Loading...
Logo TinLit
Read Story - Alvira ; Kaligrafi untuk Sabrina
MENU
About Us  

Bab: Hidup Tanpa Titik

 

Pasca pernikahan abi. Alvira, seperti berada dikesunyian sebuah singgasana. Abi, genap 10 minggu fokus dan repot. 

 

Kemungkinan akan beginilah hari-hari kami selanjutnya. Pikirnya dalam hati. Lama ditatapnya jejer bingkai di dinding ruang keluarga. Umrah bersama, Liburan di Jepang dan Holland, bermain pasir di Lekuk Parangtritis semua seperti kenangan. Butuh berapa lama semua suasana ini akan mencair. Butuh berapa musimkah ummi akan dalam keterpakuan. 

 

"Alvira, lagi apa nak?"

Tiba-tiba suara ummi menghentak pikirannya. Sabrina hadir dengan dua buah nampan mangkuk Pokat dengan siraman santan berikut fresh water.

 

"Ummi, kaget Vira lo."

Sambil senyum dia memegang dada dan membulatkan mata hitamnya. Persis seperti Septian Dwi Cahyo, dalam lakon  pantomimnya "Menjadi Nyata."

 

Sabrina tergelak melihatnya. 

"Dugh segitunya. Hampir lompat tuh biji mata anak ummi." Sabrina menimpali. 

 

Mereka tertawa bahagia. Sabrina segera memberi mangkuk pokat santan pada Alvira. Ia juga bergerak mengambil coklat leleh disudut meja yang sebelumnya beberapa jam tadi telah ia racik sebagai topping pengganan siang ini. 

 

"Ahad tanpa abi, sudah hampir ke 12 pekan ya ummi." Hampir berbisik suara Alvira. Ia takut gumamannya malah membuat Sabrina menetes air mata.

 

Namun sebaliknya Sabrina malah menguatkannya. Alvira tertegun. 

 

"Nak, ummi berharap Alvira tidak akan pernah sesedih yang ummi rasa. Alvira tetap disayang abi. Ummi yakin. Bisa kok nanti kita atur liburan bareng lagi. Sabar ya nak. Allah mungkin akan memberi  banyak waktu untuk ummi dan Alvira makin saling menyayangi, makin kompak, setuju?" Lembut suara Sabrina meminta penguatan Alvira. 

 

Alvira membalas dengan menggangguk mantap.

 

Sabrina & Dhani mulai saling tidak nyaman

 

Persis seperti nonton film laga, keduanya nampak tegang menonton salah satu adegan puncak. Bedcover yang sengaja di pindahkan dari dalam kamar ke ruang tamu, untuk sekedar menjadi tempat bagi mereka untuk saling bermanja-manja, Alvira sudah tidur pulas sejam lalu sembari menikmati movie night tak mampu menghadirkan kehangatan di antara mereka. Beberapa camilan kering dan softdrink rasa kola tidak tersentuh sama sekali.

Mata Dhani menatap ke layar TV Plasma yang terhubung dengan DVD player memutar film kesayangan mereka sewaktu masih pacaran If Only. Lebih tepatnya film itu kesukaan Sabrina. Namun hati laki-laki itu tidak merasa tenang, wajahnya gelisah. Kepala Sabrina menyusup di antara leher dan dagu suaminya. Rebah di dada lelaki yang sekarang ini sudah di rasa jarang menemuinya,  entah kesibukan kerja,  atau sibuk mengurus persiapan kelahiran anaknya dari rahim Maryam yang sudah usia 8 bulan. Gesture Sabrina terlihat resah, seperti resahnya seorang perempuan sebab lama berpisah dengan seorang suami. 

Sabrina bukan tidak tahu dan merasakan kegelisahan suaminya juga. Setoples kecil popcorn yang tadi hangat di biarkan dingin begitu saja tanpa mereka jamah sedikitpun.

“Tidakah kamu menyakiti diriku saat ini dengan menempatkanku demikian, Dhani? Siapa yang jahat di sini ? Adilkah bagiku,  seorang perempuan yang mencintaimu dengan sungguh, sepenuh hati namun begitu tega engkau berbagi kasih  dengan memaksakan kehendakmu untuk aku turuti kemauanmu, berbagi suami dengan sahabatku  sendiri ?  rasa cinta yang besar,  dan ingin meraih surga-Nya membuatku terperdaya dan meluluskan permintaanmu kepadaku?” Suara batin Sabrina menjerit. 

