Read More >>"> The War Galaxy (Sebuah Penawar dan Linux) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The War Galaxy
MENU
About Us  

Jennie dan Axel masih duduk menghadap kearah pantai saat ratusan Blank Space memenuhi langit Baldolf membuat sebagian orang merasa heboh dan panik dalam bersamaan. Yang ada dalam fikiran mereka adalah apakah Baldolf akan diserang?

"Ketua, ada yang berusaha menyerang kita." Lapor salah satu penjaga kepada Axel. Axel terdiam, terlihat mengamati kelangit sampai suara Jennie membuatnya cukup terkejut.

"Astaga! Itu bukannya pasukan tempur Demian?" Jennie sedikit mengenali jenis pesawat yang pernah ia angkat itu.

"Benarkah?" Axel berusaha untuk memastikannya dan Jennie mengangguk dengan yakin. Axel segera berdiri, sepertinya ia tidak bisa membiarkan gerombolan pesawat tempur itu merusak Baldoft yang sudah tak pemiliki perisai kuat.

"Ya, aku mengenalinya karena aku pernah mengangkat salah satu pesawat itu." Terang Jennie membuat Axel seketika menjadi emosi.

"Sial! Kenapa kalian sangat keras kepala? Apa harus ku lenyapkan kalian semua, baru kalian mau menyerah?" Guman Axel yang membuat Jennie cukup terkejut.

"Seharusnya kau cukup tau apa yang kami inginkan bukan?" Ucap Jennie dengan datarnya. Kali ini Jennie sadar bahwa Axel memang pria yang berbahaya. Axel menyeringai, melihat perubahan dari Jennie, sepertinya gadis manis ini marah.

"Jadi apa maumu?" Tanya Axel yang masih berbelit-belit.

"Berikan penawarnya!" Bentak Jennie yang sepertinya sudah kehabisan kesabaran.

"Tapi ada syaratnya." Kata Axel membuat Jennie memutar bola matanya. Semoga saja pria ini tidak memberikan syarat yang aneh-aneh.

"Apa?" Tanya Jennie tak sabaran.

"Aku ingin kau jadi kekasihku." Jennie membelalak dengan mulut menganganya sementara Axel masih tersenyum yang hampir terlihat dengan seringaian.

"Kau gila!" Guman Jennie yang masih dapat di dengar oleh Axel.

"Hahaha...Aku memang tergila-gila kepadamu. Jadi jawab sekarang dan aku akan segera memberikan penawarnya kepadamu." Axel menunjukkan sebuah botol kecil nan unik kepada Jennie. Seketika Jennie menjadi bimbang, Axel sangat licik tapi ia juga tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Sinb dan Xeno membutuhkan bantuannya sekarang. Baik Demian dan Genio tak bisa membantu mereka.

Jennie menghela nafas sebelum mengatakan sesuatu "Baiklah, sekarang berikan penawar itu kepada mereka

Jennie menghela nafas sebelum mengatakan sesuatu "Baiklah, sekarang berikan penawar itu kepada mereka." Mohon Jennie dan Axel tersenyum lebar. Ia segera memeluk Jennie membuat tubuh gadis itu menegang seketika.

---***---

Disisi lain Sinb masih belum sadar kan diri, wajahnya semakin pucat sementara Xeno yang tadinya sadar kini juga mengalami nasib sama seperti Sinb, ia dibaringkan di sofa dengan Mina yang menunggunya cemas.

"Apa kita hanya akan diam saja?" Tanya Genio yang emosi. Demian diam, tak melepaskan pandangannya dari Sinb tapi wajahnya seriusnya cukup menunjukkan semua emosinya.

