. Mana berani ia berteriak seperti itu, maaf, dirinya masih sayang nyawa!

Setelah masalah tidak berfaedah ini selesai, ia akan menulis surat special untuk seniornya itu. Surat anjuran ke THT! Sayang banget kalau ganteng-ganteng ternyata memiliki masalah di telinga!

Astaghfirullah hal’adim! Ya Allah, ampunilah El.

“Aku ngomong, apakah Kak Valdan mau menjadi pacar aku?”

Jikalau nih senior kampret pura-pura budeg lagi, gue lempar juga sepatu gue ke wajahnya! Batin El frustrasi.

Saking frustrasinya, ia bahkan sudah mempersiapkan diri beserta sepatunya yang akan ia lempar jika Valdan kembali pura-pura tuli. Peduli setan dengan sopan santun!

Dengan wajah menahan kesal, El menatap Valdan. Sejujurnya, ia menunggu jawaban apa yang keluar dari mulut pria itu.

“Hm,” jawaban tak terduga keluar dari mulut Valdan.

ASDFGHJKL! HAH?! CUMA HM, DOANG?!

YA ALLAH, ada apa dengan pria menyebalkan ini?! Dengan susah payah dia mengucapkan kalimat itu bahkan ia sampai mengulanginya beberapa kali, dan si menyebalkan itu hanya bergumam saja?

Tolong gampar wajah pria bernama Reyvaldan A. Wijaya sekarang juga! Ia butuh relawan yang bersedia melakukannya!

“Cieeee….ciee…” sorakan-sorakan kembali terdengar tepat saat El menyelesaikan acara menembaknya. Gadis itu malu bukan main.

“Kak, boleh duduk?” tanya El kepada Monic. Ia benar-benar sudah tidak tahan berdiri di sini bersama Valdan, tidak baik dengan kesehatan jantungnya juga tekanan darahnya.

Monic mengangguk. “Ulangi Dek, spidol ah, maksudku bunganya belum kamu kasih ke Valdan,” jawabnya singkat seraya menunjuk spidol yang dipegang El.

Tolong gampar El sekarang juga, dirinya rela.

El memejamkan matanya sejenak, kemudian ia menghembuskan nafasnya pelan. Sabar El, sabar…

“Kak Valdan, mau gak jadi pacar aku?” Dengan amat berat hati, El mengulangi kalimatnya. Tangannya terjulur menyerahkan spidol yang diekspetasikan menjadi bunga kepada Valdan.

Valdan tak lekas mengambil spidol tersebut, ia memandang El sejenak.

“Hm,” Dan lagi-lagi dijawab seperti ini! Sedih tahu!

El meringis dalam hati.

Setelah Valdan menerima spidol dari El, sorakan-sorakan kembali terdengar, membuat pipi El merona malu. Hancur sudah harga dirinya.

“Ah iya, kenapa kamu nembak aku, Dek? Kasih alasannya. Bukankah kalau ingin menembak seseorang harus ada alasannya?”

KARNA GUE DIHUKUM, PUAS?!

Gadis itu benar-benar ingin menangis, sayang air matanya tak keluar sesuai yang ia harapkan. Ia tak tahu harus apa sekarang. Menjambak senior itu, atau mencakar wajah ganteng itu? Keduanya pilihan yang sulit.

Karna pilihannya sulit, mungkin El tak akan memilih salah satu. Keduanya tampak bagus untuk dilakukan.

“Jadi, kenapa kamu nembak aku, Dek?” tanya Valdan karna El tak kunjung menjawab.

El memainkan jari telunjuknya, tampak ragu untuk menjawab.

“Karna… hemm… karna… karna aku suka Kak Valdan,” Mendadak El merasakan perutnya mules.

“Hanya itu?” Valdan kembali bertanya dengan kening yang mengerut.

“Karna Kak Valdan baik,” Sama sekali tidak!

“Ramah,” Bohong banget!

“Perhatian,” Kaga yakin gue.

“Dan tampan,” Yang ini jangan dipercaya.

Valdan terdiam sejenak, lalu mengamati El dari atas sampai bawah kemudian ke atas lagi secara terang-terangan. Kedua matanya menyipit, menatap tak percaya El.

“Serius?” tanya singkat Valdan.

El segera mengangguk menyetujui. Semakin cepat ia mengiyakan, semakin cepat ia duduk. Dirinya sudah cukup malu, astaga. Ia seorang yang pemalu, oke?

“Iya, Kak! Serius!”

“Oke,” jawab singkat Valdan.

Jadi, ini sudah selesai, kan? Diam-diam El berharap dalam hati.

“Kak, apa saya sudah boleh duduk?” tanya El seraya menoleh ke Monic. Menatap senior itu penuh harap.

“Iya, Dek,” jawab Monic singkat, lalu bertepuk tangan, “Akting yang bagus, Dek!”

BUNDA! EL MAU PULANG SAJA! Jerit El dalam hati, rona merah di pipinya semakin kentara.

Dengan tergesa, El kembali ke tempat duduknya, begitupun dengan Valdan. El menatap tajam Valdan yang duduk santai di depannya. Ia benar-benar tidak tahan untuk menjambak rambut hitam milik Valdan.

Namun apalah daya dirinya yang hanya bisa bermimpi melakukannya.

Hah.

“Oh ya, Dek, besok kalian wajib membawa surat cinta. Buat sendiri, ya! Trus, besok kalian kasih ke Kakak OSIS bebas siapa aja. Yang cowok, kasih ke Kakak OSIS cewek, begitupun sebaliknya,” jelas Rina dengan suara keras agar semua dapat mendengarnya dengan jelas.

