Perkenalan karakter:
>>>> Hwang Sinb | Reika Petyay<<<<
Annyeong, nama ku adalah Hwang Sinb. Usia ku saat ini menginjak 17 tahun dan aku tinggal di daerah Seol bersama kedua orang tua ku dan aku hanya anak tunggal tidak memiliki saudara sekali pun hanya memiliki dua sepupu yang sama-sama berjenis kelamin wanita.
Semenjak awal di lahirkan, entah mengapa? Aku selalu merasa keluarga ku sangat aneh, maksud ku keluarga dari nenek. Entah ini turunan secara ginetik atau apa? Tubuh ku sangat kuat, lebih kuat dari kebanyakan gadis seusiaku bahkan mungkin laki-laki yang ada di sekolah ku sekalipun karena itulah aku sering memenangkan kompetisi Taekwondo bahkan hingga tingkat Asia. Curang memang, itu pun aku tidak menggunakan sepenuhnya kekuatan ku tapi percayalah aku sudah sangat berusaha untuk mengendalikan diri dengan solusi ini, sebenarnya ada banyak hal yang ingin ku lakukan, salah satunya adalah membuat berbagai alat canggih yang bisa membuatku tak perlu melakukan banyak hal. Aku memang pemalas tapi jangan salah di otakku entah berapa juta neuron didalamnya bekerja sangat aktif hanya saja orang tuaku selalu memblokade rasa ingin tahuku untuk menciptakan banyak hal dan menyuruhku hanya fokus pada Taekwondo saja, itu bukan tanpa sebab karena ku nenek lah yang menyarankan mereka untuk mengendalikan kekuatan ku lewat Taekwondo ini . Sebelumnya aku sudah melalui banyak kekacauan dengan kekuatan ini di iringi dengan usia ku yang makin bertambah. Pernah sekali aku menghajar beberapa pelajar yang suka memalak di sekitar sekolah ku sampai membuat mereka semua harus di rawat di rumah sakit beberapa bulan dan luar biasanya kedua sepupuku juga mengalami hal yang sama seperti ku.
Terkadang, aku merasa bingung? Sebenarnya berasal dari mana kekuatan ku ini? Appa atau Eomma atau dari nenek? Yang pasti itu bukan dari keluarga Appa namun dari keluarga Nenek tapi kenapa eomma tak memilikinya? Entah mengapa aku selalu berfikir bahwa nenek menyimpan banyak rahasia. Ia tidak pernah menceritakan tentang kota asalnya bahkan sejarah orang tuanya bahkan ketika kami duduk bersama kakek selalu berkata bahwa nenek itu datang seperti bintang yang jatuh, aneh kan? Ah, apapun itu...Aku hanya ingin menjadi gadis normal sekarang karena memiliki sesuatu yang berlebihan seperti ini sungguh tidak asyik!
>>>> Myoui Mina / Sierra Petyay<<<<
Aku Myoui Mina. Ibuku adalah seorang korea dengan ayah ku seorang Jepang. Myoui adalah marga dari ayahku dan Mina adalah nama pemberian dari ibuku. Selama ini, aku bersama kedua orang tuaku tinggal di Jepang berpisah dengan dua keluarga lainnya.
Aku tumbuh terlihat normal seperti gadis pada umumnya hanya saja sesungguhnya aku memiliki sebuah rahasia. Bisa dikatakan aku memiliki keistimewaan yaitu aku memiliki energi yang begitu melimpah. Dengan kekuatan ku ini aku pernah sekali merobohkan dinding rumahku saat aku kecil, itu sungguh membuat kedua orang tuaku terkaget sampai-sampai nenek ku yang tidak pernah berpergian jauh harus menempuh jarak beberapa jam lamanya untuk mencapai Tokyo. Entah apa yang di bicarakan dengan kedua orang tua ku kala itu, yang pasti setelah pembicaraan itu kedua orang tua ku memutuskan untuk melatih ku Kendo agar aku bisa mengendalikan kekuatan ku. Berawal dari situ hingga aku memenangkan kompetisi tingkat nasional.
Sampai detik ini, aku masih bertanya-tanya tentang asal kekuatan ini? Semua semakin membingungkan ketika kedua sepupu ku juga mengalami hal yang sama. Semenjak muncul kekuatan aneh ini, kami sering berkomunikasi meskipun jarak kami begitu jauh. Pada akhirnya kami mempercayai kunci dari semua ini adalah nenek.
>>> Jennie Kim / Lexia petyay <<<
Hi, I'm Jennie. Kedua orang tua ku sama-sama keturunan korea hanya Dad dilahirkan di Amerika jadi selama ini aku tinggal bersama kedua orang tua ku di Los Angeles.