"Sebentar lagi, aku ingin tau apakah mereka menyambut beberapa barang yang ku kirim kemari atau mereka mengabaikannya? Jika mereka tetap tidak bergeming, aku akan mengerahkan seluruh pasukan Blank Space ku kemari, akan ku hancurkan lembah ini tak tersisa." Kata Demian dengan datar tapi cukup membuat bulu kuduk merinding. Sosoknya yang sekarang ini sangat berbanding terbalik dengan Demian yang suka mencibir, ia terlihat lebih menyeramkan.

Genio mendesah, mengacak rambutnya frustasi dan Mina terus menangis dalam diam. Memandangi saudarinya yang semakin memucat dan sosok Xeno yang juga hampir sama dengan Sinb.

"Sinb...." Suara itu, mereka segera menoleh dan mendapati Jennie berjalan masuk dengan terengah.

"Kau baik-baik saja?" Mina berlari memeluk Jennie dan gadis itu mengangguk.

"Ini..." Jennie menyodorkan botol yang Axel berikan tadi. Demian mengkirutkan keningnya merasa bingung. Genio segera meraihnya dan meneliti botol tersebut.

"Apa ini Putri Lexia?" Genio bertanya.

"Penawar yang Axel berikan." Jawab Jennie.

"Apa syarat yang ia berikan?" Demian yang selalu menduga dengan cepat.

Jennie mendesah sebelum menjawabnya. "Menjadi kekasihnya."

Jawaban Jennie jelas membuat semuannya tercengang. Jika saja Sinb tidak pingsan, mungkin ia akan mengomeli Jennie atau mengumpati Axel yang terkesan tak masuk akal itu.

"Brengsek! Jadi ia membuat nyawa orang lain sebagai taruhan hanya untuk sebuah lelucon seperti ini?" Demian marah, ia tidak menyangka selain licik, Axel juga kejam.

"Bagaimana kita memasukkan penawar ini?" Tanya Genio, yang melihat keduanya saling memejamkan mata.

Demian segera menarik botol itu dari Genio, meminum sedikit dan ia bergegas mendekati wajah Sinb.

"Hei, apa yang kau lakukan?" Protes Jennie, Mina dan Genio hanya memandanganginya dengan binung. Demian hanya menatap Jennie tajam sebelum melanjutkan aksinya lagi. Ia memegangi wajah Sinb dan membukanya sedikit kemudian menempelkan bibirnya, memberikan cairan penawar itu lewat mulutnya. Semua menganga tak percaya tapi nyatanya cari seperti itulah yang paling efektif.

Demian segera menarik dirinya saat ia merasa cairan itu sudah masuk sepenuhnya pada mulut Sinb, Demian merasakan bergerakan tubuh Sinb. Nampak menggeliat dan mulai membuka matanya berlahan.

"Sinb..." Panggil Jennie yang segera memeluk tubuh lemah itu. Mina terlihat senang melihat Sinb kembali sadar dan Genio masih shock dengan aksi Demian yang entah mengapa, membuat dirinya kesal. Demian memandangi Sinb dengan pandangan yang sulit untuk dimengerti.

"Lalu siapa yang akan melakukan itu kepada Xeno?" Jennie tiba-tiba teringat pada lelaki itu dan memandangi tubuh Xeno yang masih tak sadarkan diri. Sinb yang masih lemas, membaringkan tubuhnya kembali dibantu oleh Demian sementara Jennie dan Mina memandangi Genio.

"Kau bisa melakukannya Genio?" Tanya Mina dan Genio tersenyum sambil menggeleng.

"Aku tidak bisa." Jawabnya dan harapan terakhir adalah Demian. Merasa diperhatikan? Demian segera memandangi mereka.

"Kau saja putri Sieera." Jelas ketiga gadis itu terkejut.

"Kenapa kau memberikan perintah tidak masuk akal seperti itu?" Protes Sinb yang masih lemah.

"Eh, perlu kau tau! Cara tidak masuk akal itu telah menyelamatkanmu." Kesal Demian yang menimbulkan semburat merah di kedua pipi Sinb. Ia memang merasakan bibir Demian yang lembut menempel pada bibirnya.

