Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sahara
MENU
About Us  

“Ra, Ra! Tim sekolah kita lolos di babak penyisihan! Minggu depan ada pertandingan babak perempatan, jadi kamu harus tonton, ya!” Hara langsung menyerobot ketika Yura mengangkat teleponnya malam-malam.

            Pandangan Yura kosong, tapi gadis itu masih berusaha untuk mendengar cerita Hara. “Btw, Ra, aku udah denger lohh. Kamu juara kedua, ya? Wih, selamat! Senneg deh, pacarku juara dua, hehe,” lelaki itu tertawa, sama sekali tidak paham suasana hati Yura. “Kamu... nggak berpikir ini kesalahan, kan?”

            Yura masih diam, tidak tau harus membalas apa. “Hm,” Hara masih menunggu tanggapan Yura, tapi rasanya tidak ada. “Ini kesalaha, Har. Seharusnya, seharusnya, gue—“

            “Ra, keluar deh,” Yura mengerjap, kemudian membuka jendela kamarnya dan melihat di depan kamar. Hara berada di sana, dengan menunjukkan sekotak martabak dan sebotol fanta kesukaan Yura ketika sedih. “Aku bawa, ini. Turun dong!”

            Yura segera menarik jaketnya, kemudian keluar dari kamar dan menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Gadis itu membuka pintu rumahnya, dan membuka gerbang lalu langsung memeluk lelaki itu. “Kamu ke sini bu—“

            “Iya, ini buat hibur kamu sekalian rayain kemenanganku,” Yura langsung memasang wajah masam. “Bercanda, bercanda, Ra. Kamu laper, kan? Makan, yuk!” lelaki itu langsung duduk di kursi depan rumah Yura, dan gadis itu duduk di sampingnya. Dengan kesal, Yura mengambil sekotak martabak miliknya dan memulai memakannya tanpa ampun. Entah Hara benar-benar menghiburnya atau tidak, tapi dengan dibawakan martbak dan fanta, Yura pikir itu sudah cukup.

            “Kamu tau, gak, Ra?”

            “Hm?”

            “Tadi tuh, si Taka ngelakuin kesalahan. Dia gagal memblok lawan saat lawannya mulai memukul. Aku ketawa paling kenceng pas Taka ngelakuin kesalahan, Ra,” lelaki itu mulai bercerita, membuat Yura lagi-lagi asik mendengarkan. Seharusnya malam ini, Yura menghabiskan malam dengan bercerita dengan Hara atas kejadian hari ini. Dimulai dari awal event kartini hingga pengumuman kemenangan. “Dia goblok banget.”

            Yura tersenyum tipis, kalimat kepala sekolah tentang kemenangannya di posisi kedua masih terngiang jelas di ingatannya. Apalagi wajah senang teman-temannya, membuat Yura merasa konyol. Kenapa di sini hanya Yura yang merasa sedih karena gagal jadi perwakilan?

            “Terus kan, ya, si Kemal—“

            “Har,” Yura memotong cerita lelaki itu. “Aku ngantuk. Ceritanya lanjut besok aja, ya?” pinta gadis itu dengan tatapan memohon, hatinya masih sesak jika mengingat kejadian tadi siang.

            Hara terdiam, dia tersenyum. Seharusnya dia menghibur Yura malam ini, seperti apa yang disuruh oleh Kemal dan teman-temannta. Tapi karena tidak sabaran, malah Hara yang bercerita panjang lebar. Dia terlalu senang karena bisa lolos untuk mengikuti babak perempatan.

            Hara menarik Yura mendekat, mengusap lembut punggung gadis itu. “Kamu udah ngelakuin hal yang paling terbaik, Ra. Jadi jangan sedih lagi, ya?” katanya.

            Yura mengangguk dalam pelukan hangat cowok itu, namun sesak di dalam dadanya belum pudar. Mendengar Hara yang semakin jauh di depan membuat Yura merasa bodoh. Mengapa sulit untuk mengikuti langkah lelaki itu?

***

Esok harinya Yura kembali melanjutkan aktivitas di sekolah. Belajar, mengerjakan tugas, mencatat, istirahat, pulang. Semua dilakukan dengan monoton, tanpa ada gairah sama sekali. Merenung, Yura hampir dimarahi Bu Nina karena tidak memperhatikan ketika pelajaran Biologi berlangsung. Gadis itu menegak, bilang minta maaf dan izin ke kamar mandi, beralasan mencuci muka agar tidak mengantuk.

            Sembari berjalan ke kamar mandi, gadis itu melirik ke arah lapangan di mana kelas Hara tengah menjalani pelajaran olahraga. Seperti biasa, Pak Anwar akan menyuruh siswanya untuk lari keliling lapangan sebagai pemanasan sebelum memulai olahraga dengan belajar mendrible bola basket. Membosankan, pikir Yura lalu masuk ke kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan sedikit kasar. Dia harus sadar, bahwa dia hanya menjadi juara dua dalam lomba menulis puisi.

            Ketika keluar, gadis itu menabrak seseorang membuat dirinya terdorong ke belakang. Ia mendongak, menemukan Kemal yang menatapnya heran. Lelaki di depannya itu mengenakan seragam putih abu-abu, tidak seperti Hara dan teman sekelasnya yang lain.