Kehidupan ku sebagai seorang gadis korea yang lahir di amerika cukup menyenangkan sampai sesuatu terjadi. Malam itu, musim dingin ketika salju pertama turun, aku dan Mom pergi ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan. Saat kami akan menyebrang sebuah jalan ada sebuah mobil melaju dengan kecepatan diatas rata-rata menuju mendekati kita. Aku dan Mom menjerit tapi anehnya aku tidak merasakan tubuh ku terpental atau terdorong oleh kendaraan itu, aku membuka mataku dan omg! Aku melihatnya, mobil itu terdorong kebelakang dan membentur sebuah pembatas. Itu mengekejutkan sampai membuat Mom pingsan dan aku masih diposisi semula dengan tangan ku yang seolah mendorong sesuatu, posisi yang cukup ganjil dan konyol. Tapi dugaan ku lebih konyol lagi kurasa, bagaimana bisa aku berfikir bahwa aku yang mendorong mobil itu hanya karena aku tidak melihat siapapun disini kecuali aku, mom dan mobil dengan pengemudi yang pingsan.
Rasanya belum puas dengan kejadian itu, aku menguji coba kekuatan mustahil ini pada Tom. Seorang anak seusiaku tetapi memiliki ukuran sebesar monster. Aku hanya menendangnya satu kali dan apa yang terjadi? Sungguh sangat impossible, ia terpental jauh dengan skor akhir patah tulang rusuk dengan gigi yang rontok dan beberapa lebam di bagian wajah. Semenjak saat itu tidak ada anak laki-laki yang berani menyentuh ku dan kedua orang tuaku sangat shock saat itu hingga mereka sampai membawa ku ke korea beberapa bulan lamanya dan memutuskan agar aku mempelajari kickboxing untuk mengontrol kekuatan ku. Semua itu adalah saran dari nenek, ku rasa ada sesuatu yang terjadi disini dan kedua sepupuku juga mengalaminya.
Nenek, apakah yang terjadi sebenarnya? Kenapa kami berbeda?
---***---
Seol, 7-10-2017
Seorang gadis berambut pendek, dengan mata indah dan wajah tenangnya, memakai mantel putih turun dengan anggunnya dari sebuah taksi yang berhenti di sebuah gang sempit tempat berdirinya deretan bangunan kuno yaitu bukchon hanok yang merupakan sebuah perkampungan dalam kota Seol, perkampungan jaman dahulu kala yang masih tertata rapih, bahkan mebel-mebel kayunya tetap terpelihara. Jalannya cukup berliku-liku dan menanjak membuat gadis tersebut menghela nafas sambil memandangi tanjakan tersebut sebelum akhirnya melangkahkan kakinya.
"Hey, Minari!" Teriak semangat seorang gadis berambut pirang nan panjang, sebenarnya ia hanya mengecat rambut hitamnya dengan warna pirang. Ia berlari dengan membawa serta dua koper besarnya, seolah ia sedang membawa dua anjing kesayangannya untuk berlari-lari mengitari kompleks. Ia tidak merasa kesusahan sama sekali sungguh pemandangan yang sangat unik sementara gadis yang bernama Mina tersebut hanya tersenyum dan melambaikan tangannya.
"Oh Shit! Dad dan Mom menyebalkan! Mereka membuat ku harus menunggu beberapa jam lamanya di bandara karena mereka lupa untuk memberikan alamat rumah grandma!" Dia benar-benar seorang gadis yang selalu ceroboh dan cukup berisik. Mina tersenyum dan berjalan memeluknya.
"Bagaimana kabarmu Jennie?" Mina melepaskan pelukannya dan memandangi Jennie dengan tatapan rindu, begitu pula sebaliknya.
"Fine! you?" Gadis bernama Jennie balik bertanya membuat Mina tersenyum.
"Tentu, seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja." Bisiknya yang membuat Jennie tertawa renyah.
"Yak! Sampai kapan kalian akan berdiri disitu?" Satu orang gadis berjalan dengan tubuh tegap dan langkah seperti seorang pria, ia terlihat maskulin datang mendekati dua gadis yang masih berdiri dengan memegang koper mereka.
"Cacing Hwang!" Mereka berseru dibarengi dengan gelak tawa seolah meledek gadis ini. Sinb tertawa sambil berlari gelu sambil mengacungkan tangannya.
"Yak! Kemari kalian!" Sinb hendak memberi mereka sesuatu tapi salah satu diantara mereka mengambil tindakan terlebih dahulu.