"Aku tau itu pertolongan tapi selama ini aku tidak pernah membiarkan siapapun untuk menyentuh bibirku!" Kesal Sinb yang membuat Demian tertawa.

"Ah, jadi aku yang pertama?" Goda Demian dengan senyum menyebalkannya dan Sinb terdiam.

"Baiklah, aku akan melakukannya." Mina memotong berdebatan itu dan ia sangat tau bahwa sepupunya itu sangat malu sekarang.

Dengan ragu Mina meraih botol penawar itu dan Mina memasukkan penawar itu pada mulutnya, langsung mentransfer kepada Xeno lewat mulutnya. Dengan mengejutkannya Xeno menggeliat dan melumat bibir Mina yang belum terlepas itu dengan mata terpejam. Mina membeku dengan tindakan tiba-tiba dari seorang Xeno. Semu merah tergambar jelas di kedua pipinya, ia ingin melepaskan diri tapi tangan Xeno sudah mendorong tubuhnya untuk menempel pada tubuh Xeno.

"Yak! Apa yang kau lakukan?" Jerit histeris Jennie membuat Xeno membuka matanya dan merasa terkejut dengan aksi yang ia lakukan. Xeno segera mendorong tubuh Mina membuat gadis itu hampir terjungkal kebelakang tapi Mina segera menyeimbangkan tubuhnya. Sinb sudah duduk lagi dengan pandangan melotot kearah Xeno.

"Maafkan aku..." Lirih Xeno dengan wajah bersalahnya yang membuat Genio menahan tawanya. Demian hanya tertawa tanpa suara tapi berhenti setelah Sinb menatapnya tajam. Kalau bukan dalam kondisi lemah, ia sudah menendang Demian dan Xeno yang menurutnya selalu mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Hahaha...Setidaknya penawar racun itu membuat kalian mengalami moment romantis dan aku tidak akan khawatir lagi untuk membiarkan Lexia berada disekitar kalian, kecuali pria ini." Axel muncul dengan perkataan anehnya dan berakhir menunjuk Genio. Ia sudah merangkul pinggang Jennie posesif, Genio hanya menggeleng merasa Axel terlalu percaya diri sementara Demian berfikir bahwa Axel sedikit klise.

"Lepaskan tangan kotormu itu!" Pinta Sinb dengan suara lemahnya, bahkan gadis itu sudah duduk dibantu oleh Demian.

"Hei sayang, apa kau tidak memberitahu mereka tentang hubungan kita?" Bahkan dengan lancangnya Axel memeluk Jennie dan menyandarkan kepalanya pada bahu gadis itu. Jennie hanya diam mematung sementara Sinb semakin marah, Demian menghela nafas jengah, Genio terlihat bingung, Mina masih belum bisa memahami semua yang terjadi dan Xeno, masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi.

"Berhenti berbicara konyol, aku sudah bosan dengan permainan ini. Jadi, ayo selesaikan sekarang." Ucap Demian dengan keseriusannya, sepertinya Axel dapat menangkap maksud Demian ini.

Axel menarik Jennie untuk duduk dihadapan Mina dan Xeno, sementara Genio duduk disamping Sinb dan Demian, yang masih tetap berada ditempat tidur.

"Baiklah, ayo kita serius. Sekarang aku bertanya kepadamu, kenapa kau mengirim pasukanmu kemari? Apa kau berpikir ingin menyerbu tempat ini?" Tanya Axel yang seketika membuat Demian menyeringai.

"Apa kau cukup bodoh untuk mengerti hal sesepeleh ini?" Sungut Demian membuat Axel terbahak.

"Jadi itu adalah hadiah?" Tebak Axel dan Demian mendesah sebelum mengangguk.

