"Hah?" Lintang menatap serius pada dua makluk berwujud pria yang kini sedang santai mengobrol di ruang tamu. Dahi Lintang berkirut, menampakkan ke tidak mengertiannya tentang kehadiran satu sosok asing yang memakai seragam sama seperti dirinya.
"Itu Lintang...Sini duduk disamping Papa." Lintang berjalan mendekat sambil menduga-duga. Cowok ini tidak akan berbuat macam-macam bukan? Tapi papa tidak akan menyuruhnya duduk disampingnya kalau tidak terjadi sesuatu? Pikir Lintang terlihat waspada.
"Lo ngapain kesini?" Lintang segera menyerang Daniel yang sebenarnya bentuk dari kegugupannya takut Daniel ngasih tahu bokapnya tentang rencana membolos Lintang kali ini.
Daniel tersenyum dengan santainya yang seketika membuat Lintang bertambah kesal! Kesal karena ini cowok cakepnya nggak ketulungan meskipun dengan ekspresi mengejek seperti itu dan dugaan terbahayanya Daniel akan melaporkan rencana membolos Lintang sama teman-temannya tetapi tidak mungkin juga kan? Dari mana coba Daniel tau? Sepertinya penyakit akut Clara menular ke Lintang, Parnoan!
"Daniel bilang, katanya kamu mau ada belajar bersama sama dia? Papa nggak nyangka kamu bisa punya ide seperti itu." Hah? Lintang seketika pasang muka melongo sementara Bokapnya Lintang senyum-senyum seolah bangga sama Lintang. Mimpi apa coba sampai Lintang sampai punya ide seberilian itu? Belajar bersama? Sampai jamban Sooman terbuat dari emas sekali pun, Lintang tidak akan sudi untuk belajar bersama Daniel! Antara ingin tertawa karena ide itu cukup konyol tapi juga kesal, itulah yang Lintang rasakan saat ini.
"OGAH! Siapa juga yang mau belajar sama dia? Eh kudaniel! Gua nggak tau alasan lu kemari tu apa? Tapi gua peringatin lu ya, jan coba-coba main-main sama gua atau gua bakalan nyesel berurusan sama gua!" Ancam Lintang. Aneh! Ini masih pagi dan Daniel muncul seperti mimpi, mimpi yang membuat Lintang mendadak sakit kepala melihat kelakuan anehnya. Hebatnya Daniel tidak terpengaruh sama sekali dengan ancaman Lintang, sungguh kudaniel berkepala batu!
"Kok kamu ngomong gitu ketemen kamu sih?" Sebagai orang tua yang baik, papanya Lintang berusaha untuk mendisiplinkan anaknya agar tetap sopan kepada siapapun.
"Dia itu bukan temen Lintang Pa!" Kata Lintang dengan bersikukuh.
"Nggak apa-apa Om. Mungkin Lintang kesel karena saya, takut acara sama temen-temennya gagal." Bahkan itu cowok mengeluarkan ancamannya di sela-sela tawanya.
"WHAT???" Lintang terlihat melototin si Daniel. Sepertinya si kudaniel ini benar-benar tahu rencana Lintang dengan kawan-kawannya. Lintang memandang Daniel dengan muka tersungut-sungut, ingin rasanya ia menendang muka menyebalkannya si kudaniel!
"Bener itu kata Daniel? Kamu nggak lagi bikin rencana aneh-aneh kan? Apa jangan-jangan kamu mau bolos lagi? Liat konser idol korea itu? Jujur sama papa!" Brengsek si Daniel! Maunya apa coba? Lintang nggak berhenti mengumpat dalam hatinya. Sialan! Kalau mulut embernya si Daniel tidak segera di tangani, bisa-bisa si Lintang akan sangat terpaksa di kirim ke Utopia. Gak! Jelas Lintang nggak mau! Pengen banget Lintang bunuh si Daniel sekarang!
Melihat situasi yang tidak memungkinkan, Lintang mulai memikirkan rencana cadangan. Sepertinya ia harus sedikit beracting, mengikuti situasi yang terjadi.
"Nggak kok pa! Dia tu emang mau belajar sama Lintang, itu suruan Pak Karto karena nilai Lintang selalu buruk di kimia. Ya uda Pa, Lintang berangkat dulu ya." Segera Lintang menyambar tangan papanya untuk menyalaminya dan segera menarik tangan Si Daniel sebelum mulut ember Daniel kemana-mana.
Lintang terus menarik Daniel sampai di depan halaman rumahnya.
"Lo? Mau lo apa!" Tanya Lintang dengan mengacung-ngacungkan jarinya kearah Daniel, ingin rasanya Lintang bunuh si Daniel.