PLETAK
Dengan gerakan cepat Jennie mendaratkan bagian siku jarinya yang tergenggam pada dahi Sinb membuatnya mendengus sebal.
"Yak! Apa yang kau lakukan?" Sinb berseru kesal.
"Sadarlah! Aku lebih tua darimu. Kau harus memanggilku eonni!" Ketus Jennie. Selalu, ketika mereka bertemu pertengkaran konyol ini akan terjadi dan Mina yang akan menjadi penengah diantara mereka berdua.
"Sudahlah, ayo sebaiknya kita pergi. Lihatlah jalannya masih tetap menanjak seperti dulu." Keluh Mina, gadis ini jarang sekali mengeluh hanya ketika sampai disini saja dan memang gang disini masih tetap sama sempit, berkelok-kelok dan menanjak.
"Ini sudah abad 21 dan nenek masih berperilaku kuno" Jennie memang gadis yang lebih suka mengkeritik segala sesuatu yang menurutnya tak sesuai dengan pandangan hidupnya.
"Dia adalah faktor utama dari kekuatan aneh ini." Kali ini Sinb sependapat dengan menambahi beberapa deretan kata yang memojokkan neneknya.
"Sudahlah, kita akan tau sebentar lagi. Bukankah nenek akan mengatakannya jika kita sudah 17 tahun? Harusnya sekarang bukan?" Sinb dan Jennie mengangguk, perkataan Mina benar. Selama ini mereka hanya mampu menyimpan segudang pertanyaan dan kefrustasiannya karena harus berhati-hati dalam menggunakan kekuatan mereka.
Selama berjalan tidak begitu banyak percakapan yang berarti, hanya gurauan kecil dan perdebatan antara Sinb dan Jennie lah yang selalu hadir sampai beberapa menit mereka telah sampai di depan sebuah pintu yang terbuat dari kayu tua kokoh dengan penyangga tembok yang juga kokoh yang disatukan oleh semen disamping kanan dan kiri kami yang mengelilingi rumah tradisional tersebut.
"Ayo kita masuk!" Sinb melangkah terlebih dahulu membuka pintu kayu kokoh tersebut tapi tiba-tiba ia berhenti mengirutkan kening tak mengerti. Beberapa menit yang lalu, ia agak kesusahan membuka pintu ini secara normalnya tapi kenapa sekarang mudah dan sepertinya ganjalan di pintu tersebut tak ada lagi.
"Why?" Kepala Jennie muncul dari pundak Sinb yang seketika terdiam melepaskan tangannya dari daun pintu itu. Hanya butuh mendorongnya sedikit pintu itu akan terbuka tapi Sinb nampaknya masih berfikir. Mina hanya memperhatikan mereka berdua dengan tenang seperti biasa.
"Aneh!" Guman Sinb membuat Jennie bertambah penasaran.
"WHY!" Sentaknya yang seketika membuat Sinb terkaget dan menatapnya kesal. Sepupunya yang satu ini memang tak pernah berusaha untuk sabar sedikit pun.
"Anio!" Akhirnya Sinb menjawab dan mendorong pintu kayu nan kokoh tersebut.
Mereka memasuki rumah itu dengan santai, kemudian mereka melewati sebuah halaman luas dengan berbagai corak tumbuhan dan bunga yang tertata apik disetiap bagian halaman, ditengah-tengah halaman ada kolam kecil yang berisi warna-warni ikan hias yang setiap waktu muncul ke permukaan kolam yang jernih. Melihat halaman tertata apik dan kolam terlihat jernih, sepertinya nenek mereka rutin membersihkannya, bahkan kedua gadis ini terlihat takjub, mungkin jennie telah lupa dengan cibirannya tentang betapa kunonya gaya kehidupan neneknya.
Mereka masih berjalan dan termangu melihat semua keindahan rumah ini sampai ketika Sinb terhenti saat mendapati dua orang pria berdiri di dua sisi pintu menuju kamar nenek mereka. Seperti layaknya hanok kuno lainnya, kamar akan terpisah dengan ruang tamu dan dapur karena rumah nenek mereka memang sangat luas.
"Mereka siapa?" Sinb menoleh kearah Jennie dan Mina. Ketiganya memicingkan matanya menatap aneh dua orang itu bergantian. Mereka memakai pakaian hitam mengkilap seperti terbuat dari kulit sampai kaki dan penutup kepala yang hampir terlihat seperti helm hanya saja lebih tipis tidak setebal helm dan dilengkapi kacamata hitam.
"Apa aku salah lihat?" Sinb mengucek matanya menatap mereka tak percaya. Sinb memiliki penilaian lain tentang cara berpakaian kedua pria tersebut.
