Bel tanda masuk setelah istirahat sudah berbunyi itu tandanya semua siswa dan siswi harus masuk ke dalam kelasnya masing masing
Kelas XI IPA1 sedang dalam pelajaran Biologi, dan yang membuat semangat murid adalah guru Biologi itu masih muda, sangat fashionable, cantik, asik, bersahabat pula
Disaat mata pelajaran berlangsung semua siswa memperhatikkan dengan baik tapi tidak dengan Raffa dia malah tidur di kedua lipatan tangannya diatas meja
“La?” panggil Elen yang memang tempat duduknya dibelakang Viola
“apa?” sahutnya sambil menengok ke belakang
“tuh” Elen menunjuk Raffa lalu pandangan Viola berganti ke arah Raffa
“dia kenapa?” tanya Elen
“gue juga gatau, tapi emang dari semalem juga mukanya udah pucet”
“sakit kali”
“gatau juga. Gue tanya dia selalu jawab engga”
“ohh, yaudah lo bangunin gih”
“jangan, sebentar lagi balik ini”
“oke deh”
Raffa kenapa sih? Batin Viola lalu menyesuaikan diri lagi ke posisi semula
Sekarang bel pulang sudah berbunyi satu persatu siswa berhamburan keluar kelas untuk pulang ke rumahnya masing masing tapi tidak dengan Viola dia masih mengkhawatirkan tentang Raffa pasalnya sejak pagi tadi muka Raffa pucat.
“La gue balik duluan yo sama ni anak” Elen menunjuk Dimas lalu Viola mengangguk. Lalu yang lainnya juga sama berpamitan pulang duluan. Kini didalam kelas hanya menyisakkan Viola dan Raffa. Viola langsung menghampiri Raffa yang masih dalam posisi seperti tadi
“Raf?” panggil Viola sambil memegang pundak Raffa
“hmm” Raffa menengok kearah suara namun matanya terlihat sipit dan mukanya pucat
“lo kenapa?”
“gapapa” Viola tidak yakin dengan jawaban Raffa lalu dia menempelkan punggung tangannya ke dahi Viola
“astagfirullah Raf lo demam. Lo panas banget”
“gue gapapa”
“kaya gini lo bilang gapapa”
“kita pulang” Raffa berusaha mengubah topik pembicaraan
“Raf, lo gila. Siniin kunci mobil lo”
“buat?”
“sini cepet” Raffa pasrah dan memberikkan kunci mobilnya kepada Viola
“kita ke rumah sakit sekarang”
“gue gapapa La”
“panas tinggi lo bilang gapapa”
“ayo bangun” Viola membantu Raffa berdiri dan meletakkan tangan Raffa di leher Viola
“pantes ya. Dari tadi pagi gue perhatiin lo itu diem terus, di kantin juga ga makan apa apa. Gue tanya gapapa terus jawabannya” oceh Viola saat berada di koridor sekolah menuju parkiran beruntung saja Raffa membawa mobil sekarang jadi tidak sulit untuk membawa Raffa kerumah sakit
Setelah Raffa duduk di kursi penumpang Viola langsung menancap gas dengan kecepatan diatas rata rata karena keadaan Raffa yang kini setengah sadar
“jangan ngebut La”
“udah lo diem”
“lo tuh ya, peduli banget ke orang tapi lo gapeduli ke diri lo sendiri”
“lo bilang ke gue jangan lupa makan, minum vitaminnya, jaga kesehatan, apalah itu segalanya. Tapi lo ga inget ke diri lo”
“dari kapan lo demam” Raffa tak menjawab
“dari kapan Raf?” hasilnya sama tak kunjung ada jawaban juga
“Raf plis jawab? Dari kpn?”
“tiga hari yang lalu”
“kenapa? lo ga nafsu lagi” Raffa mengangguk. Sebenarnya Raffa memang tidak nafsu makan. Dia bingung, dia takut kalau Viola akan kenapa-napa. Di sedikit depresi karena teror-teror yang menghantuinya
“lo kenapa ga bilang sii”
“lo juga gak makan ya? Dari kapan?”
“sejak demam”
“kenapa Raf?”
“males”
“kalau lo sekiranya mau apa. Bilang ke gue, kalau gue bisa gue bantu Raf. Gue pacar lo, gaada salahnya kan saling bantu”
“sorry”
“lain kali lo jangan gini kalo ada apa apa lo bilang ke gue. Pliss Raf”
“iya”
“yaudah yo kita turun, kita udah sampe”
Lalu mereka berdua turun Raffa dibantu oleh Viola untuk berjalan karena memang kepalanya masih sangat pusing. Raffa langsung ditangani oleh dokter untuk diperiksa
“jadi gimana keadaan Raffa sekarang dok?”
“dia terkena thypus, makanya demam dia itu tinggi, sebaiknya dia harus dirawat disini dulu untuk beberapa hari”
“yasudah dok..” belum saja Viola menyelesaikan ucapannya Raffa sudah memotong pembicaraanya
“saya dirawat jalan aja” Raffa sekarang sudah duduk disamping Viola
“lo perlu istirahat Raf, biar gue yang ngurus”
“jadi gimana? Bila perlu Raffa dirawat disini agar lebih intensif karena dia sudah terserang thypus selama beberapa hari” kata dokternya
“yasudah rawat saja dok”
“rawat jalan”
“dirumah sakit aja”
“rawat jalan atau gue pulang” kata Raffa
Ni bocah lagi sakit kaya gini masih aja rese batin Viola
“yaudah dok, Raffa dirawat dirumah aja” Viola pasrah daripada Raffa tidak dirawat sama sekali
“baik, walaupun dirawat di rumah Raffa tetap harus di infus. Dan harus selalu mendapat penjagaan. Karena demamnya akan selalu naik turun” Viola mengangguk
“biar nanti kami urus semua” lanjutnya
“terimakasih dok”
“baik, sama sama”
“oh iya saya hampir lupa untuk obat silakan ditebus ya” lanjutnya lalu pergi meninggalkan Raffa dan Viola
“lo kenapa si Raf, gamau dirawat disini?”
“suntuk”
“serah lo dah. Yo kita balik” Viola membantu Raffa berdiri setelah berharsil berdiri Raffa kembali terjatuh ke tempat duduknya karena kepalanya merasa pening
“Raf, lo pusing banget?” tanya Viola khawatir Raffa tak menjawab dan dia hanya memegangi kepalanya
“pake kursi roda aja ya?”
“lo tunggu disini” lanjutnya
Tidak lama Viola mencari kursi roda dia langsung kembali dan membantu Raffa duduk di kursi roda tersebut. Lalu Viola mendorongnya keluar rumah sakit tersebut setelah menebus obat obat yang harus diminum Raffa