Read More >>"> Astronaut (Batas ke 3) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Astronaut
MENU
About Us  

Semalaman Vino terjaga, setelah pintu kamarnya dibuka oleh seseorang, ia tak bisa tidur. Jangankan tidur, Vino malah waspada, memasang telinga, mendengar setiap bebunyian yang ada. Vino bahkan berubah paranoid, setiap temannya bergerak, jantung Vino akan berdetak sedikit lebih cepat.

Pagi ini, Vino melahap sarapannya sambil terkantuk. Ketika yang lain sudah selesai dan bersiap ke sekolah, Vino masih harus menghabiskan setengah porsi nasi gorengnya. Vino menguap lebar, di kelas nanti pasti seperti di neraka.

Mata Vino beredar menyisir ruang makan. Selain siswa dan petugas, tak ada orang yang mencurigakan. Ia masih terpikir kejadian semalam. Ia yakin yang membuka pintu kamarnya bukanlah guru atau petugas. Keyakinan itu semakin besar saat pagi tadi ia berulang kali mencoba sensor kamarnya. Bunyi bip setiap kartunya tergesek terlalu keras untuk ia lewatkan tadi malam.

Pandangan Vino berhenti pada sosok Zen yang berdiri sambil membawa piring kotor. Ia terlihat pucat pagi ini. Siapa peduli, Vino melanjutkan makannya, melahap setiap nasi yang tersisa tanpa melirik Zen lagi.

“Vin, ada kamar siswa yang rusak, tau nggak?” Gamal, teman sekarang Vino tiba-tiba menghampirinya.

“Masa?” Vino langsung berhenti makan.

Gamal mengangguk, “Ada beberapa kamar, salah satunya kamar temanmu, Zen. Tadi pagi kamarnya nggak bisa dibuka.”

“Terus?”

“Dibobol paksa terus mereka pindah kamar. Tadi aku sempat lihat Zen sama Aldi mondar-mandir ngangkut barang,” Gamal melanjutkan dengan serius.

“Langsung pindah pagi ini juga?” bukannya itu malah ngerepotin ya? Vino membatin. Seharusnya kepindahan mereka ditunda sampai pulang sekolah. Pukul tujuh nanti mereka harus masuk kelas, lima belas menit dari sekarang. Memindahkan barang akan membuat mereka terlambat.

“Iya, ada petugas keamanan yang mau periksa sensor dan pintunya, kamar mereka harus steril katanya,”

Steril. Ada yang salah. Normalnya, jika sensor rusak petugas akan menganggap sebagai kesalahan teknis. Seharusnya hal itu bisa diperbaiki tanpa membuat Zen dan Aldi pindah kamar. Tapi kali ini, sepertinya ada hal lain yang harus diperiksa petugas. Mungkin ada kaitannya dengan pembobolan sistem dan data sekolah.

“Mau ngelamun sampe kapan, Vin? Buruan berangkat! Kalau telat kamu dapat SP 3 loh,” tau-tau Gamal sudah berjalan menuju pintu keluar ruang makan.

Vino melewatkan suapan terakhir, ia menyambar tasnya. Vino melangkah selebar mungkin, takut terlambat masuk ke kelas. Ia tidak boleh mendapat surat peringatan lagi, nggak sekarang.

Vino makin penasaran dengan semua kejadian di Akademi.

-

Temannya pasti datang dengan rambut berantakan, sambil memasang dasi, dan terburu-buru. Hari ini, ia datang dengan cara yang sama. Siapa lagi kalau bukan Vino.

Untung saja ia cukup cerdas untuk terus berada di peringkat 70 dari 90 siswa. Kalau tidak, mungkin ia sudah tak jadi siswa Akademi.

