Genap satu bulan Jaka beberapa kali antar jemput Arum. Meski gak setiap hari. Karena kedekatannya dengan Arum. Jaka mulai jarang berkumpul dengan anggota gengnya. Joni yang sudah menjadi asisten pribadinya saja terkesan sudah sangat jarang berjalan bersama Jaka. Biasanya dialah yang selalu nempel kayak perangko bersama Jaka. Siang itu sepulang sekolah Jaka buru-buru keluar. Padahal sebelum mengenal Arum dia bakal ngopi dulu di kantin belakang sekolah bersama anggota gengnya dan akan pulang sangat sore.
Jaka,pemimpin dan pendiri geng BPTM itu mulai berubah. Bukan hanya joni. Semua teman-temannya merasakan perubahannya. Mulai jarang mengadakan kumpul bersama lagi yang sering dilaksanakan setiap minggu sekali.
Joni yang mulai curiga. Mengikuti Jaka secara diam-diam.
Jaka keluar dengan motor CBnya. Menggunakan jaket sobek-sobek ala anak gengster. Ya, mending dia tampan jadi masih terlihat keren-keren saja. Coba enggak. Jangankan Arum yang cantik jelita. Yang gak cantik aja bakalan ogah.
Ya. Rencananya Jaka akan menjemput Arum di sekolahnya. Hanya sekitar 15 menit dia sampai di sekolah Arum dengan kecepatan sedang antara 40-50 km/jam.
Tampak Arum berjalan keluar hendak masuk ke dalam angkot.
"Rum," Jaka memanggil.
"Jaka," Arum mengurungkan niatannya naik angkot.
"Ayo kuantarkan kerja." tawar Jaka.
"Aku sudah berhenti Jak."
"Loh kenapa?" tanya Jaka terkejut.
"Ya. Orangnya udah gak ambil guru les."
"Emm....aku ada kerjaan buat kamu?" kata Jaka.
"Apa?" tanya Arum penasaran.
"Ngajarin aku untuk dapetin kamu."
"Eh... Kirain serius. Dasar Jaka." Arum kesal. Disaat dia serius Jaka malah bercanda.
"Jangan marah dong rum. Bercanda. Nanti cepet tua."
"Biarin," jawab Arum ketus.
"Lha kamu tua duluan. Harusnya kita nikah dulu baru tua barengan. Kan asyik."
"Iiiih Jaka," Arum memukul pelan lengan Jaka.
"Ayo naiklah. Kuantarkan kamu pulang."
Lagi-lagi Arum tak menolak tawaran Jaka untuk kesekian kalinya.
"Jak. Kamu gak punya cewek antar jemput aku terus. Nanti kalau cewekmu cemburu gimana?"
"Aku gak punya cewek."
"Bohong."
"Kan aku udah bilang. Aku pengennya macarin kamu."
"Jakaaa...gombal." Arum kesal sendiri.
"Tapi. Kamu senang kan?"
Arum hanya tersenyum. Ya. Memang arum senang mendengar celotehan Jaka yang ngalor ngidul dan selalu membuatnya merasakan sesuatu yang beda dibanding ketika dia dekat dengan mantan pacarnya yang dulu. Lainnya marah pasti cemburu gak jelas. Setelahnya kasar deh mukul-mukulin si Arum.
"Rum, gimana....merpatiku udah pinter belom?"
"Aku gak tahu cara ngelatihnya. Ya cuman aku pegangin terus aku ajak muter-muter tempatku. Biar dia inget."
"Ternyata kamu serius."
"Maksudnya?"
"Ya serius pengen bisa tahu rinduku padamu."
"Aku kan hanya mengikuti perintahmu." jawab Arum.
"Tak kusangka kamu mengikuti perintahku. Artinya kamu sungguh-sungguh ingin tahu rinduku nanti."
"Tau ah jak." Arum merasa kesal sendiri.
"Burung itu kalau di lepas nanti akan sampai rumahku. Kalau kamu ingin mengatakan sesuatu tulis aja dan terbangkan burung itu. Nanti akan sampai rumahku. Mereka sudah terlatih untuk mengenali rumahku. Mereka burung kesayanganku."