“Kurang ku pahami. Atau aku yang terlampau egois dalam pernikahan ini.  Aku tidak sedang menjalin kasih, tapi aku tengah membangun biduk rumah tangga Sakinah bersamamu,  juga dengannya. Kamu tahu,  kamu masih dan selamanya akan menjadi bidadari yang teristimewa yang mampu meluapkan emosi rasa sayang dan cintaku. Aku ingin menjalin kasih. Kasih yang sepenuhnya dari hati. Tapi kenapa semenjak dia muncul, aku merasakan bidadariku menyimpan rahasia hati’’ batin Dhani menyeruak tanya

“Wahai engkau bidadariku, lihatlah aku terpaku dan lesu diantara hubungan yang rumit ini, yang sekarang aku rasakan darimu akhir-akhir ini.  Namun, semoga saja pikiranku salah menafsirkan kehadiran lelaki itu yang sembunyi - sembunyi ke kehidupanmu.  Lelaki dari masa lalumu itu,  aku mengetahuinya, kini kalian sering menghabiskan pertemuan - pertemuan rahasia meski Alvira engkau turut sertakan. 

“Apakah kamu merasakanya, Dhani?” Suara hati Sabrina.

“Maafkan aku, Mas Dhani bila keganjilan-keganjilan perilakuku mulai tercium olehmu. Sudah terlihat tak wajar ya, semenjak kedatangan Igo. Maafkan aku, mas Dhani. Aku sendiri tidak sepenuhnya menyadari. Sepertinya kiblat cintaku tak sepenuhnya berubah ke arahmu. Cuma bahtera Nuh yang penuh cinta kita ini, sedikit oleng oleh sebuah tsunami rasa. Yang aku sendiri belum sepenuhnya mengakui bahwa rasaku terbelah. Semoga saja begitu, karena engkau masih menjadi sayap pelindungku sampai saat ini”

 

Tuhan, kenapa cinta dari masa laluku datang lagi. Igo Garuda. Dia, engkau pertemukan kembali denganku saat ini. Lelaki ini, ternyata tidak begitu saja membuang rasa hatinya seiring waktu berlalu. Memilih adalah takdir. Sehingga tidak salah sepertinya bagiku untuk mencoba menata ulang, memugar kembali rumah cinta ini. Sebagaimana perpindahan adalah hal wajar yang terjadi dalam kehidupan ini. Akan selalu terjadi begitu. Meninggalkan tempat, rumah rasa yang di rasa sudah tidak nyaman, lalu mencari tempat berpindah, rumah rasa baru, rumah masa depan yang lebih menjanjikan kebahgiaan hati yang sempurna. Namun, Mas Dhani masih merupakan rumah yang nyaman bagiku. Itu yang menjadikan aku dilema, Tuhan. Bantu aku.

Bila cinta sejati adalah sebuah rumah. Sementara cinta yang lain adalah rumah singgah. Aku yakin, akan selalu ada jalan untuk pulang ke rumah. Singgahan-singgahan yang ada hanyalah sebagai terminal-terminal hati untuk kemudian pada masanya, hati menetap pada sebuah rumah cinta yang sejati. Dan aku yakini itu sebagai  jodoh pemberian-Mu.

Meski aku sadar, bila benar apa yang aku rasakan saat ini. Itu artinya aku kalah. Aku jahat. Melukai cinta lelaki yang telah terlebih dahulu tulus dalam mencintaiku dan menerimaku. Namun, ketukan pintu di hatiku itu aku rasa begitu jelas terdengar kini. Hanya butuh satu tindakan kecil dariku, meraih gagang pintu, membukakan untuknya lalu membiarkan dirinya masuk. Aku gamang dengan semua ini, Tuhan?.

Kenapa cinta ini menjadi begitu rumit. Aku serahkan kepasrahan hati ini kepadamu, Tuhan, Sang pemilik hati. Engkau lebih berhak menentukan dalam menamatkan rasa ini. Karena aku tahu, Engkau dalang di balik semua ini. Aku. Mas Dhani, dan Igo adalah pelaku dalam skenariomu. Tidak penting, kepada siapa kemudian Engkau gariskan aku hidup dengan satu lelaki pemberian-Mu kelak. Yang aku minta hanya satu, berikan aku pada jiwa-jiwa yang bisa dan mampu bersetia pada hati yang selalu terjaga kemurnian dan kesucian cintanya kepada sang kekasih, Itu saja. Sederhana bukan ?