"Kenapa?" Kali ini Mina yang bertanya.
"Aku tidak pernah melihat baju dan perlengkapan seperti itu." Gumam Sinb menatap tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia masih menganga dengan ekspresi rasa ingin tahu yang begitu besar.
"Bodoh! Pakaian seperti itu ada banyak di film Hollywood. Apakah tempat ini disewa untuk syuting film? Tapi mana kamera dan crewnya? Kalau memang benar? Wow! Aku akan memamerkan ini kepada teman-teman ku, kurasa nenek tidak sekuno dulu lagi hahaha..." Jennie tertawa lepas membuat perhatian dua orang yang masih berdiri di sisi pintu teralih pada mereka. Itu nampak jelas pada keriput di dahi mereka meskipun mereka memakai kaca mata hitam dengan model aneh itu.
"Mereka melihat kita." Mina menduga dengan wajah tegangnya.
"Wae? Biarkan saja, kenapa kau setegang itu?" Sinb berusaha mengingatkan Mina. Ini adalah rumah nenek mereka dan kenapa pula mereka harus takut pada dua sosok asing diharapannya.
"Kau benar, ayo kita dekati mereka dan menanyakan apa keperluan mereka kemari!" Jennie melangkah terlebih dahulu, kemudian Sinb dan Mina yang memegangi tangan Sinb.
Kedua pria asing itu seolah waspada dan menunggu kedatangan ketiga gadis tersebut. Ketika beberapa langkah lagi mereka akan sampai tubuh jennie sedikit mundur membuat Sinb dan Mina juga terpaksa mundur.
"Wae?" Sinb bertanya.
"Entahlah, aku seperti menabrak benda keras." Jennie seolah termangu, tangannya berangsur terangkat dan seolah berusaha menyentuh udara dihadapannya.
"Apa yang kau lakukan?" Sinb bertanya tak sabaran melihat sepupunya aneh.
"Coba kalian sentuh..." Pinta Jennie yang segera menarik tangan Sinb dan betapa kagetnya gadis itu berpandangan dengan Jennie dengan mimik yang tak bisa terbaca. Mina yang juga ikut penasaran juga melakukan hal yang sama.
"Apa ini? Tidak mungkin ini sebuah perisai?" Mina berguman menamai sendiri temuannya sementara Sinb dan Jennie masih tercengang tak percaya dengan apa yang mereka liat.
"Ini bertambah aneh!" Kali ini Sinb berucap tak mengerti dengan apa yang terjadi.
"Ya, apa yang terjadi sebenarnya? Bukan nenek yang membuat ini kan?" Kali ini Jennie bertanya dengan wajah sedikit tegang.
"Ku rasa bukan dan lihatlah kedua pria itu mendekat." Mina memperingatkan, seketika ketiga gadis itu waspada dan panik.
"Oh Shit! Ini bukan syuting film tema fantasi." Jennie mulai merancu tak jelas. Sangat terlihat di raut wajah kedua pria itu bahwa mereka mengintai mereka berdua meskipun sebagian wajahnya tertutupi oleh kacamata hitam nan aneh itu.
"Bodoh! Jelas bukan, mereka sepertinya akan menyerang kita." Sinb menduga.
"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Mina bertambah panik.
"Tidak ada cara lain kerahkan semua kekuatan!" Usul Sinb.
"Kau gila? Kita di larang untuk memakai itu!" Jennie memperingatkan.
"Tapi kita tidak dapat memprediksi kekuatan mereka. Kau boleh menganggap ku gila, kacamata yang mereka miliki itu adalah kacamata multifungsi, kacamata itu bisa dibuat untuk mengintai dan mendeteksi kekuatan kita, belum lagi pakaian sintetik mereka itu terlihat seperti pakaian tempur yang akan melindungi mereka dari benda tajam dan pelindung kepala itu? Tidak akan mudah dihancurkan dengan satu kali pukulan." Jennie dan Mina menatap Sinb sepenuhnya, mereka seolah tak percaya bahwa sepupunya yang satu ini memiliki imaginasi yang begitu tinggi dan sepertinya dia sudah mulai gila, batin mereka berdua.
"Hey, aku tak percaya kau memiliki imaginasi setinggi ini. Tapi cobalah lihat, mereka manusia biasa sama seperti kita!" Jennie tak mau percaya begitu saja dengan bualan Sinb.
"Terserah kalian mau percaya atau tidak? Dalam hitungan 10 detik mereka akan melewati perisai ini dan langsung menyerang kita. Itu keputusan kalian untuk menyerang mereka atau mereka yang akan menyerang kalian! Ingat, insting ku lebih kuat dari kalian!" Tegas Sinb.
