Senja telah pergi hari ini, tapi senjaberjanji pada langit akan kembali memberi keceriaan di esok hari.
Pak Fauzi, Bu Asri, Stevi, dan Pak Ono masih sibuk mencari Sherly dan Maliq dengan batuanpolisi. Mereka menerka-nerka kemungkinan yang terjadi pada kedua kakak-adik itu.
Shandy yang tiba di sekolah, langsung mengemudikan mobilnya menuju sekolah Stevi. Di belakangnya, Raisa mengikuti mobilnya yang melaju sangat cepat. Raisa sudah memiliki pengalaman menyetir mobil secara kebut-kebutan, jadi dia dapat mengimbangi Shandy. Mereka sampai di sana secara bersamaan dan bertemu dengan orang-orang yang berada di sana.
"Pa .... " sapa Shandy, "bagaimanahasilnya sekarang, Pa?"
"Mereka belum ditemukan, ponsel Sherly tidak aktif. Mama kamu menangisdari tadi, Papa jadi bingung!"
Raisa menghampiri Bu Asri dan Stevi. "Sabar, ya, Tante. Mereka pasti akan ditemukan."
"Tante juga berharap seperti itu," kata Bu Asri.
Shandy menemui mamanya yang sedang menangis di kursi mobil. Di sana juga ada Stevi dan Raisa yang sedang menghibur. "Mama jangan nangis lagi, ya. Kita akan segeramenemukan mereka."
"Bagaimana Mama tidak menangis, Shandy? Dua anak Mama belum ketemu sampai sekarang. Apa yang bisa Mama lakukan sekarang? Apa mereka sudah makan? Seandainya Mama tahu, mereka akan pergi berdua. Mama akan membawa roti yang banyak di kotak makan Maliq."
Shandy teringat dengan misinya bersama Maliq di malam sebelumnya. "Maliq jadi meminta Mama membuatkannya bekal yang berisi roti?"
"Iya. Maliq meminta Mama membuatnya bekal roti pagi ini."
"Maliq, kamu melaksanakan misi dengan sangat baik," kata Shandy.
"Misi apa?" tanya mereka heran. Pak Fauzi yang melangkah menghampiri mereka juga merasaheran.
Shandy mengambil ponselnya dan menelepon nomor Maliq, panggilan itu tersambung, dan tak lama diangkat. Shandy masih takut jika yang mengangkat adalah penculik atau orang yang akan menyakiti kedua adiknya. Tapi syukurlah, yang mengangkat adalah suara manja Maliq. "Halo, Maliq."
Semua orang yang berada di sana heran.Kenapa Maliq membawa ponsel? Kenapa Shandy menelepon Maliq? Kenapa mereka tidak melakukannya dari tadi?
Shandy sangat senang mendengar suara Maliq,tapi dia kemudian cemas. "Kenapa dengan Sherly? Kaliandi mana sekarang? Lubang! Di mana posisinya? Kalian tunggu di sana, jangan takut!"
***
Di dalam lubang, Sherly dan Maliq sudah mulai ketakutan. Jika mereka tidak ditemukan sampai malam hari, mereka akan tidur bersama dalam kegelapan.
"Maliq, Kak Sherly takut gelap," ucap Sherly.
"Tidak usah takut, Kak! Ada Maliq bersama Kak Sherly di sini," kata Maliq menenangkan,"Maliq akan selalu melindungi Kak Sherly, Kak Stevi, Bang Shandy, Mama, dan Papa seumur hidup Maliq."
Sherly langsung tertawa mendengarnya. "Kumat deh, sok pahlawan supernya!"
Angin mulai bertiup kencang di sekitar tempat yang lembab itu. Udara dingin langsung menusuk kulit mereka, seperti tertusuk kristal-kristal es. "Kakak kedinginan, Maliq!" kata Sherly. Sherly memangtidak tahan dingin, wajahnya jadi pucat seketika.
Maliq memeluk Sherly yang kedinginan, berusaha menyalurkan panas tubuhnya ke Sherly. "Kakak ... Maliq menyayangi Kakak, walaupun Maliq sering jahat sama Kakak. Kakak jangan sakit, ya!" ucap Maliq.
Suara dering telepon terdengar di dalam lubang. Maliq baru ingat kalau dia membawa ponsel di dalam kotak makannya. "Astaga, aku lupa Kak. Aku membawa ponsel di kotak makanku," dia lalu membuka kotak makannya dan melihat nama 'Bang Shandy' di layar ponselnya. "Halo, Bang Shandy. Tolong kami. Kak Stevi, Bang. Kak Stevi kedinginan.Di lubang. Di belakang sekolah. Abang cepat kemari, ya. Ok."
Hari sudah gelap, suara nyanyian jangkrik mulai terdengar. Maliq melihat samar-samar dua potong roti berisi keju di dalam kotak makannya. "Kakak, aku ada roti. Ayo kita makan, Kakak pasti lapar," tawar Maliq.
