Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sahara
MENU
About Us  

Set kedua kembali dimulai. Maehara sudah siap di barisan depan dengan Kemal yang menatap tajam ke arah Fandi yang tersenyum sinis. Servis pertama akan dilakukan oleh Taka. Lelaki itu sudah siap di baris belakang kanan untuk melakukan servis. Nita melihat laki-laki itu penuh harap, kemudian bola yang dipukul oleh Taka melambung tinggi hingga diterima oleh salah satu pemain dari SMA 3.

            Bola itu dioper ke arah salah satu pemain lainnya, sebelum akhirnya bola itu akan diterima oleh setter andalan SMA 3. Siapa lagi jika bukan Fandi. Sosok itu mulai merancang targetnya, membiarkan dua orang yang akan memukul bolanya. Namun dalam pikiran Fandi, dia sudah tau ke mana bola itu akan dilempar. Ketika Hara sudah bersiap untuk membloker pukulan lawan, nyatanya bola itu dipukul sendiri oleh sang setter.

            Kedua bola mata Hara beserta Kemal dan Taka membulat. Kenio yang biasanya berperan dalam menahan bola yang akan jatuh ke lapangan pun terdiam membeku. Bola itu tak dapat terpantul, poin pertama didapatkan oleh SMA 3. Maehara dan Kemal melirik Fandi yang tersenyum sinis, kemudian pandangan Hara jatuh pada Yura yang menatapnya penuh khawatir. Laki-laki itu terdiam, kemudian tersenyum dan kembali bermain.

            Kedua tim asik mengejar poin, membuktikan gerakan bertarung mereka dalam bermain voli untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemenang dalam latih tanding kedua mereka di tahun 2018. Hara kembali melakukan serangannya, tapi kali ini berhasil ditahan kembali oleh bloker SMA 3 yang sepertinya sudah menyadari pola permainan Hara yang sejak awal mudah ditebak. Laki-laki itu menggeram kesal, dia tidak suka kalah. Jadi Hara kembali bermain dan berteriak, “Oper lagi, Mal!”

            Kemal melirik cowok itu, begitu juga Taka yang berdiri tak jauh dari Kemal. Yugo yang sejak tadi berada di dalam lingkaran pemain cadangan pun terkekeh. Hara tetaplah Hara, dia tak akan puas ketika sudah dikalahkan sekali bahkan lebih dari dua kali. Yang dia pikirkan adalah bagaimana caranya dia melewati bloker, kemudian laki-laki itu dapat kembali mencetak poin.

            Tiga puluh menit berlalu, poin yang terkumpul untuk SMA Kebangsaan berkisar 20 poin. Sedangkan SMA 3 sudah mengumpulkan 21 poin. Hara melirik Fandi yang memerhatikan gerakannya. Lelaki itu melirik Liam yang kembali mengoper bola hingga melambung ke arah Kemal, dan Hara sudah berlari secepat kilat hingga beberapa penonton terpukau melihat gerakan cepat Hara. Yura meneguk ludahnya, sulit sekali untuk terbiasa dengan gerakan Hara yang super cepat.

            Kemal kembali mendorong bola itu, mengopernya entah pada siapa namun cowok itu percaya bahwa Hara lah yang akan menerimanya. Hara melompat, diikuti Fino dan Taka yang melompat di depan lelaki itu terlebih dahulu. Ketika Fandi dan dua orang dari timnya berusaha untuk memblok pukulan lawan, Taka dan Fino sama sekali tidak memukul. Mereka hanya melakukan gerakan menipu para bloker sebelum Fandi dan dua timnya perlahan turun dari lompatan melewat garis ring hingga pukulan keras Hara melesat dan memantul di atas lapangan indoor. Teriakan riuh terdengar, poin kedua sekolah tersebut seri.

            Hara tertawa bersama beberapa seniornya, sedangkan Kemal melirik Fandi yang terbengong. Mantan seniornya itu tertawa paksa, lalu menatap Kemal penuh benci sebelum kembali untuk bermain. Poin kembali terlewati oleh tim Hara dan kawan-kawan, sedangkan Fandi dan anggota timnya mulai terkecoh oleh gerakan Kemal serta Hara.

            “Intinya, jangan lepasin bocah kunyuk itu. Paham?”

            “Paham!”