"Baiklah, aku akan menerimanya." Jawab Axel, Demian diam tak menjawab seolah ia sedang berfikir. Sinb beberapa kali menyenggol Demian, ia cukup tau apa yang membuat gadis disampingnya ini melakukan itu. Genio juga memandangnya dan sepertinya semua orang diruangan ini kecuali Axel sedang memandangnya sekarang. Sesungguhnya Demian sangat benci dengan situasi seperti ini, ia benar-benar tak menyukai Axel yang bebal dan tak mempan dengan apapun.

"Dengar, aku hanya akan mengatakan ini sekali. Kau mau mendengarkannya atau tidak? Itu adalah urusanmu! Urusan ku dan mereka adalah mencari klan ksatria yang tersisa, kami tidak main-main untuk itu, jadi jika pada akhirnya kau hanya ingin mempermainkan kami? Ku rasa, kami tidak punya waktu untuk meladenimu. Biarkan kami pergi atau akan lebih serius untuk mewujudkan keinginanku menghancurkan lembah berhargamu ini." Ucap Demian panjang lebar yang seharusnya cukup dimengerti oleh Axel.

Entah semenjak kapan? Senyum Axel lenyap dan ia seperti mengamati satu-persatu makhluk asing dihadapannya ini--disana ia melihat keseriusan, apa lagi saat ia melihat tatapan Demian yang beberapa menit lalu cukup membuatnya khawatir. Semenjak ia lahir sampai detik ini, tidak ada orang yang berani menggertaknya dan Axel juga tidak merasa perlu untuk takut pada siapapun tapi kali ini boleh Axel jujur? Ia tidak pernah bisa memprediksi Demian yang baginya sangat diluar perkiraan. Bukti nyata yang jelas adalah kiriman beberapa pesawat itu, entah bagaimana mereka melakukannya karena Axel sangat yakin bahwa mereka sudah memasang kamera disetiap sudut ruangan ini. Sepertinya kelompok ini tak patut Axel remehkan, mengingat ketiga gadis itu yang memiliki kemampuan luar biasa, ditambah lagi dengan ke jeniusan Genio membuat beberapa barang canggih dan pria bernama Xeno itu sepertinya sangat kuat, satu hal lagi pemimpin mereka yang sepertinya punya banyak pikiran yang tak mampu Axel tebak. Racun yang sengaja ia berikan kali ini hanya keberuntungan baginya, karena mereka semua dalam keadaan lengah tapi belum tentu nanti Axel akan mampu mengelabuhi mereka lagi? Axel sangat yakin bahwa mereka akan sangat waspada kali ini.

Axel tidak ingin terus egois dan mengorbankan lembah yang sudah membesarkannya ini. Maka dari itu Axel sudah memutuskan bahwa ia akan melakukan apapun agar lembahnya terselamatkan. Meskipun pada akhirnya, keputusan yang ia ambil sangat berat.

"Jadi kalian masih berfikir untuk membuatku ikut bersama kalian?" Axel bertanya dan Demian tersenyum mengejek.

"Jika kau mau tapi aku juga tidak mau bertanggung jawab jika kau selalu membuat keonaran. Sudah cukup dengan ketiga gadis ceroboh ini." Sepertinya sikap Demian kembali menjadi menyebalkan. Sinb menatapnya tajam dan entah semenjak kapan gadis itu sudah mencubit tangan Demian dengan kesal, namun pria itu hanya membalasnya dengan senyum mengejek. Jennie terlihat menghela nafas, entah mengapa? berada di dekat Axel membuatnya tak mampu melakukan apapun. Mina masih mematung, memikirkan kejadian memalukan barusan.

"Hahaha, aku tau. Aku tidak bisa menjanjikan apapun kepadamu tapi aku hanya akan berusaha menjadi sedikit lebih tenang." Ucapan Axel yang ini seketika membuat semuanya mulai menduga, apakah Axel akhirnya memilih untuk ikut dengan rombongan mereka?

"Jadi kau mau ikut?" Tanya Jennie dan Axel mengangguk. Tanpa sadar gadis itu tersenyum dan Sinb menyadari hal itu.