Benar, mereka dengan mudah keluar dari benda pembatas yang tak kasat mata itu, yang mereka sebut sebagai perisai dan ketiga gadis itu telah mundur beberapa langkah sebelum kedua pria asing itu mendekati mereka. Kedua pria asing itu berbicara dengan menggunakan bahasa yang tidak mereka mengerti, kemudian mereka melesat cepat dan kini berada dihadapan ketiga gadis itu. Sinb, Jennie dan Mina shock, terkaget-kaget melihat dua orang asing itu tersenyum kearah mereka dan salah satu diantara mereka dengan cepat meraih tubuh Mina, mengangkatnya ke udara.
"Mina!" Teriak Sinb dan satu pria asing itu melakukan hal yang sama pada Jennie.
"Jennie!" Sinb merasa kebingungan. Sinb sudah memprediksikan bahwa kedua pria itu bukan manusia biasa tapi ia tidak menyangka bahwa serangan kedua pria itu lebih cepat dari dugaannya. Kali ini bagaimana pun caranya ia harus segera menyelamatkan kedua sepupunya ini.
"Lepaskan mereka berdua!" Sinb berteriak tapi tetap saja tak membuat kedua pria itu segera menurunkan kedua sepupunya itu.
"Brengsek! Gunakan kekuatan kalian! Aku akan mengecoh mereka!" Sinb mengatur strategi untuk mengalahkan kedua pria asing ini. Ia mulai melesatkan tinjuannya pada salah satu pria yang mengangkat tubuh Mina dengan kekuatan penuh.
BUAK
Dan apa yang terjadi? Sinb meringis merasa memegangi tangannya yang berhasil memukul salah satu diantara kedua pria asing itu dan anehnya tubuh pria itu hanya terdorong beberapa meter. Ini sangat tidak masuk akal, bagaimana bisa ia tidak terpengaruh pukulan power full dari Sinb. Sinb memandang tak percaya pria asing tersebut. Bagaimana bisa ini terjadi? Pikirnya.
"Hey! Kenapa kau tidak mengeluarkan semua energimu!" Teriak Jennie dengan tubuh yang masih melayang-layang dengan tumpuan tangan pria asing tersebut.
"Aku sudah melakukannya tapi itu tidak berguna." Pungkas Sinb masih dengan wajah shocknya.
"Pukul mereka dengan serangan cepat!" Jennie kembali lagi memberi saran.
"Aku akan membantumu!" Kali ini Mina pun berbicara. Sebenarnya Jennie dan Mina tidak merasa sakit sedikit pun hanya mereka cukup risih dengan ulah kedua pria asing ini. Mereka kesulitan untuk menyerang kedua pria asing ini.
Pada akhirnya mereka berdua saling menatap dan mengangguk bersama. Waktunya mereka melawan bersama. Mina dan Jennie mulai melawan dengan tendangan dan pukulan, Sinb mulai berlari kesana-kemari memberikan pukulan kepada kedua pria asing itu.
BUAAK
DUAAS
BRUUK
Mereka terus memukul kedua pria asing tersebut meskipun mereka menyadari bahwa tubuh kedua pria ini sangatlah aneh, tidak lentur seperti kebanyakan tubuh manusia tapi sangat keras. Suara tinjuan dan tendangan ketiga gadis itu memenuhi halaman membuat beberapa orang keluar dari dalam kamar nenek. Satu pria dan satu wanita membawa sebuah kotak kecil mereka membuka perisai dan datang mendekati mereka.
"Apa ini?" Tanya pria dengan perawakan lebih tinggi, memakai pakaian hitam yang hanya stylenya yang berbeda. Sinb melirik sekilah, ia tidak mengerti kenapa ia berbicara menggunakan bahasa manusia yang lebih mengherankan lagi kedua pria asing ini tahu.
"Oh, jadi ketiga gadis ini adalah cucumu?" Pria ini bertanya kepada siapa sebenarnya? Dan benar saja sosok nenek tua keluar dari kamar dengan cara yang tak lazim. Nenek itu seolah terbang melayang-layang dan berhenti di depan orang itu.
"Nenek!" Panggil Sinb yang seketika membuat Jennie dan Mina menghentikan serangan mereka.
"Jangan ganggu mereka!" Nenek berseru sembari meringis seolah berusaha menahan rasa sakit entah dibagian mana?
