Hara mengoper bola pada Kak Rino, kemudian dioper ke Kemal yang menjadi setter. Dengan dorongan cukup kencang, bola itu melambung, membuat kecepatan Hara dalam berlari menuju bola tersebut semakin kencang sebelum dia melompat setinggi 180 sentimeter dan memukul bola itu telak. Pelatih tim voli mereka terkesiap, menatap Hara penuh takjub meski sebenarnya hal itu sudah terlalu biasa dilakukan oleh Risky Maehara Pramudiya.
“Nice shoot, Har!” Kak Rino menepuk bahu Hara, membuat adik kelasnya itu terkekeh dengan senyum jahil. Hara selalu suka pujian, paling benci tatapan kasihan, dan akan merasa terhina jika Taka mulai bersikap sombong karena gerakannya dalam memblok bola semakin baik.
Permainan pun kembali dimulai, tim Taka dan Yugo mulai mencari strategi untuk menahan gerakan lawan mereka. Terutama pukulan telak dan cepat milik Hara karena bantuan Kemal sungguh membuat Taka kewalahan. Tapi, karena gerakan Hara yang mudah berantakan, kadang-kadang bola itu malah gagal dipukul atau bahkan bola itu berhasil diblok oleh telapak tangan lebar milik Taka.
Kak Dion, setter utama dari tim voli SMA Kebangsaan, mulai mendorong bola hingga melambung cukup tinggi ketika Taka bersiap untuk memukul bola tersebut. Seperti biasa, Hara akan berlari melesat cepat, kemudian meloncat dengan gerakan lincah, siap menahan pukulan Taka namun kali ini Taka berhasil memukul bola itu ke sudut telapak tangan Hara sehingga bola itu mampu menyentuh daerah lawan dengan mulus. Taka menerima pujian dari seniornya, begitu pula Yugo yang senang karena kali ini Taka dapat membuat Hara murung. Lelaki penuh semangat itu memang harus dipukul sedikit demi sedikit, agar nantinya dia akan cukup kuat dalam menerima pukulan telak dari musuhnya, kemudian saat pertandingan resmi, Hara tak akan murung saat pertahanannya ditembus.
Pertandingan kali ini dimenangkan oleh Hara dan timnya. Beda skor tak terlalu jauh, hanya dua poin saja. Hara memeletkan lidahnya ke arah Taka, namun temannya itu tampak acuh dan berjalan menuju pinggir lapangan untuk meminum air mineralnya.
“Masih mau latihan?”
Hara menoleh ke arah Kemal yang memegang bola, kemudian suara adzan maghrib menggema. Membuat aktivitas mereka terhenti sesaat. Hara mengangguk. “Masih, tapi salat dulu.”
***
Selesai salat, beberapa anak voli kembali bermain di lapangan indoor. Lampu koridor sudah dinyalakan, namun tetap saja masih terasa gelap. Apalagi ruangan kelas benar-benar tak ada cahaya sedikitpun, hanya cahaya bulan dan terang lampu dari luar yang menerangi, sisanya gelap. Hara dan Yugo tak berani menatap, apalagi berjalan dengan santai seperti yang dilakukan Taka, Kemal dan beberapa seniornya yang selesai salat.
Dalam lapangan yang terasa pengap, suara pantulan bola akibat servis terdengar menyeru. Hara berlari kecil, kemudian melompat dengan gerakan lincah dan ringan, lalu memukul bola hingga tepat mengenai daerah lawan. Lelaki itu ber-high five dengan Yugo yang membantu dalam melempar bola ke arah Kemal yang akan mendorong bola lemparan tersebut melayangkan lagi ke udara hingga jatuh dengan pola parabola yang dinamis.
Di sela-sela latihan mereka yang akan dihentikan pukul tujuh malam nanti, Kemal berbicara pada Hara selepas laki-laki itu memukul bola dengan kekuatan penuh.
“Kenapa lo pacaran sama Yura, Har?”
Yugo menghentikan aktivitasnya dalam melempar bola, sedangkan Taka yang sedang latihan menjadi bloker lantas ikut penasaran dengan jawaban Maehara.
Hara termenung sebentar, lalu menjawab dengan enteng. “Karena dia cantik?” jawaban Hara terdengar seperti tanya di telinga ketiga temannya, tapi Kemal tak gentar untuk bertanya. Sudah enam bulan cowok itu menyadari bahwa Yura tak nyaman jika Hara hanya terus memikirkan ekskulnya. Meskipun Kemal tipe cowok cuek, polos, dan kadang menyeramkan ketika kesal, namun Kemal sangat tau pasti apa yang dirasakan kekasih sahabatnya itu. Bohong jika Kemal tidak pernah pacaran, lelaki itu pernah berpacaran sekali. Bertahan hanya sebulan, setelahnya Kemal diputuskan karena laki-laki itu lebih asyik dengan volinya dibandingkan kekasihnya sendiri.
Makanya, Kemal berpikir bahwa perempuan itu ribet. Terlalu banyak kode, padahal Kemal nggak pernah bercita-cita ingin menjadi mata-mata.
“Itu doang?” Kemal menatap Hara tidak percaya. Sungguh jawaban yang nggak logis.