"Ikut gua sekarang!" Dengan tenang dan santainya ini cowok main perintah-perintah Lintang.
"Ogah! Kenapa gua harus nurut sama lo?" Tolak Lintang yang membuat si Daniel tertawa.
"Lo mau emang, gua masuk lagi dan bilang ke bokap lo, kalau lo mau bolos ke myanmar mau nonton konser?" Seketika Lintang melotot dan pegangan tangannya ke Daniel semakin erat.
Dari mana coba? Si Kudaniel ini tau rencananya? Sampek nama negara yang mau mereka kunjungin aja tau?
"Jangan coba-coba deh lo! Kalau nggak pengen gua patahin tulang lo disini sekarang!" Lintang dan kepala batunya. Satu cewek ini terkenal kepala batu dan Lintang itu tidak mudah untuk terprovokasi sama ancaman receh seperti ini.
"Lo yakin? Gua pernah ikutan tawuran sama anak STM Bina Bakti dan gua berhasil ngalahin ketua gengnya." Mulut Lintang mengaga seketika. Siapa sih yang tidak tau STM Bina Bakti yang sering tawuran dan dengar-dengar kebanyakan siswanya itu jagoan untuk urusan berkelahi.
"Boong lo! Sampai detik ini nggak ada yang berani sama STM Bina Bakti. Jangan ngarang deh!" Sebenernya si Lintang itu sudah pernah dengar tentang masalah ini. Kata temen-temen cowoknya ada temen sekolahnya yang berhasil mengalahkan jagoan dari STM Bina Bakti saat tawuran kemarin dan endingnya sekarang tidak ada yang berani mengganggu siswa disekolahannya. Apa benar itu Daniel? Masak iya Daniel yang menangin? Nggak mungkin banget kan? Pikir si Lintang.
"Ya uda serah lo sih! Gua tinggal masuk rumah lu lagi kan? Dan gua nggak suka ngelukain cewek, jadi jangan pakek karate lu." Santai tapi terdengar mengerikan ucapan Si Daniel. Entah kenapa? Si Lintang merasa merinding saat mendengarkan ucapan satu cowok ini.
"Okay gua ikut lo. Puas kan lo sekarang!" Kata Lintang dengan sangat terpaksa.
"Good girl!" Ini cowok pakek ngacak-acak rambut Lintang lagi. Bikin si Lintang tambah kesel dan ingin segera menyerang dia!
---***---
Vanya berjalan dengan santainya menuju ruang tamu. Berbeda dengan Lintang, Vanya terlihat biasa saja ketika mendapati Affan duduk di ruang tamunya.
"Kalau boleh tau lo siapa ya?" Vanya lupa sama Affan yang seketika membuat Affan terlihat kesal karena kejadian ini diluar ekspektasinya.
"Gua Affan!" Affan sudah kelihatan tidak mood.
"Affan? Kok lo pakek seragam yang sama sih? Lo sekolah ditempat gua ya? Kenapa bisa kebetulan seperti ini ya?" Vanya dengan kebegoan akutnya. Vanya tidak menyadari kalau Affan memang berniat kerumahnya dan seketika ekspresi Affan semakin murung haha.
"Hm...Emang lo baru bangun tidur Van? Lo lupa sama gua?" Affan terlihat kehabisan kesabaran mengghadapi si Vanya. Didalam hatinya Affan terus-terusan nyumpahin si Daniel sama Juna yang punya ide gila ini. Selama hidupnya Affan tidak harus bertindak sejauh ini untuk mendapatkan seorang cewek. Si Vanya ini di bilang masuk kriterianya saja tidak dan hebatnya dia sekarang mengejar ini cewek. Ketololan yang tak terelakan pikir Affan.
"Emang iya tadi bangun tidur trus mandi, ganti baju dan siap-siap, lalu mama..." Vanya memang polos ya sampai membuat si Affan ingin jitakin kepala ini cewek supaya otaknya cepet balik wkwk.
"Cukup! Nggak usah dilanjutin! Ikut gua sekarang!" Dengan tidak sabaran Affan menarik tangan Vanya.
"Loh, kita mau kemana? Koper gua di dalam. Bang maman turunin kopernya dunk!" Teriak Vanya yang masih mengikuti langkah Affan.
---***---
"Kalian mau jadi model iklan pasta gigi ya? Heran senyum mulu dari tadi? Ditanya mau ngapain kesini? Malah senyum-senyum!" Satu cewek ini memang suka sekali ngomel. Di perparah dengan kehadiran dua cowok itu yang memang tidak jelas apa maunya datang kerumah Clara.
