Deg,
Viola kaget
"Gue mohon, gue mohon jangan matiin lampunya" ucap Viola
"Kenapa? Lo takut? Ah iya lo phobia ya?" Yap, Viola mengidap Achluphobia sejak kecil
"Tapi, gue ga peduli matiin lampunya sekarang"
Saat lampu mati, Viola berteriak dia semacam orang yang ketakutan dia memberontak namun tali yang dipasang Dinar terlalu kuat sehingga membuat tangan juga kakinya berdarah. Tak lama Viola jatuh pingsan
Mereka tertawa puas, saat mereka sedang tertawa mereka dikagetkan dengan suara robohnya pintu. Dan disana menampilkan jelas seorang laki-laki yang sedari tadi menjadi bahan perbincangan keduanya
"Ga nyangka gue"
"Eh, Raffa lo disini" ucap Dinar sedikit gugup
"Lo apa-apaan sih hah? Lo kira dengan cara kaya gini lo bisa ngejauhin Viola dari gue?"
"Raf, lo tuh kenapa sih hah? Selama ini gue udh selalu ada buat lo, gue selalu ngejar-ngejar lo, gue selalu ini itu buat lo. Tapi kenapa lo ga pernah ngelirik gue hah? Kenapa semakin hari lo makin deket sama dia" Dinat menunjuk Viola
"Bagaimanapun lo ngejar gue, kalo hati gue bukan buat lo gaakan bisa, Dinar"
"Gue sayang lo, Raf. Kalo lo gamau nerima cinta gue" Dinar menggantungkan omongannya lalu berjalan menuju Viola yang masih pingsan
"Gue ga segan segan nyakitin dia" Dinar menjambak keras rambut Viola
"Lo lepasin dia" Raffa mendekat ke arah Viola
"Semakin lo deket. Lo bakal nyesel" Dinar mengeluarkan pisau dan mengarahkannya ke leher Viola
"Dinar, lo buang benda itu jauh-jauh" Raffa sedikit-sedikit mengambil kesempatan untuk melangkah
"Sekali lagi lo melangkah. Pisau ini akan gores leher dia"
"Mundur" lanjutnya
"Oke gue mundur"
Saat itu juga teman-teman Raffa masuk dan langsung menjauhkan Dinar dari Viola, tak lupa sebelumnya mereka menjauhkan pisaunya. Sedangkan yang perempuan menahan kedua dayang yang tadi membantu Dinar
Sebelumnya Raffa memang sudah menelpon teman-temannya untuk menyusul ke rumah tua yang ada di sebuah desa kecil. Raffa ingat sewaktu ada seseorang yang menerornya bahwa akan ada sebuah kejadian di tempat itu
Raffa langsung menghampiri Viola dengan posisi yang masih pingsan dan tangannya yang masih terikat, dia membuka ikatan pada kaki dan tangan Viola yang sudah lecet dan berdarah
"Ola" Raffa menepuk-nepuk pipi Viola, sampai akhirnya Viola sadar namun masih sedikit ketakutan
"Engga, jangan matiin lampunya" ucap Viola. Raffa mengernyitkan dahinya tak mengerti
"Jangan matiin lampunya" Viola tetap berkata seperti itu. Raffa mempererat pelukannya pada Viola agar Viola tak terus ketakutan
"Gue disini La. Lo kenapa, La?"
"Bilangnya bakal selalu ada, tapi tentang phobia Viola aja gatau" Dinar mendengus
"Phobia?"
"Lo tau?" Sandi kaget, pasalnya yang mengetahui ini hanya keluarganya kenapa Dinar juga mengetahui ini
"Apa yang ga Dinar tau" Dinar memasang senyum smirk
"Jangan dimatiin lampunya" ucap Viola
"Lo tenang La gue disini" Raffa mengelus puncak kepala Viola
"San, Ola phobia apa?" Tanya Raffa
"Oke gini Raf, sebenernya Ola dari dulu emng ada achluphobia. Achluphobia itu adalah dimana kondisi seseorang yang takut akan kegelapan. Apalagi dalam dimensi ruang yang kecil"
"Dan lo Dinar darimana lo tau tentang ini?" Dinar diam
"Kalau lo ga jawab gue ga segan segan ngelaporin lu ke BK" ancam Sandi
"Oke, gue tau semua yang Viola lakuin dari Arka. Dan yang neror Viola juga Raffa itu Arka bukan gue"
"Arka?" Ucap Raffa
"Iya, lo inget kejadian dimana lo sama dia berantem minggu lalu di lapangan. Dia tuh ga terima dia kalah di depan semua orang kaya gitu. Dia dendam sma lo sampe akhirnya kita kerja sama"
"Kejam ya lo" ucap Angel namun Dinar hanya tertawa meremehkan
"Lo tenang La. Ini gue Raffa" ucap Raffa
"Raffa" ucap Viola. Viola langsung mengeratkan pelukannya kepada Raffa
"Lepas" ucap Dinar masih memberontak
"Keterlaluan ya lo" ucap Sandi kepada Dinar
"Lo gila"
"Gue gila? Lo yang gila" Dinar berusaha memberontak dari cekalan Sandi dan Fino. Namun, hasilnya nihil dia tak berhasil
"Gue ga terima ya, lo perlakuin Ola kaya gini. Ini kriminal tau ga"
"Udah laporin polisi aja"
"Jangan" kata Viola
"Kenapa, dia udah keterlaluan sama lo, La" Raffa tak terima
"Kak Dinar udah kelas 12 sebentar lagi dia lulus. Kalau sampe ada urusan sama polisi sayang pendidikannya"
"Tapi, la"
"Udah gpp San"
"Oke, kali ini gue lepasin lo karena Ola. Tapi kalau lo berani kaya gini lagi ga segan segan gue laporin lo ke BK plus polisi" ucap Sandi lalu melepaskan cekalannya pada Dinar
Setelah itu, Dinar dan kawan kawannya langsung pergi tanpa mengatakan sepatah dua patah kata apapun
"Lo gpp, La?" Tanya Angel yang menghampiri Viola. Viola mengangguk
"Sorry, gara-gara gue ga nganterin lo ke toilet, lo jadi pada luka gini tangan lo, kaki lo. Dan phobia lo jadi.."
"Udah, bukan salah lo" Viola tersenyum
Mereka tak menyadari bahwa sedari tadi Raffa yang posisinya setengah duduk kini sudah berada di posisi duduk sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya. Bahkan Raffa merasakan kepalanya sangat pening
"Raffa" Viola menyadari bahwa kini Raffa tak seperti biasanya dia seperti lemah dan sedikit ada luka lebam di bagian wajahnya
"Raf, lo kenapa?" Tanyanya. Seketika pandangan mereka tertuju pada Raffa
"Gue baru inget kan lo tadi siang abis pingsan kan?" Ucap Fino
Raffa semakin tak kuat pada rasa sakitnya, dia benar benar merasakan sakit pada semua tubuhnya, tubuhnya serasa remuk. Dan seketika badan kekarnya terhempas ke lantai itu. Raffa pingsan