Brukkk....
Jaka ambruk di dalam angkot. Saat itu angkot masih sepi. Cewek di sampingnya bertanya.
"Kamu gak apa-apa?" tanya cewek itu.
Jaka setengah kelelahan. Dia hanya remang-remang melihat wajah gadis itu. Gadis itu terlihat menggunakan seragam putih abu-abu yang artinya masih SMA.
Jaka pinsan sesaat karena dehidrasi.
Beberapa jam kemudian Jaka bangun. Wajahnya yang terluka sudah di plester dan diobati tanpa jaka tahu siapa yang melakukannya. Ada sebuah botol mineral dengan surat menempel di botol tersebut.
Minumlah setelah kamu bangun. Obati lagi lukamu sesaat sampai dirumah.
Jaka tidak pernah tahu siapa cewek itu. Dia bahkan sama sekali tidak mengingat wajahnya. Yang dia tahu dia masih SMA dan entah dari sekolah mana.
Sejak saat itu. Entah mengapa Jaka selalu penasaran ingin menemukan cewek yang sudah berbaik hati padanya itu. Beberapa hari dia mencoba menemukan cewek itu dengan menaiki angkot jurusan yang sama. Tapi, sialnya dia tidak pernah bisa menemukan cewek itu lagi.
°°°°°
Seminggu sudah dia mencoba menemukan cewek itu. Hari ini dia masih berusaha lagi mencoba mencarinya. Jaka pun selalu bangun pagi selama seminggu dan membuat ibunya heran melihat perubahan yang terjadi pada Jaka.
Jaka sudah keluar dari sarangnya. Dia berjalan menuju dapur untuk sarapan pagi. Tak ada siapapun pagi itu. Hanya ada dia dan ibunya. Ayahnya sedang pergi ke luar kota. Penampilan Jaka selalu praktis. Meski seorang gengster tetap dia selalu berpakaian rapi. Tak ada tindik atau rambut amburadul di tubuhnya. Dia selalu memgingat pesan ibunya agar meski se buruk apapun dia agar jangan sampai merusak tubuhnya sendiri.
"Jaka, jangan pulang malem lagi ya. Ibu nanti sendirian. Ayahmu tidak pulang. Dia harus ke Singapore. Kakakmu, entahlah dia sepertinya tidak pulang lagi." ibunya berpesan.
Jaka hanya mengangguk saja.
"Kamu sudah seminggu naik angkot. Sekarang mau naik angkot lagi? Sepedamu kenapa memangnya? Sepeda kakakmu kan sudah selesai diperbaiki."
"Gak bu. Jaka asyik naik angkot saja."
Ibunya memandang heran. Karena biasanya Jaka akan sedikit mengeluh saat menaiki angkot yang sesak dan panas.
"Jaka berangkat dulu," Jaka mulai berpamitan. Mencium tangan ibunya.
Lagi-lagi Jaka menaiki angkot yang sama. Namun, tak lagi ia dapati cewek yang menolongnya waktu itu. Baru kali ini Jaka begitu penasaran dengan seorang cewek. Biasanya ceweklah yang penasaran dengannya.
Mata Jaka terus menyusuri memandang setiap jalanan bahkan sampai diterminalpun dia sempat berhenti sesaat hanya untuk menemukan cewek itu. Otaknya mulai merasa ingin tahu dan terus ingin tahu tentang keberadaan cewek itu. Dia terus berusaha mengingat-ingat wajahnya namun tak berhasil. Dia semakin lupa dan bingung. Setiap ada cewek yang menggunakan seragam putih abu-abu dia mencegatnya. Berusaha menanyakan hal konyol yaitu botol bertulisan itu.
"Permisi, anda merasa pernah kenal botol ini?" tanyanya pada salah seorang siswa SMA.
"Enggak," jawabnya singkat.
Sejak saat itu. Jaka memutuskan untuk tidak lagi mencari cewek itu. Dia merasa tidak akan menemukan cewek itu yang bahkan dia lupa wajahnya. Terlebih cewek SMA dengan seragam putih abu-abu yang berada di Malang jumlahnya bejibun dan akan sangat tidak mungkin menemukannya dengan mudah. Meski begitu dia tetap penasaran.
Jaka. Seorang cowok angkuh yang mulai penasaran dengan hal sepele. Itu sungguh di luar nalarnya sendiri. Sejak kejadian itu dia mulai di selimuti rasa penasaran yang di luar batas kemauannya.
Jaka mulai membuat syair-syair lagu. Cewek yang membuatnya penasaran itu mampu membuatnya terinspirasi menjadikannya sebuah lagu. Jaka menuliskan syair-syair itu dalam buku pribadinya.
Gadis
Takdir memang penuh rahasia.
Membawa langkah kakiku bergerak tanpa kendali.
Di tempat itu aku bertemu denganmu dalam mata remangku.