"Kalian sakit jiwa ya? Mendingan rumah sakit jiwa deh biar supir gua yang antar." Nah Si Clara tambah parah nuduhnya.
Aditya hanya bisa nyenggol-nyenggol Juna yang masih stay dengan senyumannya yang mematikan, yang katanya mampu membuat anak perawan ingin pingsan tapi tenang saja, itu tidak ada pengaruhnya ke Clara.
"Begini Clara..." Juna mulai mengeluarkan jurus andalannya. Dengan sikap sok coolnya itu cowok mulai berani megang tangan Clara.
"Ehem..." Bokapnya Clara yang semenjak tadi masih memperhatikan mereka berdehem yang seketika membuat Juna senyum tapi tetap saja dia tak melepaskan genggaman tangannya pada tangan Clara. Maju tak gentar! Rupanya itu semboyannya si Juna.
"Gua pen lo ikut gua sama Naya juga." Clara sama Naya saling ngelirik, bingung sama ucapan Juna.
"Iya kita berangkat bareng aja kesekolah." Timpal Aditya yang tiba-tiba merasa punya cela untuk untuk berbicara meskipun tangannya sudah gemetaran, memandang waspada bokapnya si Clara sama Naya wkwk.
"Nggak! Gua ama Clara mau berangkat sendiri aja." Kukuh Naya dan diamini sama Clara.
"Lagian kita nggak tau juga kan? Lo mau bawa kita kemana? Bisa jadi kalian ngapa-ngapain kita di jalan kan? Terus setelah kalian puas, kalian bunuh kita dan buang mayat kita kesungai?" Mulai deh parnoan si Clara kambuh dan Juna juga Aditya ngakak seketika.
"Lu kek paranormal aja haha." Kata Aditya bercanda tapi berbeda dengan Clara yang memang parnoan, dia terlihat memikirkan serius perkataan Aditya.
"Jadi bener dugaan gua? Wah, Romo mereka beneran mau berbuat jahat ama Clara!" Lah Clara malah ngadu sama Romonya yang endingnya Romo Clara langsung maju dan natap dua cowok tidak jelas asal usulnya itu dengan muka sangarnya, mampus lu!
"Enggak Om! Kita cuman jemput mereka aja kok. Kita janji bakalan jaga mereka berdua dengan sepenuh hati." Ternyata cowok sekeren Juna juga punya sisi alay yang membuat si Aditya melongo dan Clara juga Naya cengo liatnya.
"Bagus, kalau gitu Om minta KTP kalian." Clara dan Naya ngakak liat Romonya mulai bereaksi.
"Buat apa Om?" Tanya Juna yang kebingungan.
"Iya Om...Buat apa?" Aditya juga sama.
"Biar entar kalau mereka nggak pulang dalam waktu 24 jam...Om bisa datangin rumah kalian pakek alamat yang ada di KTP kalian." Seketika dua cowok itu berOria.
"Romo, besok kan Clara mau nginep dirumah Naya!" Clara mencoba mengingatkan bokapnya.
"Siap! Jadi kabari Romo nanti." Suara Romo Clara itu besar seperti suara guntur. Dengerin Mendengarkan suaranya saja sudah membuat merinding, apa lagi lihat orangnya? Untung si Juna sudah mental bajanya tapi berbeda dengan Aditya, semenjak tadi Aditya tidak berani menatap wajah romonya Clara.
"Siap romo!" Kebiasaan di rumah Clara. Maklum ya dia kan anak pejabat militer wajib hukumnya ngasih penghormatan ala-ala militer gitu.
---***---
Di sebuah cafe dekat sekolah mereka semua berkumpul. Daniel terus menggandeng tangan Lintang, meminimalkan segala kemungkinan yang akan terjadi yaitu fakta bahwa Lintang bisa saja kabur. Sementara Vanya malah kebalikannya, ini cewek dengan santainya menggandeng tangan Affan. Clara dan Naya kebingungan melihat Juna sama Aditya menggiring mereka seperti kumpulan bebek asongan.
"Jadi? Kenapa kita dibawah kesini?" Tanya Lintang menatap kesal Daniel.
"Gua mau liat konser NCT hari ini." Sambung Naya cepat.
"Kamvret kalian semua! Kita uda telat nih." Kata Clara sambil terus melihat jam tangannya dengan cemas.
"Van, lu uda bawa koper lu?" Tanya Lintang.
"Ya dunk lengkap dengan sekoper camilan haha." Tiada hari tanpa tertawa, itulah seorang Lavanya.
Tanpa cewek-cewek itu tau, keempat cowok itu memandangnya dengan senyum santai. Sepertinya mereka merencanakan sesuatu.