“Cil! Buruan sini!” Haya memanggil Vino dari depan kelas. Mereka sama-sama masuk kelas C, kelas untuk siswa dengan peringkat 30 terbawah. Walau begitu, Haya dan Vino tidak bisa mengobrol saat pelajaran dimulai. Semua siswa akan fokus belajar dan bertanya pada guru. Semua siswa akan mati-matian memperbaiki peringkatnya agar masuk ke kelas yang lebih baik. Semuanya termasuk Haya.

“Apa?” Vino mengadahkan kepala sambil mempercepat jalan.

“Zen dipanggil ke ruang guru tadi pagi, tau nggak?” Haya mendekati Vino, ia berjinjit agar bisa berbisik tepat di telinga Vino.

Vino mengangguk, “Masalah sensor pintu kamarnya rusak terus Zen pindah kamar, kan?”

“Loh, udah tau?”

Vino mengangkat bahu lalu melenggang masuk ke dalam kelas. Haya pikir karena tidak saling bicara dengan Zen, Vino tak akan tahu soal itu.

Haya mengekor dari belakang, lalu duduk di kursinya. Tak lama, guru tiba dan jam-jam yang berjalan lama dimulai. Haya mengeluarkan buku catatannya, menulis tanggal seperti biasa, kemudian memperhatikan setiap kata yang diucapkan oleh gurunya.

Sejak kata lulus dibacakan oleh Zen, Haya berjanji untuk belajar lebih keras. Setidaknya agar ia tak tertinggal dari temannya yang lain. Setiap pelajaran mulai, Haya akan memcurahkan semua perhatiannya untuk mendengar guru. Haya akan mencatat bila perlu, ia bahkan melakukan hal yang seharusnya dilakukan sejak lama, mengulang pelajaran setelah pulang.

Kali ini, keinginannya untuk belajar tergantikan dengan lamunan panjang.

Tadi itu benar-benar Vino, berjalan masuk kelas begitu saja tanpa banyak komentar. Vino yang biasanya akan mulai bicara panjang lebar, mungkin juga langsung menghampiri Zen untuk bertanya kejadian sebenarnya. Bahkan jika suasana hatinya sedang buruk, setidaknya akan ada sedikit gerutuan, mengkritik sistem sekolah yang tidak sempurna.

Tapi tadi ia hanya bicara sedikit, seolah sudah tidak peduli.

Haya membuka modul pelajaran, mengikuti instruksi guru. Ia membaca setiap katanya, tapi yang terpikir hanya masalah Zen dan Vino.

Dimata Haya, pertengkaran dua bulan lalu tidak terlalu besar. Zen mengomeli Vino seperti biasa, lalu Vino mungkin lelah dan hilang kesabaran. Bukankah seharusnya mereka sudah saling bicara sekarang?

Haya melirik Vino. Cowok itu sedang memandang jendela, sesekali ia membuka modul dan menuliskan sesuatu disana. Sudah terlalu lama Haya mengenalnya, Vino tidak sedang baik-baik saja. Ia memikirkan sesuatu.

-

Kalau tadi pagi Aldi tak terburu sarapan, mungkin masalah pintu kamarnya yang rusak akan membuat Zen terlambat masuk kelas. Beruntung, sebelum pukul enam Aldi sudah berniat untuk sarapan dan sensor pintu yang rusak ketahuan lebih cepat. Setelah dibuka secara paksa, Zen tidak menyangka petugas langsung memintanya pindah kamar. Ia bilang ada sesuatu yang harus diamati dari rusaknya sensor di kamar Zen.

Sekarang Zen merasa kepalanya agak pusing, semalam tidurnya tidak nyenyak. Ia mengerjakan soal latihan sambil memijat kepala. Melihat setiap angka sambil menahan rasa berdenyut. Malam ini aku bakal tidur lebih cepat, Zen bicara pada dirinya sendiri.

Pada akhirnya, Zen menghabiskan waktu di sekolah sambil memikirkan tempat tidurnya. Setelah jam pelajaran selesai, Zen melewatkan ekstrakulikuler dan langsung pulang ke asrama. Ia memasuki kamar barunya kemudian terlelap.