Sherly mengambil sepotong roti dan memakannya. Maliq juga mengambil sepotong roti sisanya dan memakannya. Mereka lalu tertawa di dalam lubang yang gelap, walau yang terlihat hanya kedua bola mata dan gigi putih mereka.
Pak Fauzi, Shandy, Pak Ono, dan para polisi sibuk mencari lubang di belakang sekolah menggunakan beberapa alat penerangan. Mereka masih belum menemukan lubang itu selama tiga puluh menit pencarian.
Shandy berhenti dan meletakkan tangannya di pinggang, menghela napas untuk beristirahat sejenak.Bukannya ponsel itu memiliki keamanan yang sudah aku hubungkan dengan ponselku. Kenapa aku tidak teringat memakai aplikasi itu?Shandy membuka ponselnya dan membuka aplikasi untuk mencari sinyal keberadaan ponsel Maliq.
Untunglah ponsel Maliq masih mendapatkan sinyal internet, walaupun dia berada di dasar lubang. "Papa, aku menemukan di mana mereka berada!" kata Shandy dengan penuh semangat.
"Dari mana kamu tahu?" tanya Pak Fauzi.
"Aplikasi ini mengetahui di mana ponsel lamaku berada. Ehh, maksud Shandy, ponsel Maliq berada," jelas Shandy.
"Baguslah. Kamu memanfaatkan barang-barang yang kamu miliki, Papa bangga padamu. Ayo kita segera ke sana!"
Setelah mengikuti sinyal dari kedua ponsel yang terhubung, mereka mendengar suara Sherly dan Maliq yang tertawa cekikik di dalam sebuah lubang.
Shandy menyenter ke dalam lubang itu dan berkata, "Abang mendengar kalian berdua tertawa. Apa kalian senang di dalam lubang?"
Maliq dan Sherly tidak bisa lagi membendung kebahagiaannya ketika melihat cahaya lampuyang berasal dari papanya dan Shandy. "Papa ... Bang Shandy ... Kami di bawah sini!"
Pak Fauzi menarik napas panjang begitu juga Shandy. Mereka bersyukur karena mereka berdua telah ditemukan. Merekamenarik keduanya, dibantu oleh polisi. Setelah sampai di atas, keduanya langsung mendapat pelukan.
Bu Asri, Stevi, dan Raisa menunggu di dalam mobil dengan perasaan gundah gulana. Mereka sudah meminta untuk ikut mencari, tapi dilarang keras oleh Pak Fauzi. Akhirnya mereka dengan sabar dan berdoa menunggu di dalam mobil. Rasa cemas semakin melanda, sudah hampir satu jam mereka belum kembali
Stevi mendapat pesan dari Farid, dia membuka pesan itu.
Farid : Apa kau sedang sedih sekarang?
Stevi : Apa maksudmu?
Farid : Begitulah rasanya kehilangan orang yang paling kita sayangi.
Stevi : Kau yang melakukan ini pada adik-adikku?
Farid : Ha-ha-ha. Kartika juga ikut membantuku.
Stevi : Kalian berdua keterlaluan!
Farid : Jika kau ingintahu di mana keberadaan kedua adikmu, kau harus melakukan sesuatu?
Stevi : Apa maumu?
Farid : Kau terima cintaku dan biarkan Kartika mendapatkan cinta abangmu.
Stevi :Cinta itu tidak bisa dipaksakan dan tidak untuk memaksakan.Kalian sudah menjadi bodoh hanya karena cinta. Aku tidak akan mengikuti keinginan kalian karenakami sudah menemukan mereka.
Farid : Bangsat!
Stevi tidak membalas pesan Farid yang terakhir kali. Dia merasa kasihan dengan Sherly dan Maliq yang sudahmenjadi korban dariorang-orang yang membencinya.
Cahaya lampu bergerak menuju mobil,mereka dengan antusias keluar dari mobil dan mendatangi cahaya lampulalu bertemu dengan dua orang anak yang mereka anggap masih kecil itu. Mereka memeluk keduanya dan mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan karena masih melindungi keduanya.
"Kalian berdua sudah mengalami petualangan yang hebat hari ini. Minggu depan Mama akan ajak kalian semua liburan ke Bandung," kata Bu Asri.
Keempat anaknya melonjak senang mendengar rencana liburan itu.
Polisi meminta keterangan padakedua anak itu, tapi Pak Fauzi memohon untuk meminta keterangannya esok hari. Polisi menyetujuinya dan akan mengambil keterangan di rumah Pak Fauzi.
Semuanya berencana pulang ke rumah untuk beristirahat. Raisa jugapamit ke Pak Fauzi dan Bu Asri serta adik-adiknya Shandy.
Shandy mengantar Raisa sampai di depan rumahnya saja, seperti biasa. Kemudian Shandykembalike rumahnya dan ingin bertanya pada kedua adiknya tentang kejadian itu.
Kenapa aku sangat bodoh?! (pakai tanda tanya di depannya, Bung).
Comment on chapter Prolog