Viola bangun dan rasanya ingin sekali menemui Danu namun pergelangan tangannya ditahan oleh Mawar
“Lo gaboleh gegabah La” bisik Mawar
“Raffa harus liat lo dulu sebelum lo mau ngejauh dari dia”
“tapi..”belum saja omongannya selesai sudah dipotong oleh Mawar
“La”
Ceklek,
Pintu ruangan itu terbuka menampilkan sesosok pria dengan jas putih yang berada ditubuhnya dan stetoskop yang menggantung di lehernya
“dok? Gimana keadaan Raffa dok?” tanya Viola
“dia masih koma, mungkin saja jantungnya kaget sebab benturan benturan yang terjadi sangat keras. Dia juga kehilangan banyak darah akibat benturan di kepalanya”
“lalu kapan Raffa bakal sadar dok?”
“saya belum bisa pastikan kapannya. Kita tunggu saja perkembangannya yah”
“terimakasih dok,”
“baik saya permisi dulu”
Dari awal emang semuanya salah gue yah gumam Viola
Ya ini lah hari ketiga setelah Raffa koma, Raffa koma sudah tiga hari. Viola menemani Raffa berhari hari, dia hanya pulang untuk ganti baju saja. Viola tak beranjak sedikitpun dari rumah sakit, dia ingin saat Raffa membuka matanya dialah yang pertama diliat, egois memang tapi Viola menginginkannya sebelum Viola benar benar pergi dari Raffa
“hai Raf. Ini udah tiga hari loh kamu tiduran terus disini. Aku kangen kamu Raf”
“Raf aku kangen kamu Raf, Raf kamu bangun dong, kamu liat aku sekarang. Kamu kangen aku gak Raf. Masa kamu liburan cuman tiduran doang disini, kamu gamau liburan sama aku, Raf sebentar lagi aku mau pergi Raf kamu gamau liat aku, Raf. Raf ih kamu denger gak sih aku ngomong daritadi”
“liat aja Raf, aku bakal buat perhitungan sama Danu, aku ga terima yah kamu sampe kaya gini. Danu jahat Raf. Kamu tenang aja nanti dia bakal kapok Raf dikasih pelajaran sama aku”
“Raffa aku kangen” Viola menitikan airmatanya sambil memegangi tangan Raffa
“Raffa bangun” sekarang Viola sudah menangis, sungguh kali ini dia menangis sesegukan
“Raf” Viola menenggelamkan wajahnya sambil memegangi tangan Raffa, namun dia merasa rambutnya disentuh oleh sebuah tangan, dia mendongak dan mendapati Raffa
“Raffa” Raffa membalasnya dengan senyuman
“Raffa kamu bangun Raf” Viola langsung memencet tombol memanggil dokter dan tak lama dokter datang
“ada apa?”
“Raffa sadar dok”
“baik biar saya periksa” Dokter itu memeriksa seluruh badan Raffa
“syukurlah sekarang Raffa sudah melewati masa kritisnya”
“alhamdulilah makasih dok”
“baik saya permisi dulu”
“kamu kangen aku?” tanya Raffa setelah dokter itu pergi namun masih lesu
“Raf” Viola memeluk Raffa yang masih terbaring di kasurnya dan Raffa membalas pelukan Viola sambil mengelus rambutnya
“jangan kaya gini lagi”
“iya gaakan”
“janji?”
“iya janji kemaren kan Cuma kecelakaan sayang”
“tapi aku takut..”
“aku gaakan kemana mana”
“kamu harus janji?”lanjutnya
“iya sayang”
Sedari tadi yang dilakukan Raffa dan Viola hanya bercanda gurau saja menikmati waktunya berdua, temannya tadi sempat menjenguk Raffa dan sekarang sudah pulang lagi. Tapi, katanya nanti bakal balik lagi
“ah” Raffa memegangi kepalanya, dia merasakan sakit kembali di kepalanya setelah terjadi benturan
“kamu kenapa sakit lagi?”
“aw”
“aku panggilin dokter yah” belum sempat Viola melangkahkan kakinya Raffa kembali pingsan lagi
“Raf, Raffa? Kamu kenapa Raf?”
“Dokter dok” teriak Viola tak lama pun dokter datang memeriksa kembali keadaan Raffa dan mempersilahkan Viola keluar tak butuh waktu lama bulir air mata Viola sudah membasahi pipinya