            Mereka kembali pada jalannya permainan. Gerakan cepat Hara kembali dilakukan namun kali ini berhasil ditahan. Skor SMA 3 sudah memasuki 23, sedangkan SMA Kebangsaan masih menetap di 21. Hara melirik Fandi yang tersenyum remeh, kemudian menatap Kemal yang sama lelahnya. “Mal, op—“

            “Bawel,” potongnya. “Lo cuman berlari ke arah bola, oke?”

            Hara mengangguk.

            Di bangku penonton, Yura menggenggam tangannya kuat-kuat. Gadis itu merasa takut jika kali ini tim Hara kalah. Yura melirik bagaimana permaian dari SMA 3 mulai mengintimidasi, sedangkan pukulan Hara masih tertahan oleh para bloker. SMA 3 telah memasuki match point di mana posisi tersebut merupakan point penentu apakan SMA 3 akan menang dalam permainan di set kedua ini.

            Dengan peluh keringat membasahi dahi, Hara sekuat tenaga memukul bola tersebut dengan mata setengah menutup. Bola sama sekali tidak melewati bloker, melainkan tertahan dan tanpa sadar bola itu jatuh di area timnya sendiri. Hara terdiam, melihat tim SMA 3 yang menang dalam set kedua ini.

            Laki-laki itu melihat telapak tangannya sendiri, bertanya dalam hati apakan tangannya mulai lelah memukul bola?

            “Nggak apa-apa, ini cuman latihan. Kalah bukan berarti kita lemah, oke,” Liam selaku ketua tim voli berusaha mengenyahkan pikiran buruk para anggotanya. Terutama untuk Hara yang sangat terpukul atas kekalahan ini. Latih tanding hanya melakukan 2 set sesuai perjanjian dengan kepala sekolah. Maehara melirik ke arah Yura yang tersenyum dan melambaikan tangan.

            Ini bukan saatnya untuk menangis bagi Hara. Namun ini waktunya untuk berlatih.

***

Yura datang malamnya ketika lelaki itu meneleponnya tadi sore, memintanya untuk datang ke rumah Hara malam ini. Katanya, Tante Gita rindu pada kekasih anaknya itu, dan Yura dengan senang hati menyanggupinya. Dia senang jika harus membantu Tante Gita dalam memasak, terutama membuat pancake lezat yang membuat perut Yura mengaung setibanya di rumah Hara.

            Tanaman yang terpangkas rapih dan harum masakan rumahan menyambut Yura saat gadis itu memasuki pekarangan rumah dengan mendorong motor maticnya. Yura memarkirkan motornya dan berjalan menaiki tangga menuju pintu rumah yang terbuka lebar akibat adik perempuan Hara yang menggemaskan. Hani tersenyum lebar melihat kehadiran Yura malam ini. Dengan semangat, gadis kecil itu menarik Yura ke taman belakang. Tempat di mana terdengar bunyi pantulan bola voli, yang pastinya itu ulah dari Hara.

            “Kak Yura harus tau!” Hani tampak bersemangat sembari mengajak Yura berlari kecil menuju taman belakang rumahnya. “Bang Harhar main voli pake sarung!” serunya, kemudian tertawa kencang.

            Yura terbelalak dan melihat kekasihnya masih mengenakan sarung tengah melempar bola ke atas lalu memukulnya melewati ring. Hani berseru senang melihat Abangnya beraksi, sedangkan Yura menggigit bibirnya. Menahan sebal juga sedih karena Hara pasti merasa tertekan akibat kekalahan mereka kemarin. Gadis itu berjalan menghampiri cowok itu, kemudian menahan lengan kanan Hara untuk melempar bola.

            Lelaki itu tersentak, lalu menjatuhkan bolanya ketika melihat sosok yang dia tunggu. Dia tertawa kecil, kemudian mengacak rambut Yura dengan sedikit kasar. “Baru nyampe?” tanya Hara.

            Yura mengangguk. “Hm,” kemudian pandangannya jatuh pada sarung dan kaus hitam yang melekat pada tubuh kekasihnya. “Ngapain pake sarung, sih? Abis sunatan?” hardik Yura cepat.

            Hara tertawa lalu tersentak karena dorongan Hani pada tubuhnya. “Aduh, Hanhan, pelan-pelan dong!” tegur Hara lalu melihat Yura lagi. “Nggak, tadi abis salat maghrib di masjid sama Ayah. Terus karena males ke kamar, aku langsung ke sini buat latihan. Sambil nunggu kamu sih,” dia tersenyum.

