Hari ini adalah hari Sabtu. Seperti biasa, Alya akan datang ke kedai kopi favoritnya dan duduk di kursi paling pojok dekat jendela. Namun, hari ini ia datang agak sore. Dan, di sinilah ia sekarang, di kedai kopi, sedang berjalan menuju kursi favoritnya dengan kedua tangannya yang membawa cheesecake dan cappucino.
"Aldi?" tanya Alya saat melihat Aldi duduk di seberang kursi favoritnya dengan tangan menggenggam ponsel yang dimiringkan, seperti sedang main game. Alya meletakkan cheesecake dan cappucinonya ke atas meja. Ia pun duduk diseberang Aldi.
"Eh, kamu ke sini? Saya kira hari ini gak ke sini." Ucap Aldi seakan sudah hafal rutinitas Alya. Ia meletakkan ponselnya di atas meja, lalu, melihat Alya. Alya tersenyum sangat tipis.
"Iya, biasanya kalo sabtu atau minggu gue dateng agak sore. Beres rumah dulu." Aldi mengangguk. "Itu Mobile Legends?" tanya Alya saat melihat game yang selalu ia mainkan saat bosan itu terpampang jelas diponsel Aldi. Aldi ikut melirik sebentar ke ponselnya. Lalu, kembali melihat Alya.
"Iya, kamu tau juga?"
"Ih, gue juga main itu." Suaranya terdengar sangat excited.
"Serius?" Alya mengangguk, "Mabar yuk. Mau, gak?" Alya kembali melihat ke arah ponsel Aldi yang masih menampilkan layar dari game itu.
"Ah, lo udah Epic, gue masih Master." Terdengar Aldi tertawa kecil.
"Naikin ke Grand Master dong, biar mabar di rank."
"Susah, kalah terus." ucapnya terdengar sedikit putus asa.
"Mainnya bareng temen, jangan sendiri."
"Gak ada, udah pada jauh ranknya." Aldi tertawa, lagi.
"Yaudah, sini saya yang mainin." Mendengar itu, Alya langsung terlihat semangat.
"Bener ya?"
"Iya, tapi sekarang main di classic atau custom aja dulu."
"Yaudah." Ucap Alya, lalu mengeluarkan ponselnya dari sling bag kecil yang selalu ia bawa.
"Apa nama akun kamu?"
"Sebentar," ia pun membuka ponselnya dan menekan icon yang bertuliskan Mobile Legends. Tak lama, mucul lah tampilan dari game itu. Sebelumnya, ia meng-klaim beberapa item dari game itu. Kemudian, ia menekan tombol profil yang ada dipojok kiri layar. "Namanya, birublue." Aldi segera mengetikkan nama itu dan menambahkannya sebagai teman.
"Udah ada belum?" Alya mengangguk, lalu ikut menekan tombol tambah untuk menambahkan akun Aldi sebagai teman. Kalau kalian ingin tahu, nama akun Aldi adalah No0b011.
"Kok, alay banget sih namanya?" ucap Alya saat melihat akun Aldi. Dibilang seperti itu, Aldi justru tertawa.
"Ya, emang sengaja." Lalu, Aldi mengundang Alya untuk bermain di classic. Tak lama, muncul tampilan untuk memilih hero. "Mau pake hero apa?"
"Zilong." Ia pun menekan icon bergambar hero laki-laki yang bernama Zilong itu. Namun terlambat, hero itu sudah digunakan oleh pemain lain. "Yah, Zilongnya dipake sama orang lain." Ucapnya yang terdengar kesal. Aldi sedikit tertawa mendengar Alya berkata dengan nada kesal seperti itu. Menurutnya, terdengar lucu.
"Pake yang lain aja. Layla juga bagus, kok."
"Yaudah, pake Layla." Dengan terpaksa ia menekan icon bergambar hero perempuan yang bernama Layla. Aldi menggunakan Alucard, dan Alya menggunakan Layla. Permainan pun dimulai. Mereka berjalan beriringan, dengan Alya dibelakang Aldi.
"Kamu ikut aku aja." Alya hanya mengangguk, matanya tetap fokus pada layar ponselnya. "Jangan disitu, ngumpet sini dibelakang aku." Alya pun mengikuti perintah Aldi, ia menjalankan heronya ke rumput yang ada dipojok kanan dan berdiri dibelakang hero Aldi. Saat Aldi menyerang, Alya ikut membantu.