"Kenapa? Ada berapa banyak lagi keturunan Lev disini? Mereka juga bukan gadis biasa kan? Mereka memiliki kekuatan." Pria itu menyeringai mendekati nenek mereka sementara wanita yang bersama dengannya menghilang dan tiba-tiba kini sudah berada hadapan Sinb. Sinb yang terkejut segera meninjunya dengan kekuatan penuh.
DUUAAASSS
Wanita itu berhasil menangkis pukulan Sinb dengan satu tangannya, bahkan ia tidak terdorong seperti pria asing tadi. Sinb tercengang bahkan itu Jennie dan Mina.
"Kapten, mereka memang memilikinya." Sepertinya wanita tersebut melapor para pria yang kini masih memegang penuh kendali tubuh nenek.
"Wow, selama 100 tahun kami mencari keberadaan mu dan akhirnya aku menemukannya." Ucapnya dengan senyuman puas, ia melangkah mengitari nenek. "Apa kau mempunyai rencana Anora? Kau tidak akan mengirim mereka ke untuk menghancurkan kerajaan Mozarky bukan?" Pria tersebut meraih dagu nenek dan melepaskannya kembali.
"Kau terlalu percaya diri Adelar. Aku bahkan tidak ingin lagi kembali kesana." Tegas sang nenek dengan tatapan tajamnya. Ketiga gadis itu semakin tegang, ia menyadari bahwa ini memang nyata tapi mereka masih tidak bisa mempercayai semua ini.
"Lalu? Apa kau akan mengatakan bahwa mereka hanya sisa dari keturunan Lev?" Nenek diam tak bereaksi dan Adelar mengatakan sesuatu lagi. "Ini sangat menarik, aku datang ke Bumi hanya untuk sebuah misi dan aku menemukan hal yang lain. Yang Mulia Czar pasti akan senang mendengar ini." Adelar selalu saja tersenyum, ia benar-benar merasa bahagia sekarang.
"Misi apa yang kau lakukan di bumi?" Tanya nenek dengan serius.
"Ah, kau sudah semakin tua untuk tau urusan kami, apa kau lupa? Bagaimana kerajaan Mozarky tercipta? Kami akan melakukan hal yang sama disini haha..." Adelar tertawa lepas dan Nenek nampak tercengang dengan apa yang ia dengar.
"Aku tidak akan membiarkanmu melakukan ini!" Seketika kedua tangan nenek menyentuh dada pria itu dan menciptakan ledakan besar membuat mereka berdua terpental berlawanan arah.
DUUUAAAAAAAAARRRRRR
Tubuh nenek jatuh ketanah dan tubuh pria itu menembus dinding kayu kamar nenek yang kokoh. Nenek segera bangkit, sepertinya wanita tua ini mengambil kesempatan sebelum pria itu bangun lagi, ia berjalan secepat cahaya dan kini berada dihadapan kawanan wanita yang masih bersama Sinb. Mengarahkan tangannya kepada wanita itu, sepertinya nenek akan melakukan serangan yang sama. Sinb, Mina dan Jennie hanya mampu menganga menatap pemandangan asing nan mengerikan ini.
DUUUAAAAAAAAAAARRRRRR
Setelah berhasil membuat wanita itu terpental, nenek segera meraih tubuh Sinb dan membawanya bergerak melayang, menghampiri Mina dengan menendang pria asing yang semenjak tadi menyanderanya, kemudian beralih kepada Jennie dan melakukan hal yang sama kepada pria itu.
"Ayo anak-anak, pegangan yang erat." Sebuah portal hitam kecil muncul semakin membesar hingga tubuh mereka dapat masuk kedalamnya. Nenek dan ketiga cucunya menghilang membuat kapten itu marah.
"Kemana mereka?" Teriaknya. Ketiga anak buahnya hanya mampu menggeleng.
"Sialan! Anora telah menipuku! Kekuatannya masih sangat besar. Kita harus segera kembali ke Mozarky dan melaporkan semua ini pada Yang Mulia Czar." Ketiga anak buahnya itu mengangguk menyetujui usul sang kapten.
---***---
Disebuah kamar dengan nuansa gelap, sebuah portal hitam mulai membesar sampai satu persatu tubuh mereka keluar dari portal tersebut. Nenek, Sinb, Mina dan Jennie keluar dari portal tersebut dengan ekspresi shocknya.
"Dimana ini nenek?" Tanya Jennie.
"Bukankah ini kamarku?" Sinb berusaha menduga.
"Iya, ini kamarmu." Jawab nenek.
"Iuh, pantas saja aku mencium bau pria disini." Cibir Jennie membuat Sinb memelotinya.
"Kenapa kita kemari? Dan apa semua ini nenek?" Mina yang biasanya tidak banyak bicara terlihat sekali bingung dan penasaran.