Karena aku tahu, cinta, rasa dari Sang Pemberi adalah ilham untuk saling berbagi. Cinta bukan sekedar tentang siapa yang lebih besar cintanya, melainkan tentang siapa yang mampu menerima keadaan nasib sebuah rasa atas nama cinta di akhir pertahanan sebentuk hati pada akhirnya. Di antara deru-dera dan cobaan yang ada dengan penuh setia bersedia selalu di sisi. 

 

Nada getar seluler di saku kemeja mengagetkan Dhani. BlackBerry messenger dari Maryam. Dhani mengangkat telepon dengan berjalan menjauh keluar ruang tamu. Di beranda rumah mereka berbincang, entah apa yang mereka percakapkan,  Sabrina tidak begitu perduli, ia berusaha asyik menonton film. 

 

“Sabrina…”

Seperti di sengat tawon, Sabrina terlonjak dari lamunannya. Tawon itu adalah suara Dhani. Lama keduanya bertatapan seperti orang asing. Kembali lama mereka diam, tanpa pembicaraan. Sampai sebuah suara mengagetkan Sabrina untuk kedua kalinya.

“Aku akan pulang sekarang, Sabrina. Maryam sepertinya mau melahirkan malam ini.  Maryam tadi yang menelponku. Sedikit tercekat Dhani mengucapkannya. Sabrina hanya mengangguk berat dan perlahan.

Sabrina mengantar Dhani pulang sampai di teras rumah. Memandangi punggung suaminya yang berjalan menuju mobilnya. Satpam rumah membukakan pintu gerbang, mobil Dhani melewatinya perlahan dan langsung melindas jalan raya.

Sabrina masuk ke dalam rumah dan setengah berlari menaiki tangga rumahnya, menuju kamarnya. Sabrina meringis getir, Ia menangis di belakang pintu kamarnya. Entah kapan terkahir kali ada air keluar dari matanya semenjak pernikahannya dengan Dhani. Sepertinya baru kali ini.

Ada yang bilang, mampu menangis menunjukkan kekuatan. Tapi kenapa, yang Sabrina rasakan justru sebaliknya, perempuan itu merasa amat lemah. Sepeninggal Dhani, perempuan itu merasakan kembali terjangan itu, terjangan tsunami batin. Tsunami rasa. Iba matanya yang sembab memandang Alvira yang masih tertidur pulas.  Wajah polos miniatur dirinya dan Dhani, suaminya,  itu kini sudah mulai beranjak besar.

 

Disaat pedih dan menangis seperti ini,  yang ada dalam pikiran Sabrina adalah Igo, sekelebat pikiran akan Igo kembali memenuhi ruang hati Sabrina. Ijinkan Sabrina memilih hati yang terbaik ya Allah, kalau ini adalah takdir pilihanmu Sabrina terima dengan ikhlas. 

 

Kadang, Sabrina harus bisa menempatkan sebagaimana mestinya posisi Maryam, bagi hambamu ini,  Tuhan. Apalagi disaat ini Maryam hendak melahirkan, melahirkan insan-insan nurani Al Qur'an. Dalam posisi ini Aku tak bisa berfikir lagi, yang penting hanya kesehatan dan keselamatan mereka ya Allah. Berilah kelancaran saat melahirkan dan ibu, bayi, sehat. Ikhlaskanlah hati ini untuk selalu ikhlas. “

 

" Semoga nantinya anak Maryam akan menemani Alvira dengan saling rukun kelak, kabulkanlah doaku ya Allah," doa Sabrina untuk Maryam.

 

"Mau bagaimanapun Maryam adalah sahabat terbaik, walau sakit sungguh memaafkan. Tapi bila kita memaafkan kita sendiri yang akan menjadi lemah, menyakiti diri kita sendiri. Karena tidak bisa memaafkan. Sabrina berusaha keras memaafkan segala sifat dan kelakuan Maryam. Level akut yang benar-benar sudah Sabrina sadari, tapi daripada menimbulkan virus negatif dalam hati Sabrina. Sabrina memaafkan Maryam.