“Ada yang perlu ditanyakan?” timpal Rendy.

“Enggak, Kak!”

“Satu lagi! Kasih nama kalian, kelas, sama nomor hp kalian, nanti surat yang paling bagus akan dikasih hadiah!” ucap Monic.

Dahi El mengerut mendengarnya. Hah? Nomor hp? Untuk apa coba? Ada-ada saja! Ah, itu bukan masalah penting untuknya, masalahnya… ia belum pernah membuat surat cinta satu kali pun! Bagaimana ini?!

Lagipula, suratnya nanti dia kasih ke siapa ya? Mas Ganteng? Aishh! Ia malu! Ah, sudahlah, dipikirkan nanti saja.

-------

R E Y V I

-------

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aku benci kehidupanku
375      256     1     
Inspirational
Berdasarkan kisah nyata
The Black Envelope
2844      1016     2     
Mystery
Berawal dari kecelakaan sepuluh tahun silam. Menyeret sembilan orang yang saling berkaitan untuk membayarkan apa yang mereka perbuatan. Nyawa, dendam, air mata, pengorbanan dan kekecewaan harus mereka bayar lunas.
Kare To Kanojo
6367      1721     1     
Romance
Moza tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah setelah menginjak Negara Matahari ini. Bertemu dengan banyak orang, membuatnya mulai mau berpikir lebih dewasa dan menerima keadaan. Perbedaan budaya dan bahasa menjadi tantangan tersendiri bagi Moza. Apalagi dia harus dihadapkan dengan perselisihan antara teman sebangsa, dan juga cinta yang tiba-tiba bersemayam di hatinya. DI tengah-tengah perjua...
JEOSEUNGSAJA 'Malaikat Maut'
10715      2529     1     
Fan Fiction
Kematian adalah takdir dari manusia Seberapa takutkah dirimu akan kematian tersebut? Tidak ada pilihan lain selain kau harus melaluinya. Jika saatnya tiba, malaikat akan menjemputmu, memberikanmu teh penghilang ingatan dan mengirim mu kedimensi lain. Ada beberapa tipikel arwah manusia, mereka yang baik akan mudah untuk membimbingnya, mereka yang buruk akan sangat susah untuk membimbingny...
A & O
1657      794     2     
Romance
Kehilangan seseorang secara tiba-tiba, tak terduga, atau perlahan terkikis hingga tidak ada bagian yang tersisa itu sangat menyakitkan. Namun, hari esok tetap menjadi hari yang baru. Dunia belum berakhir. Bumi masih akan terus berputar pada porosnya dan matahari akan terus bersinar. Tidak apa-apa untuk merasakan sakit hati sebanyak apa pun, karena rasa sakit itu membuat manusia menjadi lebih ma...
Melawan Tuhan
2861      1084     2     
Inspirational
Tenang tidak senang Senang tidak tenang Tenang senang Jadi tegang Tegang, jadi perang Namaku Raja, tapi nasibku tak seperti Raja dalam nyata. Hanya bisa bermimpi dalam keramaian kota. Hingga diriku mengerti arti cinta. Cinta yang mengajarkanku untuk tetap bisa bertahan dalam kerasnya hidup. Tanpa sedikit pun menolak cahaya yang mulai redup. Cinta datang tanpa apa apa Bukan datang...
Cintaku cinta orang lain
363      298     0     
Romance
"Andai waktu bisa diulang kembali ,maka aku gak akan mau merasakan apa itu cinta" ucap Diani putri dengan posisi duduk lemah dibawah pohon belakang rumahnya yang telah menerima takdir dialaminya saat merasakan cinta pertama nya yang salah bersama Agus Syaputra yang dikenalnya baik, perhatian, jujur dan setia namun ternyata dibalik semua itu hanyalah pelarian cintanya saja dan aku yang m...
Ballistical World
9942      1950     5     
Action
Elias Ardiansyah. Dia adalah seorang murid SMA negeri di Jakarta. Dia sangat suka membaca novel dan komik. Suatu hari di bulan Juni, Elias menemukan dirinya berpindah ke dunia yang berbeda setelah bangun tidur. Dia juga bertemu dengan tiga orang mengalami hal seperti dirinya. Mereka pun menjalani kehidupan yang menuntun perubahan pada diri mereka masing-masing.
Drapetomania
10995      2532     7     
Action
Si mantan petinju, Theo Asimov demi hutangnya lunas rela menjadi gladiator bayaran di bawah kaki Gideon, laki tua yang punya banyak bisnis ilegal. Lelah, Theo mencoba kabur dengan bantuan Darius, dokter disana sekaligus partner in crime dadakan Theo. Ia berhasil kabur dan tidak sengaja bertemu Sara, wanita yang tak ia kira sangat tangguh dan wanita independensi. Bertemu dengan wanita itu hidupnya...
Stay With Me
195      163     0     
Romance
Namanya Vania, Vania Durstell tepatnya. Ia hidup bersama keluarga yang berkecukupan, sangat berkecukupan. Vania, dia sorang siswi sekolah akhir di SMA Cakra, namun sangat disayangkan, Vania sangat suka dengan yang berbau Bk dan hukumuman, jika siswa lain menjauhinya maka, ia akan mendekat. Vania, dia memiliki seribu misteri dalam hidupnya, memiliki lika-liku hidup yang tak akan tertebak. Awal...