Nenek menghela nafas sebelum akhirnya ia duduk di tempat tidur Sinb.
"Aku sudah lama tidak menggunakan potral ini. Aku hanya bisa berpindah sampai disini. Sesungguhnya kalian belum siap untuk melakukan ini tapi ini semua mendesak, kalau tidak akan terjadi kekacauan!" Ekspresi nenek yang kelihatan tenang menghilang, berganti dengan ekspresi kepanikannya.
"Katakan! Apa yang sebenarnya nenek katakan? Jebal, jangan membuat kami bingung." Keluh Sinb dengan ekspresi kesalnya.
"Grandmam harus mengatakan semuanya!" Tegas Jennie.
"Nenek...Ini sudah sangat aneh menurutku. Akal ku sudah tak bisa mengatasinya. Pertanyaan itu terus muncul membuat ku sakit kepala." Bahkan Mina pun mengeluh.
Nenek memandangi ketiga cucu perempuannya bergantian kemudian menghela nafas kembali.
"Baiklah, dengarkan semua yang ku ceritakan dan setelah itu kalian akan mengerti." Mereka bertiga mengangguk mengerti.
"Nenek berasal dari kerajaan Mamluksy."
"Hah?" Ucap mereka bertiga bersamaan karena mereka tak begitu mengerti dengan maksud perkataan neneknya.
"Kerajaan macam apa itu? Namanya sangat aneh?" Pungkas Jennie.
"Ya Mamluksy adalah kerajaan terbesar di planet EXO. Itu sama sekali tidak ada di Tata Surya, astronot dari negara termaju pun tidak akan bisa menemukannya karena planet itu dilindungin oleh sebuah cincin perisai raksasa yang membungkus planet tersebut." Ungkap nenek, ia tak lantas melanjutkan ucapannya menunggu reaksi dari ketiga cucunya.
"Comeon grandmam, kau tidak sedang berdongeng fantasi kan? Kita sudah 17 tahun, jangan lagi menipu kami!" Jennie yang masih tak percaya dengan semua ucapan neneknya.
"Aku akan sedikit percaya jika nenek mengatakan berasal dari dinasti joseon?" Maksud Sinb, hal seperti itu tidaklah mungkin terjadi hanya saja ia mengatakan dengan cara lain.
"Apa karena itu kami memiliki kekuatan?" Mina memilih bertanya dari pada mendahulukan ketidak percayaannya membuat Nenek sedikit bersemangat. Sepertinya Mina berusaha untuk mengerti situasi ini.
"Iya, kekuatan kalian itu diturunkan dariku. Tidak semua memiliki kekuatan seperti kalian, eomma kalian tidak dapat memilikinya."
"Haruskah kami bersyukur tentang ini nenek?" Emosi Sinb mulai terlihat.
"Konyol, ku pikir mungkin kekuatan ini terlahir sendiri seperti Wonder Women, Badman, Hulk atau Spidermen?." Bahkan dengan santainya Jennie masih saja membual.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang nenek? Kami tidak tau harus bagaimana?" Dari pada protes, Mina lebih memilih untuk segera mengerti situasi ini. Nenek menghela nafas, dahinya yang kriput mengkerut. Nenek memandangi ketiga cucunya dengan tatapan menerawang.
"Kalian harus ke planet itu, mencari para ksatria yang tersisa untuk mengalahkan Czar Hedeon Karolek. Sesungguhnya, aku sudah merasa kita akan baik-baik saja dibumi tapi perkataan Adelar menggangguku. Ku rasa mereka akan menyerang bumi, tidak hanya bumi tapi semua planet yang ada di galaxy ini." Berat, sesungguhnya keputusan nenek ini sangat berat. Menyuruh ketiga cucunya yang tak pernah sekali pun ke planet itu dan mereka juga tidak memiliki cukup kekuatan untuk melindungi diri mereka.
"MWO? Nenek tidak sedang bercanda kan? Bagaimana kita kesana? Bagaimana kami melakukannya? Bagaimana kalau kami bertemu dengan mereka dan menjadi bulan-bulanan mereka? Kami akan mati sia-sia!" Suara Sinb meninggi, ia terlihat tak percaya dan bingung. Tidak biasanya neneknya ini berkata omong kosong seperti ini.
"Aku masih harus menyelesaikan sekolahku dan melakukan banyak hal yang mengasyikan di Los Angeles. Nenek, kalau hal mengerikan seperti ini yang kau perintahkan kepadaku, lebih baik aku pulang saja!" Jennie bersikeras sembari menyenggol-nyenggol Mina yang masih saja diam. Nenek kembali menghela nafas seolah pasrah, benar ia tidak bisa memaksakan cucunya untuk melakukan hal-hal yang berbahaya seperti ini.
