Teng nong teng nong teng nong, waktu istirahat tersisa 5 menut lagi. Harap semua siswa segera kembali ke kelas masing-masing.
Teng nong teng nong teng nong, the break time is over after 5 minutes again. Please all student back to the class as soon as possible. Teng nong teng nong teng nong.
Suara bel yang sangat khas dengan sekolah ini, terdengar seperti seorang perempuan dengan nada formal. Saat itu aku masih mengunyah sepotong bakso yang menyisahkan 2 bakso di mangkok.
“Ayo cepat, bentar lagi masuk nih!” teriak Rowy.
“Alay lo, baksonya masih 2 lagi....” Cetusku tertahan ketika Rowy menusuk baksoku lalu memasukan 2 potong itu ke dalam mulutnya sekaligus.
“Ihhh, apaan sihh…” tambahku.
“Udah-udah gak usah debat. Sekarang ikut aku dan ke kelas sekarang, guru mapel sejarah kali ini kiler loh.” Jelasnya sembari menarik tanganku.
Aku hanya bisa diam dan mengikutinya dari belakang. Jujur, setahuku guru sejarah itu baik dan sangat perhatian. Kali ini killer? Killer itu pembunuh bukan? Jadi nyawaku kali ini terancam?
“Hahaha, kenapa wajahmu jadi sangat pucat? Kamu sakit? Mau ke UKS?” tanya Rowy setelah ia sekilas melirik ke arahku.
“Tidak, aku baik-baik saja Rowy.” Ku usap wajahku dengan tangan kiriku.
“Killer itu maksudnya guru itu sangat galak, tapi bukan berarti pembunuh. Kamu ini aneh-aneh aja. Hahaha.” Jelas Rowy.
“Ohh gitu.” Kalimat Rowy sedikit membantuku, ya setidaknya bisa dipastikan kalau aku masih bisa menghirup udara segar di esok hari.
Tak lama, kami pun sampai di depan ruang kelas X IA 2. Beruntungnya, guru belum datang ke kelas kami. Masuk dan duduk. Sekitar 1 sampai 2 menit guru yang dusebut killer itu mengetuk pintu kelas lalu memberi salam kepada murid-muridnya.
“Selamat siang semua!” sapa guru itu.
“Siang Bu!” balas murid-murid di kelas.
“Buka buku paket halaman 56, pelajari dan kerjakan latihannya di halaman 62. Jika ada pertanyaan langsung angkat tangan. Mengerti?” sentak guru itu.
“Mengerti Bu!” Sorak murid-murid.
Semua murid mulai membuka buku paket lalu membacanya, seketika kelas laksana goa di tengah malam, hening, sunyi juga hawa dingin menyelimuti seisi ruangan. Aku hanya duduk diam mengamati suasana kelas yang mendadak berubah 360 derajat. Aku mengamati Rowy di sampingku, ia juga langsung membuka bukuseperti anak lainnya, namun tidak denganku.
“Rowy, Rowy.” Bisikku kepadanya.
“Ada apa putri? Jangan mengganggu suasana kelas, nanti kamu kena hukum loh.” Balas bisik.
“Gak, ini curang banget, masa muridnya suruh baca sendiri, gurunya gak nerangin, padahal ini kan udah bab baru.” Bisikku sedikit lebih keras.
“Emang gitu metode mengajar guru itu. Dari dulu gak berubah-berubah.” Sama sepertiku, bisiknya tambah memuncak.
“Tiva, anak baru dan Frowy si Murid Pandai. Kalian sedang apa? Maju dan praktikan semuanya di depan teman-temanmu!” Ucap guru itu, terdengar seperti sirine yang sangat bising di telinga. Membuatku jengkel.
“Baik Bu.” Balas Rowy dengan sigap.
Aku hanya bisa mengikuti langkahnya dari belakang dan tidak mengutik satu kata pun. Jarak kami dengan guru itu semakin menipis, hawa panas kurasakan seketika.
“Putri, tak apa, aku akan menjagamu.” Lirih terdengar.
judulnya unik banget. sukaaa :)
Comment on chapter Hari Pertama