Jaka, cowok berusia 17an di tahun 1997 yang sedang duduk di bangku kelas 2 di salah Satu SMA Negeri di kota pinggiran Malang. Dia terkenal diam dan cerdas. Dia cukup menarik bagi beberapa teman perempuan di sekolahnya. Sifat diam dan angkuhnya menjadi daya tarik luar biasa untuknya di hadapan cewek-cewek seusianya. Jaka memiliki tubuh jenjang sekitar 175 cm, rambut selalu cepak dan rapi , wajah maskulin dengan bibir sedang tak tipis ataupun tebal. Dia pencinta musik pop dan juga memiliki suara yang indah. Tidak hanya berbakat dalam bidang musik namun, dia juga berbakat dalam bidang seni melukis. Banyak karya lukisannya yang mendapat sorotan di SMAnya.
Jaka merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Memiliki ibu bernama Indri. Mantan CEO yang memilih mendedikasikan hidupnya menjadi ibu rumah tangga untuk keluarga dan anak-anaknya. Ayahnya bernama Hartono yang bekerja sebagai pengusaha ekspor-impor sepatu. Satu lagi anggota keluarganya yaitu Akbar kakak laki-laki satu-satunya yang sekarang duduk di bangku kuliah mereka selisih hanya 3 tahun.
Masih sangat pagi. Suara teriakan berdenging di telinga Jaka. Seperti biasa ibunya selalu berteriak-teriak tatkala membangunkannya dari tidur. Jaka segera membereskan kamar tidurnya dan pergi mandi untuk persiapan berangkat sekolah.
Selesai mandi dia pergi ke ruang makan untuk sarapan pagi. Jaka memang tak pernah lupa untuk sarapan pagi.
Di sana ada kakaknya. Si Akbar yang sudah duduk lebih dulu.
"Jak, aku pinjem sepeda kau." ujar Akbar.
Jaka hanya menatap dingin.
" kau naik angkot aja. Oke, aku harus sampai lebih cepat." imbuh Akbar.
Jaka terus diam seraya memberikan kunci sepeda beserta kelengkapan surat sepeda motornya.
Jaka memang selalu mengalah pada kakaknya. Lebih tepatnya Jaka patut menjadi kakak si Akbar daripada menjadi adiknya. Sifat mereka sangat bertolak belakang. Jaka jauh lebih dewasa dibanding kakaknya sendiri.
Ibu Indri terus memandangi jaka yang sedang makan roti dengan selai coklatnya. Sementara Akbar berangkat lebih dulu.
"Kamu naik mobil ayah aja jak, mumpung ayah lagi libur." tawar ibunya.
"Gak bu, jaka naik angkot aja." Jaka beranjak berdiri dan pergi.
Ibunya hanya terus memandang jaka yang telah keluar dari rumah.
°°°°
Tepat pukul 7.00 jaka sampai di sekolahnya. Gerbang sudah mulai tutup. Jaka harus mendapat sanksi karena terlambat masuk sekolah. Akibat mengalah dari si akbar diapun mendapat masalah.
Jaka harus berdiri 2 jam di tengah lapangan untuk menjalani sanksi karena kesalahannya. Peluh telah berjatuhan dari keningnya, keringat basah bercucuran keluar dari pori-porinya, membasahi seragam putihnya. Dia tetap bertahan. Bukan Jaka namannya jika harus menyerah karena hukuman sepele seperti itu.
Semua cewek di sekolahannya berbisik-bisik lirih seraya memandangi Jaka yang kenapasan ditengah lapangan. Meski jaka sering mendapat masalah tetap saja dia menjadi idola para cewek di sekolahnya. Jaka terkenal kuat di sekolahnya. Ahli berkelahi, raja pembuat masalah di dalam maupun diluar sekolah.
Bukan Remaja namanya jika tidak mengenal dunia gengster. Jaka adalah ketua geng BPTM yang artinya Barisan Pemuda Tak takut Mati. Namanya begitu mengerikan, mampu membuat geng di sekolah lain merasa ciut hati. Meski begitu tetap saja Jaka memiliki musuh di sekitarnya.
Tak terasa 2 jam telah berlalu. Usai sudah hukuman Jaka. Dia mulai masuk ke dalam kelasnya dan mulai mengkuti pelajaran yang telah tertinggal.
Jaka memiliki teman dekat bernama Joni. Dia adalah salah satu anggota gengnya. Lebih tepatnya menjadi asisten pribadinya. Gila,macam komunitas berkelas saja sudah bisa memiliki asisten pribadi.
Sesaat setelah masuk. Jaka di sambut oleh Joni yang memang duduk sebangku dengannya.
"Boss... Ada geng sekolah lain yang nantang." Kata Joni.
"Kita urus nanti," jawab Jaka singkat.
Jam sekolah telah selesai. Jaka sudah mulai keluar untuk melanjutkan rencananya berkelahi dengan sekolah lain. Semua anggota gengnya bersiap-siap. Jaka selalu berkelahi dengan tangan kosong begitu juga semua anggotanya. Sementara anggota geng sekolah lain membawa senjata bermacam-macam.
Dua kelompok itu bertemu di sebuah gang kecil dekat dengan lapangan luas. Mereka mulai maju berperang ala pasukan tentara di jaman penjajahan. Satu dengan yang lainnya saling tendang. Jaka terkena pukulan hingga robek dahi, pipi, dan juga dagunya. Berselang kemudian polisi datang membuyarkan semua anggota dari dua kelompok geng tersebut.
Jaka berlari menyelamatkan diri. Dia menerobos masuk angkot dan nyungsep di sebelah seorang cewek. Jaka merasa tubuhnya lelah dan mulai lemas tak berdaya.