"Aku tau ini tidak bisa kalian percaya tapi hanya kalian yang tersisa dari garis keturunan Lev. Selama ini aku berusaha untuk menyembunyikan kalian agar mereka tak dapat menemukan kalian tapi aku sendiri yang membuat keberadaan kalian diketahui oleh mereka. Sinb, Mina, Jennie, nenek mohon ini tentang alam semesta. Peradaban ini akan hancur dan tak tersisa, mereka akan menciptakan sesuatu yang mengerikan dan memusnakan apapun yang menentang mereka. kalian harus segera kesana!"
Bersamaan dengan itu sebuah portal hitam yang semakin membesar telah kembali.
"Wae...wae?" Sinb mundur bersama dengan Jennie.
"Nenek kenapa kau lakukan ini?" Bentak Jennie.
"Maafkan nenek!" Nenek dengan kekuatan yang ada pada tangannya mendorong satu persatu cucunya. Dimulai dari Mina yang tak banyak perlawanan kemudian Jennie dan terkakhir Sinb.
"Setelah pulang nanti, aku akan meminta tiket konser bigbang!" Ancam Sinb dari dalam portal.
"Ahhh, rambut indahku!" Keluh Jennie.
"Gelap!" Ucap Mina.
Setelah itu suara mereka menghilang di temani dengan mengecilnya portal tersebut. Nenek menghela nafas panjang.
"Maafkan aku anak-anak. Tempat yang paling aman bagi kalian adalah di kandang musuh itu sendiri." Gumannya.
---***---
BRUG
DUAS
BRAK
"Ahh, Appo!" Sinb meringis kesakitan ketika tubuhnya jatuh diatas sebuah batuan.
"Kyaakk, mom help me!" Teriakan Jennie lebih keras lagi.
"Ahh, aku terjatuh!" Kecuali Mina yang selalu berbicara datar-darat saja.
Mereka masih tetap berbaring diatas bebatuan, memilih untuk memandangi langit yang masih gelap dengan berjuta gemerlap bintang yang bersinar terang seolah tak mau meredup.
"Kita dimana hikz..." Jennie meringik, meskipun badannya yang paling besar, tentu saja dia adalah bayi yang cantik bagi orang tuanya.
"Hah! Ku rasa hidup kita sudah berakhir." Kata Sinb saat mendengar derap langkah kaki yang semakin mendekat.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Mina bertanya.
"Menyerah pada takdir!"
"No! Kau saja gadis bodoh!" Jennie terus menyumpai Sinb dan Mina hanya mampu menghela nafas.
"Kalian 3 putri Petyay kan?" Mereka segera duduk ketika melihat sosok pria tua berdiri dihadapan mereka dan berbicara bahasa aneh tapi ada yang lebih aneh dari itu yaitu mereka cukup mengerti bahasanya.
"Kau putri Reika Petyay." Tunjuk pria itu kepada Sinb membuat Jennie terbahak.
"Hahaha Reika Petyay? Nama konyol dari mana itu sebenarnya?" Jennie masih saja tertawa.
"Dan anda Putri Lexia Petyay." Dan kali ini Sinb tertawa.
"Itu terdengar seperti nama keliaraan Kwon Jin Ah." Katanya tak berhenti tertawa.
"Memang apa peliharaannya?" Jennie bertanya dengan penasaran.
"Babi betina haha..." Seketika Jennie akan memukulnya kalau saja pria tua itu tak melanjutan perkataannya.
"Dan anda adalah Putri Sierra Petyay." Mina termangu begitu juga dengan Sinb dan Jennie.
"Ini tidak adil! Kenapa namamu terdengar seperti seorang ratu?" Protes Jennie.
"Nama itu sudah ada semenjak kalian lahir." Pria tua itu berusaha memberikan tahu yang sesungguhnya kepada ketiga gadis tersesat ini.
"Hah?" Jawab mereka bersamaan.
"Ah, aku lupa memperkenalkan diriku. Perkenalkan nama hamba Zakline Taney. Saya yang akan menjaga kalian selama di berada di planet EXO." Seketika ketiganya menatap tak percaya pria tua dengan rambut yang sudah beruban sepenuhnya, sebenarnya mereka masih tidak mau percaya dengan apa ang terjadi kepadanya sekarang hanya saja pria tua ini terus berbicara membuat mereka semakin frustasi dan menyadari bahwa ini memang nyata.