            Yura nggak tau apa dia harus marah atau bakal senang. Melihat senyum Hara yang tulus serta polos, membuat Yura enggan untuk memarahinya lebih dari ini. Lagipula, dia ke sini untuk menemui Tante Gita. Apa Bunda dari Hara itu tengah memasak pancake?

            “Bunda mana, Hani?” Yura mengalihkan pandangannya dari senyum Hara ke cengiran manis Hani.

            Hani menepuk jidatnya, seperti lupa akan sesuatu. “Bunda di dapur, Kak! Ayok, ih! Bunda lagi masak buat makan malem,” katanya lalu kembali menarik Yura menjauhi Hara. Gadis kecil penuh semangat itu membuat Yura terkekeh, sangat mirip dengan Abangnya yang menyebalkan.

            Sampai di dapur, Yura menemukan Tante Gita yang tengah memotong cabai. Wanita itu menoleh ketika mendengar suara gadis kecilnya yang cempreng, kemudian memeluk Yura singkat sebelum menarik gadis itu untuk ikut memasak. Yura selalu senang ketika Tante Gita, atau biasa Yura panggil Bunda, mengajaknya untuk memasak. Gadis itu akan merasa seperti di rumah sendiri, dengan Bunda dan Ayah Hara serta Hani yang selalu membuatnya merasa tak seperti orang asing. Sikap mereka ramah, apalagi Om Heru yang suka melucu. Omong-omong, Om Heru pernah menjadi atlet voli semasa SMP dan SMA. Wajar banget kalo anaknya bisa gila sama voli.

            “Mama kamu masih penelitian, Ra?” tanya Bunda ketika mereka tengah memulai makan malam.

            Yura menghentikan aktivitasnya dalam mengambil sayur asem untuk Hani. “Iya Bun. Lusa katanya pulang,” ucap gadis itu.

            “Kalau Papa kamu, Ra. Dia sekarang tengah berlayar ke mana?” Ayah bertanya pada Yura, kemudian menyuapkan nasi ke mulutnya.

            Yura berpikir sejenak, mengingat percakapannya dengan Papa sehari yang lalu. “Kalau nggak salah, lagi di Singapur, Yah,” jawabnya. “Oh iya, katanya sih Minggu depan Papa pulang. Eum, cuman buat ngasih pesanan aku sih sebenarnya,” gadis itu berujar.

            Hara menoleh pada Yura yang tengah mengunyah makanannya. “Kali ini apa? Sepatu? Jaket a—“

            “Novel,” Yura menjawab. “Ya kalau gue kasih tau penulisnya, lo nggak kenal.”

            Hara tertawa.

            Selesai makan malam, Yura diajak untuk membantu Bunda membuat kue. Kali ini memang bukan pancake. Tapi, apapun buatan Bunda, pasti enak!

            “Kue apa, Bun?” Yura bertanya sembari memperhatikan Bunda mengeluarkan beberapa bahan dari rak.

            Bunda menoleh sembari tersenyum. “Roti O ala rumahan,” jawabnya.

            “Asik!”

            Malam Minggu Yura selalu menyenangkan karena keluarga Hara yang ramah serta masakan Tante Gita yang enak. Bahkan Yura sama sekali tidak pernah merasa kesepian lagi semenjak ia mengenal Hara dan menjadi kekasihnya. Mungkin dulu Yura akan berdiam diri di rumah, menunggu pesan dari Mama atau telepon Ayah yang menanyakan kabarnya. Tapi sekarang, Yura nggak pernah menunggu hal yang bahkan jarang dilakukan kedua orangtuanya untuk menghubungi gadis itu.

            Tapi Yura nggak pernah marah sekalipun kedua orangtuanya sangat sibuk. Asalkan mereka masih ingat pulang dan tak pernah tidak akur ketika berkumpul di rumah, Yura merasa cukup.

 


a.n

Hallooo gimana untuk bab 4 ini? Semoga kalian semakin suka yaaa sama Hara dan Yura ehehehe