Haru menggaruk belakang kepalanya, bingung ingin menjawab apa. Karena sebenarnya dia nggak ngerti, kenapa dia waktu itu menyatakan cintanya pada Yura saat selesai pertandingan resmi mereka untuk pertama kali pada awal bulan November, tahun lalu, saat baru 3 bulan dia menjadi siswa SMA, tiga bulan dia mengenal Yura.
Lelaki di hadapannya melengos, melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 6 lewat 33 menit. “Ayok, latihan lagi. Gue belum puas.”
Ketiga temannya mendesah panjang, Hara tetaplah Hara. Susah ditebak.
***
Di dalam kamar, Hara segera membersihkan diri, kemudian salat Isya lalu berbaring di kasurnya. Lelaki itu melambungkan bola volinya ke langit-langit kamar, kemudian menangkapnya kembali, lalu melakukan hal yang sama berulang kali hingga tangannya pegal dan dia bangkit. Hara membuka ponselnya, menemukan 7 pesan dari Yura, sisanya adalah pesan dari grup volinya. Hara membuka pesan dari kekasihnya itu, tersenyum sangat senang. Melebihi senangnya Hara ketika berhasil mencetak poin berturut-turut.
Sayura Dewiriki : Udh plg pak haji?
Sayura Dewiriki : Idh najong kgk diread
Sayura Dewiriki : Maeeee
Sayura Dewiriki : Ck ogeb, capek ya?
Sayura Dewiriki : Jgn kebanyakan latihan makanya
Sayura Dewiriki : Kalo gitu kmu langsung tidur yaaa
Sayura Dewiriki : Met bobo
Rizky Maehara P : Sori. Aku mandi dlu tdi, trs salat isya
Rizky Maehara P : Bsk ulangan kimia kan?
Rizky Maehara P : Bljr yg rajin, jgn bikin puisi mulu lu. Kang galau
Hara menutup kolom pesan itu, tidak berniat untuk melihat balasan pesan dari Yura untuknya. Dia tersenyum kecil, merasa bodoh jika sudah berurusan dengan gadis itu. Kalau dipikir lagi, pertanyaan Kemal tadi cukup pusing. Untung saja Hara dapat menjawabnya, meski seorang Maehara sama sekali tidak percaya dengan jawabannya itu. Karena yang ia tau, ia senang berada di samping Yura. Ketika gadis itu menonton pertandingannya, kobaran semangat Hara semakin membuncah entah karena apa. Mungkin karena senyuman Yura, atau karena kehadiran Yura di sisinya?
Lelaki itu mengacak rambutnya yang semakin acak-acakan. Dia melirik buku tugasnya yang tergeletak mengenaskan di meja belajar, malas ia kerjakan. Tapi kalau Yura tau, pasti gadis itu akan berisik dan menyuruh Hara untuk mengerjakan tugas tersebut hingga selesai.
Akhirnya, dengan malas Hara pun bangkit dan mulai mengerjakan tugas. Dia melirik ponselnya yang bergetar, kemudian melihat nama Sayura Dewiriki terpampang jelas dipanggilan gratis dari aplikasi Line miliknya. Dengan cepat, panggilan itu terjawab dan suara Yura langsung menggema di kamarnya.
“Lagi ngerjain tugasnya, kan?”
Yura selalu tau kalau Hara tidak akan mengerjakan tugas miliknya. Lelaki itu tersenyum kecil, ia berpikir bahwa Yura memasang CCTV di kamarnya, atau kekuatan telepati antara dirinya dengan Yura meningkat pesat? Oh, ini harus Maehara cari tau! Pasti menarik.
Hara tertawa kecil. “Iya, sayang,” jawab cowok itu, membayangkan wajah Yura yang memerah. Pasti manis. Sayang, gadis itu berada jauh dari jangkauannya saat ini.
Dengusan sebal terdengar dari seberang. “Dasar,” sahutnya. “Yaudah, jangan sampe itu tugas masih kosong, yaa!!”
“Iyaa.”
“Kalau gitu, aku tu—“
“Eh, tunggu,” Maehara menegakkan duduknya, mengambil napas dalam-dalam lalu membuangnya dengan gerakan dramatis. “Besok aku jemput,” katanya, tidak mengerti kenapa malah kalimat itu yang terucap.
Terdengar decakan di seberang sana, Yura membalas. “Iyee pak haji,” gadis itu pasti kesal. “Kalo git—“
“Aku sayang kamu.”
Lalu sambungan terputus. Entah kenapa Maehara bingung kenapa kalimat itu akhirnya keluar, dan Maehara makin bingung karena sambungan itu langsung terputus. Pasti wifi di rumah Yura ngadet lagi.
Di sisi lain, Yura mencengkram ponselnya kuat-kuat. Dia menggigit bibirnya kesal, benci, sekaligus senang. Entah sudah berapa kali Hara berhasil menjungkir balikkan perasaanya. Gadis itu memukul meja belajarnya, sebal, tapi serius dia senang. Kali ini, Yura benar-benar sadar bahwa semua sikap Hara selalu sulit untuk ditebak.
===
Semoga suka yaps
Greget sama Hara. Btw itu kenapa namanya ngga Rezky aja ya :D
Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal