Malam ini di hari Minggu 2018.
Aku menemani Eka yang sedari tadi duduk di balkon kos kami hanya untuk melihat Ben dan teman-temannya bermain gitar. Suara Ben memang bagus, dulu dia pernah jadi vokalis band saat festival sekolah.
"Ka.. keluar yuk? jajan yuk" kataku mulai bosan.
"Entar lah, masih belum bosan melihat pujaan hatiku" jawabnya sambil terus tersipu melihat Bennya.
"Yaudah, aku pergi sendiri" kataku kesal. Dan Eka tak sekalipun menghiraukanku.
Akhirnya aku pergi sendiri ke supermarket dekat persimpangan. Saat aku ingin menyeberang jalan, tiba-tiba seseorang menarik tanganku.
"Hei, hati-hati. Jangan jalan sambil main HP" katanya agak ketus.
"Oh, maaf. Terima kasih ya" jawabku masih agak terkejut.
"Loh. Ninda? Ninda kan?" katanya sambil menepuk-nepuk pundakku. Dan setelah melihat wajahnya, aku baru tersadar. Itu adalah dia. Itu Gani, orang yang harusnya kubenci.
"Kok kamu di sini?" tanyaku bingung.
"Saudaraku tinggal di sekitar sini. Aku mau ke supermarket, kamu mau kemana sendirian?" katanya menjelaskan.
"Aku juga mau ke supermarket" jawabku seadanya.
"Bareng aja kalau gitu" ajaknya sambil menggandeng tanganku. Dan aku hanya bisa diam dan ikut dengannya.
Kami menyeberang bersama menuju supermarket yang aku maksud. Dan dia masih belum melepaskan genggamannya. Aku tak mengerti dengan diriku, entah apa yang membuatku tetap membiarkannya menggandeng tanganku. Mungkin karena aku sangat merindukannya, genggam tangannya terasa hangat. Setelah aku kembali pada realitas yang aku miliki, dia kembali hadir. Seolah seperti takdir, yang mengikutiku kemari. Agar aku tak pernah berpaling dari rasaku padanya. Haruskah aku senang? atau bahkan aku tak boleh seperti ini. Tiba-tiba bayangan Reyhan muncul dalam pikiranku. Seketika itu kulepas genggamannya. Dia tampak terkejut. Dan aku hanya diam.