Setelah melaporkannya pada Bu Sinta, Bu Sinta memutuskan untuk mengantarku ke kelas dulu.
“Selamat pagi anak-anak, maaf ibu terlambat, walau ibu tau kalian bahagia ibu terlambat. Hari ini kalian kedatangan teman baru, Mesha silakan perkenalkan nama” Bu Sinta memberikan kesempatan padaku.
“Perkenalkan nama saya Mesha Herlina, bisa dipanggil Mesha, a..” baru saja ingin melanjutkan berbicara, tapi ucapanku sudah dipotong oleh teman-teman di kelas.
“Hai Meshaa” kudengar beberapa anak laki-laki mengatakan Masha bukan Mesha, tapi yasudah lah.
“Saya harap kehadiran saya disini bisa kalian terima sebagai teman” aku melanjutkan ucapanku yang terpotong. Aku duduk di sebuah bangku kosong, dan disebelahnya juga kosong, tiba tiba seorang anak perempuan di belakang bangku itu berbicara
“Itu tempat duduknya Nita, dia ga sekolah sekarang” kata perempuan itu
“Tapi aku boleh duduk disampingnya kan?” aku mulai ragu untuk duduk karna perempuan itu agak sedikit judes
“Kan Cuma itu yang kosong” aku langsung duduk, ahh, semoga saja jika sudah kenal ia tak judes lagi padaku.
Bel pulang tiba, seluruh siswa berhamburan keluar kelas, termasuk diriku. Kuakui, banyak sekali mata memandangku, entah tatapan kagum, heran, bahkan iri, dan yang paling menarik perhatianku, seorang laki-laki yang duduk di sebelah kananku, lebih tepatnya meja kita bersebrangan. Laki-laki itu tampan sekali, kulitnya kuning langsat, rambutnya tertata rapi yang membuatnya terkesan cool, dan wajahnya yang terkesan dingin. Dan hebatnya lagi, aku sempat melihatnya sedang memandangiku, apakah dia menyukaiku? Ah yang benar saja, mungkin ia hanya tertarik padaku karna aku siswa baru disini. Saat sampai di depan sekolah, sepertinya mama belum datang, jadi aku harus sedikit menunggu sepertinya.
“Eh ada Masha and The Bear, di belakang masih kosong lo” kata Rangga di depanku sambil menunjuk jok belakang motornya.
“Jadi?” aku pura-pura polos saja menanggapinya.
“Kamu HARUS pulang bareng aku, eh? Kok jadi aku kamu sih? Yaudah sih gapapa biar makin deket, ya gak?” ia mulai bertingkah seperti itu lagi, genit, dasar tak tau malu, apa lagi ia mengajak, eh bukan mengajak, justru memaksaku untuk pulang bersamanya.
“Gak” aku terus melihat sekeliling berharap keajaiban datang.
“Ta..” ucapannya terpotong suara papa dari dalam mobil, ah syukurlah, jadi aku bisa terbebas darinya.
“Papa! Ihna, kihna!” aku menyapa mereka dengan bangga, seolah mengatakan jika aku tak perlu ajakan dari Rangga itu.
“Eh calon mertua” Rangga mulai tersenyum jail, walau suaranya kecil, aku tetap bisa mendengarnya, mungkin ia sengaja melakukannya.
“Emm, papa ayo pulang” aku segera menaiki mobil dan menutup seluruh kaca mobil, berharap papa tak mendengar ucapan dari Rangga.
Dijalan aku hanya terdiam, mengingat tingkah Rangga seharian ini. “baru kenal sehari aja bisa kaya gini, gimana ceritanya kalo kenal 2 tahun??” lamunanku buyar saat Trisna tiba stiva melemparku dengan buku.
“Aduh! Ihnaaaaaaaaa, sakit tauuu” aku meijat pelan jidatku yang terkena lemparan buku dari Trisna.
“Eheh, maaf kak Ca, soalnya tadi bukunya nyangkut, pas ditarik malah lepas hehe. Lagian kak Eca ngapain bengong?” Wajah Trisna nampak sangat serius memandangku, seolah jika berpaling sedikit, hidupnya akan hancur.
“Hayoloo kak Eca punya pacar yaaaaaaa” kini giliran Krisna yang mengusik ketenangan jiwaku.
“Sudah-sudah berantemnya, kita sudah nyampe rumah” untung papa mengatakan hal itu, dengan cepat aku berlari keluar menuju kamar.
---
“Senja kali ini indah sekali, tak ingin rasanya ku lepas, tapi apa daya, ia bukan takdirku. Senja memang memanjakan mataku, namun hal yang paling menyakitkan, senja juga melakukannya pada semua orang. Tapi seharunya aku bersyukur, karna hingga detik ini, aku masih bisa merasakan indahnya SENJA”
---
“Ecaaa, ini ada kiriman buat kamuuuu” aku terbangun dari tidur siangku yang sangat indah. Aku memang terbangun, tapi bukan berarti aku mau bangun dari tempat tidur.
“Siapa si maa, kan Eca belum punya temen disinii” hanya teriak, tanpa mau beranjak, walaupun aku tau mama sebentar lagi akan melontarkan nada merdunya.
“Ya mana mama tauu, tadi mama dapet diluar, tulisannya sih buat kamu, tapi gatau dari siapa, makanya keluar dong liat kirimannyaa, jangan males-malesan terus napa sih” sudah kuduga, mama akan mengeluarkan suara merdunya
“Iya-iya sekarangggg” aku beranjak keluar, tapi mana sudah meletakkan kiriman itu di depan kamarku, ya sudah aku ambil saja. Diatas kotak itu ada sebuah surat, warnanya biru langit, seperti kesukaanku, jadi kuputuskan untuk membaca suratnya terlebih dahulu.
“hai, aku penggemar rahasiamu loh? Gapercaya kan? Panggil aja aku Mawar Putih, hehe, seperti dongeng ya? Kebetulan tadi aku lewat, jadi aku langsung meletakkan ini di depan rumahmu, maaf tak sempat mampir, namanya juga penggemar rahasia, kalo kamu tau ga rahasia lagi dong? Hehe” surat itu berakhir begitu saja, walau cukup pendek, surat itu mampu membuatku tersenyum malu, ah sudah lah, jika ada yang masuk dan melihatku seperti ini, aku bisa disangka gila. Kulihat isi kotak itu, setangkai mawah putih! Bagaimana dia tau aku suka mawar putih? Ah, aku mulai curiga. Di sebelahnya ada beberapa bungkus balon warna-warni. Ini sungguh bukan kebetulan biasa! Sepertinya orang ini tau persis latar belakang kehidupanku! Buktinya ia bisa tau semua hal-hal favoritku.
Hm, daripada aku berfikir yang tidak-tidak, lebih baik aku melanjutkan tidur siangku, semua barang ini akan ku tata nanti.
---