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (13)
  • DekaLika

    Greget sama Hara. Btw itu kenapa namanya ngga Rezky aja ya :D

    Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal
  • wizardfz

    @Sherly_EF wkwkwk iya nih

    Comment on chapter 1. Telat Jemput
  • DekaLika

    Sensian amat Yura. Pms ya :v

    Comment on chapter 1. Telat Jemput
Similar Tags
Everest
1930      805     2     
Romance
Yang kutahu tentangmu; keceriaan penyembuh luka. Yang kaupikirkan tentangku; kepedihan tanpa jeda. Aku pernah memintamu untuk tetap disisiku, dan kamu mengabulkannya. Kamu pernah mengatakan bahwa aku harus menjaga hatiku untukmu, namun aku mengingkarinya. Kamu selalu mengatakan "iya" saat aku memohon padamu. Lalu, apa kamu akan mengatakannya juga saat aku memintamu untuk ...
JATUH CINTA
1423      665     3     
Romance
Cerita cinta anak SMA yang sudah biasa terjadi namun jelas ada yang berbeda karena pemerannya saja berbeda. Dia,FAIZAR HARIS AL KAFH. Siswa kelas 10 SMAN 1 di salah satu kota. Faizar,seorang anak yang bisa dibilang jail dengan muka sok seriusnya itu dan bisa menyeramkan disaat tertentu. Kenalkan juga, ALYSA ANASTASIA FAJRI. seorang gadis dengan keinginan ingin mencari pengalaman di masa S...
102
2343      949     3     
Mystery
DI suatu siang yang mendung, nona Soviet duduk meringkuh di sudut ruangan pasien 102 dengan raga bergetar, dan pikiran berkecamuk hebat. Tangisannya rendah, meninggalkan kesan sedih berlarut di balik awan gelap.. Dia menutup rapat-rapat pandangannya dengan menenggelamkan kepalanya di sela kedua lututnya. Ia membenci melihat pemandangan mengerikan di depan kedua bola matanya. Sebuah belati deng...
Aku Tidak Berlari
742      519     0     
Romance
Seorang lelaki memutuskan untuk keluar dari penjara yang ia buat sendiri. Penjara itu adalah rasa bersalahnya. Setelah bertahun-tahun ia pendam, akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan kesalahan yang ia buat semasa ia sekolah, terhadap seorang perempuan bernama Polyana, yang suatu hari tiba-tiba menghilang.
Just For You
6313      2058     1     
Romance
Terima kasih karena kamu sudah membuat hidupku menjadi lebih berarti. (Revaldo) *** Mendapatkan hal yang kita inginkan memang tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin itu yang dirasakan Valdo saat ingin mendapatkan hati seorang gadis cantik bernama Vero. Namun karena sesuatu membuatnya harus merelakan apa yang selama ini dia usahakan dan berhasil dia dapatkan dengan tidak mudah. karen...
in Silence
472      337     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
Cinta Butuh Jera
1747      1089     1     
Romance
Jika kau mencintai seseorang, pastikan tidak ada orang lain yang mencintainya selain dirimu. Karena bisa saja itu membuat malapetaka bagi hidupmu. Hal tersebut yang dialami oleh Anissa dan Galih. Undangan sudah tersebar, WO sudah di booking, namun seketika berubah menjadi situasi tak terkendali. Anissa terpaksa menghapus cita-citanya menjadi pengantin dan menghilang dari kehidupan Galih. Sementa...
DELION
2975      1157     2     
Mystery
Apa jadinya jika seorang perempuan yang ceria ramah menjadi pribadi yang murung? Menjadi pribadi yang dingin tak tersentuh, namun dibalik itu semua dia rapuh sepert bunga i Dandelion tapi dia tidak bisa menyesuaikan dirinya yang mulai hidup di dunia baru dia belum bisa menerima takdir yang diberikan oleh tuhan. Kehilangan alasan dia tersenyum itu membuat dirinya menjadi kehilangan semangat. Lal...
Melawan Tuhan
2900      1099     2     
Inspirational
Tenang tidak senang Senang tidak tenang Tenang senang Jadi tegang Tegang, jadi perang Namaku Raja, tapi nasibku tak seperti Raja dalam nyata. Hanya bisa bermimpi dalam keramaian kota. Hingga diriku mengerti arti cinta. Cinta yang mengajarkanku untuk tetap bisa bertahan dalam kerasnya hidup. Tanpa sedikit pun menolak cahaya yang mulai redup. Cinta datang tanpa apa apa Bukan datang...
Sepasang Dandelion
6989      1386     10     
Romance
Sepasang Dandelion yang sangat rapuh,sangat kuat dan indah. Begitulah aku dan dia. Banyak yang mengatakan aku dan dia memiliki cinta yang sederhana dan kuat tetapi rapuh. Rapuh karena harus merelakan orang yang terkasihi harus pergi. Pergi dibawa oleh angin. Aku takkan pernah membenci angin . Angin yang selalu membuat ku terbang dan harus mengalah akan keegoisannya. Keindahan dandelion tak akan ...