Aldi tertawa tiap kali mendengar suara Alya yang berteriak seperti, "Eh, Aldi, tolong banget ini aku dikejar-kejar, ih." Lalu, Aldi akan menjawab, "Ya, makanya kamu bantuin aku aja dibelakang, gak usah maju-maju buat ngelawan." Atau, "Ah, tuh kan mati. Dibilang, aku ini belum jago pake Layla." dan Aldi hanya menanggapinya dengan tertawa. Permainan pun selesai, tim Alya dan Aldi yang memenangkan permainan.
"Ih, kamu kok jago sih dapet MVP? Ah, kesel."
"Kamu juga jago, kok. Aku ini noob sebenernya."
"Noob aja kamu kayak gitu, gimana kalo gak noob." Aldi hanya tertawa. Entah sejak kapan, dan siapa yang memulai. Hingga mereka merubah gaya bicaranya, yang semula 'Gue-lo' dan 'Saya-kamu' tiba-tiba menjadi 'Aku-kamu'. Namun, keduanya terlihat nyaman dengan gaya bicaranya yang baru.
"Mau main lagi, gak? Tapi di custom aja." Alya hanya mengangguk, menyetujui ajakan Aldi. "Mau musuhan apa temenan?"
"Musuhan aja," Namun, tiba-tiba, "Eh, jangan deh. Temenan aja."
"Enggak, udah musuhan aja." Alya sedikit mengerucutkan bibirnya, membuat Aldi tertawa. "Yaudah." Aldi pun mengundang Alya untuk bermain di custom. Di sini, Alya menggunakan hero perempuan, Odette dan lagi-lagi Aldi menggunakan Alucard, hero yang menurut Alya tampan.
Selama permainan, Alya tidak berhenti mengoceh. "Bentar, ah, pulang dulu. Nyawanya mau habis." atau "Aldi, kamu jangan bunuh aku, loh, ya." yang lucunya, saat Aldi menyerang Alya, "Aldi, ih. Ih, ih parah. Udah dong. Jahat banget, sih, aku dibunuh. Ah, kan mati, kesel." Dan itu membuat Aldi tidak bisa berhenti tertawa. Permainan pun selesai dan dimenangkan oleh Aldi.
"Parah banget, sih, mainnya bunuhan." Lagi-lagi Aldi tertawa.
"Aku gak sengaja, loh."
"Lain kali harus aku yang menang." Terlalu asik bermain, sampai tidak sadar jika jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Minuman yang ada diatas meja mereka pun sudah habis.
"Al, pulang, yuk." Alya pun melihat jam tangannya. Lalu, ia mengangguk, dan memasukkan ponselnya ke dalam sling bag kecilnya itu. "Mau makan dulu, gak?" tanya Aldi. Alya pun menyelempangkan sling bagnya.
"Boleh, laper juga."
•••
"Gak bawa jaket?" tanya Aldi. Alya menggelengkan kepalanya. Lalu, Aldi melepas jaket levisnya, hingga tertinggal kaos hitam polos ditubuhnya. Saat ini, mereka berada didepan kedai kopi, lebih tepatnya ditempat motor Aldi terparkir. "Nih, pake jaket aku. Besok-besok, kalo pergi bawa jaket, ya." ucapnya sambil menaruh jaketnya ke tangan Alya. Alya langsung memakaikan jaket Aldi pada tubuhnya, terlihat sedikit kebesaran, dan tentu saja tercium aroma parfum Aldi.
"Kalo pergi kan naik bus. Jadi, gak perlu bawa jaket."
"Pokoknya, mulai besok, mau naik bus, atau enggak, tetep bawa jaket, ya." Alya hanya mengangguk. Lalu, ia menepuk puncak kepala Alya. Diperlakukan seperti itu, membuat jantungnya sedikit berdetak tak karuan.
Mereka menyusuri jalanan kota Jakarta dengan motor matic yang dikendarai Aldi. Di perjalanan, Alya hanya diam. Karena menurut Alya, ngobrol di jalan itu kurang bagus dan kurang enak. Ia tak bisa mendengar suara dengan jelas jika sedang berada di jalan. Hasilnya, ia akan berteriak "Hah?" atau "Apa? Ngomong apa sih?" Dan, itu sungguh membuatnya tak nyaman.
"Mau makan di mana, Al? Aku gak tau tempat makan daerah sini."
"Nasi goreng dipinggir jalan deket rumah aku aja."
"Oke, kasih tau arahnya, ya." Alya hanya mengangguk.
•••