"Haruskah kau sesenang itu? Ingatlah bahwa dia itu pembuat onar." Sinis Sinb membuat Jennie seketika menunduk.

"Baiklah, kita tak punya banyak waktu. Ayo kita mempersiapkannya sekarang." Demian mengakhiri perdebatan yang tidak perlu ini.

"Tunggu..." Axel berdiri membuat semuanya memandangnya seolah bertanya, sekarang apa lagi?

"Hm...Aku ingin mengenalkan seseorang kepada kalian." Katanya seperti salah tingkah, entah kemana rasa percaya diri itu pergi? Seolah sosok Axel yang sekarang ini cukup berbeda.

"Linux, aku tau kau diluar. Masuklah!" Pinta Axel dan sosok dengan rambut tipis karena sudah tercukur dengan mata besar dan tubuh kecilnya menatap setiap orang heran. Sementara mereka yang ditatap merasa risih dengan pandangan Linux karena sosoknya terlihat aneh.

"Kenapa kau memanggilku?" Tanya Linux yang merasa kesal secara tiba-tiba. Axel cukup tau bahwa sahabatnya ini tidak suka berada diluar kediamannya, apa lagi dengan banyak orang seperti ini. Belum lagi sebentar lagi, Axel akan memberitahukan sesuatu yang pasti mengejutkan dirinya.

Semua orang menunggu--menunggu pertunjukan apa lagi yang telah disiapkan oleh Axel. "Begini, aku akan segera pergi meninggalkan Baldoft." Mata yang besar itu semakin membesar dengan ketegangan terlihat pada setiap sisi tubuhnya. Itu hanya sebuah perkataan tapi kenapa seorang seperti Linux bereaksi cukup berlebihan, wajahnya sudah seperti seseorang yang akan dihajar.

"Kau gila! Bagaimana bisa kau meninggalkan tempat ini? Siapa yang akan melindungi tempat ini? Kau pikir aku bisa melakukannya sendiri? Kau sangat tau aku benci berurusan dengan makhluk seperti mereka." Tunjuk Linux pada deretan orang yang berada dihadapannya, membuat Demian dan lainnya merasa tersinggung.

"Kau pikir kami suka berurusan denganmu? Mahkluk kerdil aneh!" Cibir Sinb yang sepertinya gadis itu sudah benar-benar pulih.

"Diamlah..." Demian memperingatkan Sinb lagi membuat Sinb memutar bola matanya merasa kesal. Kenapa semua penghuni planet ini tidak memiliki sopan santun? Pikir Sinb.

"Aku tidak menyuruhmu menjaga tempat ini. Kau harus ikut dengan kami dan biarkan dia yang memikirkan bagaimana menjaga tempat ini." Kata Axel sambil menunjuk ke Demian. Demian jelas saja terkejut.

"Apa? Kenapa aku harus ikut dan kenapa dia juga yang harus memikirkan bagaimana caranya menjaga tempat ini?" Linux dibuat bingung dengan ucapan Axel. Demian terlihat menghela nafas, Axel benar-benar selalu membuat ia naik pitam.

"Kenapa harus Demian yang memikirkannya? Apa karena kami yang menghancurkan perisai pelindung tempat ini? Kau ingin kami membuatnya lagi? Itu perkara yang mudah." Axel tersenyum saat Sinb mengerti maksudnya.

"Baguslah, setidaknya kau cukup tau diri." Sindirnya membuat Sinb mendengus.

"Kenapa aku harus ikut?" Linux masih menuntut jawaban pasti dari Axel dan sepertinya bukan hanya Linux saja tapi juga yang lainnya.

"Aku tidak bisa menceritakan dengan detail, hanya saja kau perlu ingat jika kau adalah keturunan klan ksatria dari keluarga Terray pengendali tanah." Seketika semuanya dibuat menganga dengan pernyataan Axel. Kini pendangan mereka beralih pada Linux lagi, seolah tidak percaya pria kecil ini keturunan ksatria.