"Burung kesayangan, lalu kenapa dikasih ke aku."
"Ya. Karena aku sayang kamu. Eh....maaf."
"Maaf buat apa?" tanya Arum.
"Kirain salah ngomong ternyata serius sayang. Hehe..."
Jaka tersenyum manis.
"Kamu jak. Bisa aja."
"Rum..." Jaka memanggil.
"Apa lagi?"
"Aku dulu sempat nyari-nyari kamu loh. Pas habis kejadian itu. Sampe beberapa minggu gak ketemu. Rasanya aku udah kecewaaaaa banget. Gak yakin bisa nemuin kamu."
"Serius?" tanya Arum terkejut.
"Gak serius." Jaka tertawa. Arum kembali kesal.
"Gak serius bohong maksudnya." imbuh Jaka.
"Jak. Kamu ngapain dulu babak belur. Trus lari masuk angkot kayak orang ketakutan."
Jaka terdiam sejenak. Dia mulai berfikir. Jawaban apa yang pas untuk menutupi semua keburukannya.
"Oh itu....dikejar-kejar orang gila yang kemarin waktu kita makan sate, trus aku sembunyi."
"Ah masa'," Arum tak yakin.
"Iya. Makanya aku sembunyi. Takut."
"Takut di bikin babak belur lagi?" "Bukan. Takut bikin onar."
"Lah onar...?"
"Kalau dia ngejar-ngejar aku, jadi onar dong. Trus kamu takut. Aku kan gak mau kamu ketakutan."
"Halah...bisa aja," Arum tersenyum lagi. Dia lupa Jaka sudah memutar-mutarkan kalimat sampai Arum hanya puas dengan jawaban sampai di situ.
Tanpa sepengetahuan Jaka. Si Joni asisten pribadinya membuntuti Jaka mengantarkan Arum sampai gang rumahnya. Si Jaka masih bertengger di atas motornya seraya meneruskan obrolan. Joni tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Namun, gerak gerik Arum dan Jaka seperti mereka sudah kenal sangat lama. Mereka terlihat tertawa-tawa berdua. Lebih yakin lagi buat Joni saat jaka mulai turun dan mengantarkan masuk gang.
"Jak...kamu gak mau mampir?" kata Arum.
"Loh, boleh."
"Ya tentu boleh kan sekarang belum malam. Biasanya kamu nganter aku malam-malam jadi aku gak mau kamu mampir."
"Oke deh bos." balas Jaka dengan rona senang.
Mereka berjalan berdua memasuki teras rumah Arum.
"Tunggu sini Jak," kata Arum.
Jaka duduk. Jaka melihat burung merpati miliknya berada di depan rumah Arum. Masih dikandangnya. Jaka mengetest burung itu. Jaka sudah menandai burungnya dengan gelang khusus agar tahu itu adalha miliknya.
Arum keluar. Dia kaget saat tahu Jaka melepaskan burung merpati itu.
"Loh kok di lepasin?" tanya Arum.
"Ya biar aku tahu seberapa pintar dia. Kalau nanti dia sampai rumah berarti dia sudah pintar."
"Kalau nanti hilang?" tanya Arum lagi.
"Berarti aku kehilanganmu juga."
"Aku masih di sini Jak," balas Arum.
"Emmmm....untukku?"
"Tau ach...minumlah," Arum memberikan air teh untuk Jaka.
Saat asyik mengobrol. Ayah Arum pulang. Jaka mencoba menyapa. Namun, apa yang di dapat. Tatapan bengis yang tidak enak. Jaka kembali duduk dan diam tanpa Kata. Tak disangka, cowok jagoan yang bisa menghabisi 10 orang sekaligus dan bahkan yang tidak takut dengan guru BK super killer di sekolahnya segan dengan tatapan ayah seorang Arum. Ah apa'an ini. Jaka mulai tak punya kekuatan lagi. Dia mulai tidak percaya diri.
Berselang kemudian Jaka pamit. Dia mulai keluar dari gang dan hendak pulang. Saat dia menstarter sepeda. Joni si asisten pribadinya mencegatnya. Jaka terkejut. Ternyata diam-diam seseorang membuntutinya tanpa dia sadari.