Kalau kita tidak bisa memaafkan orang lain dan mendendam. Sebenarnya yang sakit bukan orang lain. Tapi kita sendiri. Walaupun peristiwa ini benar-benar pada tingkatan tertinggi. Sabrina maafkan dengan ikhlas.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta (tak) Harus Memiliki
5664      1434     1     
Romance
Dua kepingan hati yang berbeda dalam satu raga yang sama. Sepi. Sedih. Sendiri. Termenung dalam gelapnya malam. Berpangku tangan menatap bintang, berharap pelangi itu kembali. Kembali menghiasi hari yang kelam. Hari yang telah sirna nan hampa dengan bayangan semu. Hari yang mengingatkannya pada pusaran waktu. Kini perlahan kepingan hati yang telah lama hancur, kembali bersatu. Berubah menja...
Forgetting You
4107      1496     4     
Romance
Karena kamu hidup bersama kenangan, aku menyerah. Karena kenangan akan selalu tinggal dan di kenang. Kepergian Dio membuat luka yang dalam untuk Arya dan Geran. Tidak ada hal lain yang di tinggalkan Dio selain gadis yang di taksirnya. Rasa bersalah Arya dan Geran terhadap Dio di lampiaskan dengan cara menjaga Audrey, gadis yang di sukai Dio.
Black Roses
33276      4762     3     
Fan Fiction
Jika kau berani untuk mencintai seseorang, maka kau juga harus siap untuk membencinya. Cinta yang terlalu berlebihan, akan berujung pada kebencian. Karena bagaimanapun, cinta dan benci memang hanya dipisahkan oleh selembar tabir tipis.
Love Warning
1504      691     1     
Romance
Dinda adalah remaja perempuan yang duduk di kelas 3 SMA dengan sifat yang pendiam. Ada remaja pria bernama Rico di satu kelasnya yang sudah mencintai dia sejak kelas 1 SMA. Namun pria tersebut begitu lama untuk mengungkapkan cinta kepada Dinda. Hingga akhirnya Dinda bertemu seorang pria bernama Joshua yang tidak lain adalah tetangganya sendiri dan dia sudah terlanjur suka. Namun ada satu rintanga...
Azzash
318      263     1     
Fantasy
Bagaimana jika sudah bertahun-tahun lamanya kau dipertemukan kembali dengan cinta sejatimu, pasangan jiwamu, belahan hati murnimu dengan hal yang tidak terduga? Kau sangat bahagia. Namun, dia... cintamu, pasangan jiwamu, belahan hatimu yang sudah kau tunggu bertahun-tahun lamanya lupa dengan segala ingatan, kenangan, dan apa yang telah kalian lewati bersama. Dan... Sialnya, dia juga s...
Irresistible
729      520     1     
Romance
Yhena Rider, gadis berumur 18 tahun yang kini harus mendapati kenyataan pahit bahwa kedua orangtuanya resmi bercerai. Dan karena hal ini pula yang membawanya ke rumah Bibi Megan dan Paman Charli. Alih-alih mendapatkan lingkungan baru dan mengobati luka dihatinya, Yhena malah mendapatkan sebuah masalah besar. Masalah yang mengubah seluruh pandangan dan arah hidupnya. Dan semua itu diawali ketika i...
Meet You After Wound
273      229     0     
Romance
"Hesa, lihatlah aku juga."
My X Idol
15930      2518     5     
Romance
Bagaimana ya rasanya punya mantan yang ternyata seorang artis terkenal? Merasa bangga, atau harus menutupi masa lalu itu mati-matian. Seterkenal apapun Rangga, di mata Nila ia hanya mantan yang menghilang ketika lagi sayang-sayangnya. Meski bagi Rangga, Nila membuat hidupnya berwarna. Namun bagi Nila, Rangga hanya menghitam putihkan hatinya. Lalu, apa yang akan mereka ceritakan di kemudian hari d...
Secret Love
358      242     3     
Romance
Cerita ini bukan sekedar, cerita sepasang remaja yang menjalin kasih dan berujung bahagia. Cerita ini menceritakan tentang orang tua, kekasih, sahabat, rahasia dan air mata. Pertemuan Leea dengan Feree, membuat Leea melupakan masalah dalam hidupnya. Feree, lelaki itu mampu mengembalikan senyum Leea yang hilang. Leea senang, hidup nya tak lagi sendiri, ada Feree yang mengisi hari-harinya. Sa...
Invisible
747      465     0     
Romance
Dia abu-abu. Hidup dengan penuh bayangan tanpa kenyataan membuat dia merasa terasingkan.Kematian saudara kembarnya membuat sang orang tua menekan keras kehendak mereka.Demi menutupi hal yang tidak diinginkan mereka memintanya untuk menjadi sosok saudara kembar yang telah tiada. Ia tertekan? They already know the answer. She said."I'm visible or invisible in my life!"