"Hei, kenapa kau mengungkap jati diriku disini? Mereka semua orang asing! Apa kau lupa, itu berbahaya bagi kita!" Omel Linux kesal tapi Axel hanya menanggapinya dengan santai.

"Sudahlah, aku tidak ingin berdebat denganmu. Kau perlu tau saja bahwa mereka adalah keturunan ksatria." Ungkap Axel membuat mata Linux semakin membulat dengan mulut menganganya, sangat lucu membuat Jennie ingin mencubit pipinya.

"Astaga! benarkah itu?" Nada suara sengit itu hilang berganti dengan kekagetan Linux.

"Ya, kapan aku berbohong kepadamu Linux. Baiklah, aku tidak akan terlalu banyak bicara lagi. Kawan, jika kalian ingin tau Linux Terray adalah sahabatku semenjak kecil dan ia lah yang membuat semua peralatan canggih disini seperti Genio. Ia memiliki kekuatan dari Klan Terray dan itu juga yang membuat keadaan lembah ini selalu subur, ia membagi sedikit kekuatannya untuk menjaga kestabilan tanah yang ada dilembah ini dan ia sedang mencoba melatih kekuatannya untuk membuat Golam, pasukan yang terbuat dari tanah" Semenjak beberapa menit yang lalu Axel terlihat banyak berbicara, tidak seperti biasanya saat ia lebih memilih bermalas-masalan dengan melakukan permainan dibalik monitor.

 Ia memiliki kekuatan dari Klan Terray dan itu juga yang membuat keadaan lembah ini selalu subur, ia membagi sedikit kekuatannya untuk menjaga kestabilan tanah yang ada dilembah ini dan ia sedang mencoba melatih kekuatannya untuk membuat Golam, pa...

LINUX TERRAY | KSATRIA KLAN TERRAY | PENGENDALI TANAH

"Apa kau yang mengajari Axel meretas sistem?" Tanya Genio yang mulai merasa tertarik, ia berfikir Linux akan menjadi teman terbaiknya untuk berbagi banyak pengetahuan. Linux mengangguk dengan mata lucunya.

"Sepertinya kau sudah menemukan pasanganmu." Cibir Demian yang dapat menangkap kebahagiaan Genio. Untuk pertama kalinya Sinb ingin tertawa mendengar cibiran Demian, sepertinya pria itu sudah pandai melayangkan candaan.

"Kau sangat tajam seperti biasanya." Balas Genio sambil mengedipkan matanya, tak merasa marah dengan ucapan Demian.

"Jadi? Apakah kita berangkat sekarang?" Tanya Sinb dengan wajahnya yang sudah terlihat bosan.

"Ayo..." Mina segera meraih tangan Sinb dan berjalan lebih dulu. Ia masih terlalu canggung untuk berada di dekat Xeno setelah kejadian tadi, Jennie memperhatikan dua saudarinya yang meninggalkan dirinya begitu saja menggembungkan pipinya kesal, Jennie cukup tau bahwa keduanya marah karena ia menyetujui ajakan Axel untuk menjadi kekasihnya. Seandainya ia boleh jujur, Jennie tidak suka dan tidak mau tapi entah kenapa? Berlama-lama dengan Axel tak buruk juga.

"Mereka tidak akan lama, marah padamu. Percaya padaku." Bisik Axel yang tau kegundahan Jennie yang kini berjalan bersama-sama tepatnya Axel memeluknya.

"Jadi kemana lagi kita akan pergi?" Tanya Genio.

"Kalian punya usul?" Demian bertanya pada semuanya.

"Aku tidak punya." Xeno menggeleng, di ikuti Axel.