Aku terlelap diatas bahu lembutmu.
Gadis.... Siapa namamu?
Aku mulai memikirkanmu.
Aku rasa aku sudah gila.
Memikirkan gadis yang tak ku kenali.
Diam....aku hanya diam membatinmu.
Agar suatu hari kita akan bertemu kembali.
Jaka mulai tersenyum. Memandang sisi langit malam yang dipenuhi gemerlap bintang. Senyum di wajahnya melengkung sempurna persis lengkungan bulan sabit yang remang-remang di langit malam.
Tiba-tiba Joni datang di tengah lamunan singkatnya itu.
"Boss...ngelamun aja," kata Joni.
"Ah elo ngagetin. Ngapain malam-malam datang kerumah?"
"Anu boss. Si Kevin habis di keroyok sama geng SMA lain."
Jaka terdiam mendengar perkataan Joni. Dia mulai tidak fokus dengan urusan gengnya.
"Boss. Kenapa gak respon?"
"Gak apa-apa," jawabnya datar.
"Kayaknya bos lagi mikirin sesuatu," Joni bertanya.
"Bukan urusanmu, ” Jaka menimpali.
Joni sesaat terdiam.
"Ayo keluar. Kita urus mereka."
Jaka mulai bersiap untuk berangkat berperang ala-ala gengster SMA. Dia berangkat menggunakan motor bututnya tahun 90an sebuah motor CB unik yang dibelinya dengan harga mahal. Bersama joni dia berangkat. Jaka mengendarai sepedanya dengan di liputi rasa penasaran dengan cewek itu. Berkali-kali dia coba menggambarkan wajah cewek itu dalam bayangan matanya. Joni yang sedang nyerocos sejak satu jam sama sekali tidak dipedulikannya.
"Bos, awas ada orang." Joni berteriak kencang.
Ciiiiit.....
Jaka mengerem mendadak. Dia hampir saja menabrak seorang cewek remaja.
"Maaf... Maaf," Jaka setengah panik. Dia kaget lamuanannya hampir saja mencelakai orang lain.
Cewek itu mendongak sedikit. Jaka sempat melihatnya. Namun, cewek itu segera berlari minggir dari jalan. Melihat cewek itu. Jaka teringat cewek yang menolongnya waktu itu.
Jaka bergegas meminggirkan sepedanya. Lalu mengejar cewek itu.
"Bos, mau kemana?" Joni berseru pada Jaka yang sudah berlari kencang.
Sialnya Jaka kesulitan lagi menemukan cewek itu. Bagaimana bisa jaka menemukan cewek itu ditengah kerumunan jalanan yang banyak pejalan kaki di sekitarnya. Jaka seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Apalagi jarum itu tidak dikenali secara detail oleh jaka.
"Dimana kamu, aku hanya ingin ngucapin terimakasih padamu," ujar Jaka lirih.
Merasa tidak mendapatkan apa yang dia cari. Jaka kembali menemui Joni. Jaka berlari kencang karena dia sedang dalam urusan penting. Salah satu anggotanya dalam masalah besar.
Saat dia sampai. Joni menghilang. Hanya sebuah surat yang dia terima.
Jika lo pengen ketemu sobat lo, temui gue di gang slamet deket SMA lo. Ngerti.
Jaka segera menancapkan gas motornya untuk menemui musuh mereka. Hanya sekitar 20 menit di jalanan yang mulai agak licin dia sampai di gang Slamet. Di malam hari ini hujan mulai turun sedang. Jalanan begitu becek. Orang-orang berlalu lalang menggunakan payung masing-masing. Namun, Jaka malah tak menggunakan apa-apa dan sedang menunggu musuhnya datang.
"Boss..Tolongin gue," teriak Joni yang sudah dalam genggaman musuhnya.
Dua kelompok berkumpul ramai. Suara riuh sedang bergemuruh diantara tetesan hujan dari atas langit. Malam juga semakin dingin. Namun, para remaja yang sedang bergelora dan berapi-api tetap bersemangat untuk berperang.
Tanpa basa-basi. Jaka maju kedepan, menendang 2 anggota geng lain yang menjadi musuhnya. Berselang kemudian anggota geng Jaka datang untuk menolong. Kejadian itu membuat semua orang berhamburan. Ada yang lari dan keluar untuk sekedar menyaksikan.
Ditengah keramaian itu. Jaka melihat seoeang cewek yang beberapa menit yang lalu di lihatnya. Seorang cewek yang di cari-carinya sejak seminggu yang lalu. Dia berlari ketakutan melihat keributan itu. Dia sempat jatuh. Jaka hendak mengejarnya. Namun sebuah bogem mentah meluncur ke lehernya dan dia kehilangan lagi cewek itu.
"Kau," Jaka memanggil lirih cewek yang tak dikenalnya itu yang mulai menghilang diujung jalan. Rasa penasaran Jaka kembali menghinggapi..