Zen masih menikmati waktu istirahat saat seseorang mengguncang pundaknya. Zen membuka matanya yang berat, ia melihat Vino berdiri disebelah tempat tidur.

“Vino?”

“Hai, Zen,” Vino menepuk pundak temannya sambil tersenyum tipis.

“Ngapain?” Zen bangun dan duduk di atas ranjangnya. Ia memperhatikan Vino yang sedang melihat setiap sisi ruangan.

Vino mendekat, ia duduk di samping Zen kemudian berbisik, “Zen, kamu sadar nggak kamar ini ada cctv-nya?”

Zen hendak menoleh tapi Vino menahannya.

“Jangan, nanti ketahuan,” kata Vino pelan, sebelah tangannya merangkul Zen agar ia tak bergerak, “Ayo keluar, Zen.”

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
My Sunset
6395      1353     3     
Romance
You are my sunset.
V'Stars'
1283      575     2     
Inspirational
Sahabat adalah orang yang berdiri di samping kita. Orang yang akan selalu ada ketika dunia membenci kita. Yang menjadi tempat sandaran kita ketika kita susah. Yang rela mempertaruhkan cintanya demi kita. Dan kita akan selalu bersama sampai akhir hayat. Meraih kesuksesan bersama. Dan, bersama-sama meraih surga yang kita rindukan. Ini kisah tentang kami berlima, Tentang aku dan para sahabatku. ...
High School Second Story
3608      1086     5     
Romance
Pekrjaan konyol yang membuat gadis berparas cantik ini kembali mengingat masa lalunya yang kelam. Apakah dia mampu menyelesaikan tugasnya? Dan memperbaiki masa lalunya? *bayangkan gadis itu adalah dirimu
When Heartbreak
2121      795     0     
Romance
Sebuah rasa dariku. Yang tak pernah hilang untukmu. Menyatu dengan jiwa dan imajinasiku. Ah, imajinasi. Aku menyukainya. Karenanya aku akan selalu bisa bersamamu kapanpun aku mau. Teruntukmu sahabat kecilku. Yang aku harap menjadi sahabat hidupku.
Alice : The Circle Blood
2397      807     3     
Fantasy
Penelitian baru dan kejam membuat murid di Munnart University dipenuhi dengan ketakutan. Pihak Kerajaan Mtyh telah mengubah segala sistem kerajaan dengan sekejap mata, membuat makhluk-makhluk di luar teritori Negeri Alfambell bertanya-tanya akan sikap Sang Ratu. Alice adalah makhluk setengah penyihir. Perempuan itu salah satu yang berbeda di Munnart, hingga membuat dirinya menjadi sorotan murid-...
complicated revenge
18710      2860     1     
Fan Fiction
"jangan percayai siapapun! kebencianku tumbuh karena rasa kepercayaanku sendiri.."
Last Game (Permainan Terakhir)
441      296     2     
Fan Fiction
Last Game (Permainan Terakhir)
Sekilas Masa Untuk Rasa
3437      1100     5     
Romance
Mysha mengawali masa SMAnya dengan memutuskan untuk berteman dengan Damar, senior kelas dua, dan menghabiskan sepanjang hari di tribun sekolah sambil bersenda gurau dengan siapapun yang sedang menongkrong di sekolah. Meskipun begitu, Ia dan Damar menjadi berguna bagi OSIS karena beberapa kali melaporkan kegiatan sekolah yang menyimpang dan membantu kegiatan teknis OSIS. Setelah Damar lulus, My...
Story Of Chayra
8934      2629     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...
SOSOK
91      81     1     
Horror
Dunia ini memang luas begitu pula seisinya. Kita hidup saat sendiri namun bersama sosok lain yang tak terlihat. SOSOK adalah sebuah cerita yang akan menunjukkan sisi lain dunia ini. Sebuah sisi yang tak terduga dan tak pernah dipikirkan oleh orang-orang