"Aku pikir lebih baik kita pergi kearah barat. Disana ada negeri Adisty yang merupakan negeri bercahaya, entah cahayanya itu terbuat dari benda canggih atau memang ada kekuatan yang mencahayainya. Aku merasa ada klan ksatria disana." Duga Linux dan sepertinya pria itu bukan tipikel pembual seperti Axel, Demian patut memberikannya kesempatan untuk dipercayai ucapannya.

"Baiklah kita akan ke Adisty dan Genio siapkan Titaniummu." Pinta Demian membuat Genio mengangguk.

Jangan lupa Like ^^

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
LUCID DREAM
432      305     2     
Short Story
aku mengalami lucid dream, pada saat aku tidur dengan keadaan tidak sadar tapi aku sadar ketika aku sudah berada di dunia alam sadar atau di dunia mimpi. aku bertemu orang yang tidak dikenal, aku menyebutnya dia itu orang misterius karena dia sering hadir di tempat aku berada (di dalam mimpi bukan di luar nyata nya)
HER
532      301     2     
Short Story
Temanku yang bernama Kirane sering memintaku untuk menemaninya tidur di apartemennya. Trish juga sudah biasa membuka bajunya sampai telanjang ketika dihadapanku, dan Nel tak jarang memelukku karena hal-hal kecil. Itu semua terjadi karena mereka sudah melabeliku dengan julukan 'lelaki gay'. Sungguh, itu tidak masalah. Karena pekerjaanku memang menjadi banci. Dan peran itu sudah mendarah da...
Loker Cantik
477      357     0     
Short Story
Ungkapkan segera isi hatimu, jangan membuat seseorang yang dianggap spesial dihantui dengan rasa penasaran
Percikan Semangat
831      441     1     
Short Story
Kisah cinta tak perlu dramatis. Tapi mau bagaimana lagi ini drama yang terjadi dalam masa remajaku. Cinta yang mengajarkan aku tentang kebaikan. Terima kasih karena dia yang selalu memberikan percikan semangat untuk merubahku menjadi lebih baik :)
Cinta (tak) Harus Memiliki
4497      1158     1     
Romance
Dua kepingan hati yang berbeda dalam satu raga yang sama. Sepi. Sedih. Sendiri. Termenung dalam gelapnya malam. Berpangku tangan menatap bintang, berharap pelangi itu kembali. Kembali menghiasi hari yang kelam. Hari yang telah sirna nan hampa dengan bayangan semu. Hari yang mengingatkannya pada pusaran waktu. Kini perlahan kepingan hati yang telah lama hancur, kembali bersatu. Berubah menja...
Under a Falling Star
577      348     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Gerhana di Atas Istana
10092      4513     2     
Romance
Surya memaksa untuk menumpahkan secara semenamena ragam sajak di atas kertas yang akan dikumpulkannya sebagai janji untuk bulan yang ingin ditepatinya kado untuk siapa pun yang bertambah umur pada tahun ini
Bukan Kamu
12892      1994     7     
Romance
Bagaimana mungkin, wajahmu begitu persis dengan gadis yang selalu ada di dalam hatiku? Dan seandainya yang berada di sisiku saat ini adalah kamu, akan ku pastikan duniaku hanyalah untukmu namun pada kenyataanya itu bukan kamu.
Foto dalam Dompet
475      323     3     
Short Story
Karena terkadang, keteledoran adalah awal dari keberuntungan. N.B : Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan semata
Be Yours.
1670      902     4     
Romance
Kekalahan Clarin membuatnya terpaksa mengikuti ekstrakurikuler cheerleader. Ia harus membagi waktu antara ekstrakurikuler atletik dan cheerleader. Belum lagi masalah dadanya yang terkadang sakit secara mendadak saat ia melakukan banyak kegiatan berat dan melelahkan. Namun demi impian Atlas, ia rela melakukan apa saja asal sahabatnya itu bahagia dan berhasil mewujudkan mimpi. Tetapi semakin lama, ...