            “Lo sakit?” tanya Yura langsung.

            Kemal menggeleng. “Lupa bawa baju olahraga,” jawabnya singkat sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

            Yura mengedikkan bahu, lantas berjalan kembali ke kelas. Sepertinya, hari ini akan terasa lebih membosankan dibanding sebelumnya. Apalagi Hara bilang hari ini tidak bisa mengantar Yura pulang. Makin membosankan lah harinya.

***

“Lo mau pulang bareng gue, Ra?” tanya Nita sambil menunjukkan kunci mobilnya. “Gue lagi bawa mobil, nih. Nyokap lagi baek banget, Ra, mayan kan?” gadis itu menarik Yura menuju mobilnya lantas membukakan pintu mobil berwarna putih itu untuk Yura. “Duduk, ya, Ratu Galau.”

            “Maksud lo?” Yura balas mendengus.

            “Ya, emang lo lagi galau, kan?” Nita bertanya balik ketika sudah duduk di kursi pengemudi. “Kita mampir ke mcd dulu, ya! Gue lagi mau ice cream,” katanya.

            Yura hanya mengangguk, tidak terlalu peduli apa mereka mau mampir di warteg ataupun beli permen di warung pun, Yura benar-benar tidak ambil pusing. Selama perjalanan, Yura lebih banyak diam sembari memerhatikan jalanan Jakarta yang terik dan macet. Gadis itu membuka ponselnya, meliat-lihat feed instagram sebelum akhirnya bosan dan memuka sosial medianya yang lain. Tapi semuanya sama-sama membosankan. Bagaimana bisa Yura mulai kehilangan gairah hidup?

            “Ra,” Nita membelokkan mobilnya ke parkiran mcd, lantas memarkirkan mobil milik Ibunya dengan mulus. “Lo.. masih mikirin hasil kemarin?” tanya gadis itu sedikit ragu.

            Yura diam, lantas mengedikkan bahu.

            “Bohong banget, Njir,” umpat gadis itu nyablak. “Gini, ya, Ra. Bukannya gue sok bijak. Iya, dengan juara dua, lo nggak bisa lanjut ke lomba selanjutnya. Tapinya bukannya bagus, ya? Masih ada tahun depan, Ra. Lo bisa berkesempatan ikut FL2SN tahun depan, oke.”

            “Tapi, tapi.. Hara bisa,” sahut Yura tidak terima. “Dia bisa ikut O2SN tahun ini, Nit. Minggu depan malah dia mau penyisihan babak perempatan. Kenapa gue nggak bisa?”

            “Pfft. Capek gue ngomong sama cewek macem batu kayak lo, Ra. Takdir orang kan beda-beda, Ra. Masih untung lo juara tahun ini. Bayangin ada berapa murid yang tersingkir buat dapetin juara 1, 2, dan 3? Lo nggak bisa cuman ngeliat Hara, Hara, dan Hara. Hara sama lo beda. Itu cowok kalaupun kalah masih mau berjuang, nggak kaya lo yang dapet juara 2 aja ngeluh.”

            Yura tersentak. Jarang sekali Nita mengatakan kalimat yang paling masuk akal. Dia dan Hara jelas-jelas sangat berbeda. Hara dengan semangatnya, sedangkan Yura yang tidak punya semangat tapi ambisi besar. Nggak logis jika Yura yang hanya mengharapkan kemenangan tanpa semangat, disamakan dengan Hara yang selalu semangat meskipun kalah sekalipun.

            Dia harusnya lebih bersyukur.

***

Malam itu Yura asik mencari lomba-lomba di luar sekolah untuk meningkatkan skillnya. Dia menscroll ke bawah. Kebanyakan lomba yang ingin ia ikuti sudah habis masa berlakunya, ada pula lomba yang sudah diadakan tahun lalu. Kemudian untuk tahun ini belum ada kabar sama sekali mengenai lomba tersebut. Gadis itu melihat ponselnya yang bergetar, nama Hara tertulis di sana. Yura segera mengangkat telepon dari lelaki itu, sambil tetap mencari info tentang lomba kepenulisan.

            “Halo, jelek!” sapa Hara dengan riang. Seperti biasanya. “Lagi apa, nih? Belajar? Main game? Atau—“

            “Nyari info lomba,” jawab Yura lugas, lalu sadar akan jawabannya Yura pun langsung menjatuhkan wajahnya ke atas keyboard laptop. Malu sekali.

            Hara diam ditempat, kemudian tertawa kecil. “Wa-what? Serius nih, Yur? Gila, deh, pacarku mulai serius sama bidangnya,” dia meledek Yura, membuat Yura cemberut. “Mau ikut lomba apa, emang? Aku ada info lomba nulis cerpen, nih, kalau kamu mau. Nanti aku kirimin linknya,” kata cowok itu.

            Badan Yura langsung menegak. Ia memindahkan teleponnya ke telinga kiri. “Eh, serius, Har? Ih, mau! Kirim cepet!” gadis itu mulai tidak sabaran.

            Hara tertawa lagi. Senang rasanya melihat Yura mulai semangat terhadap mimpinya. “Oke, ini mau aku kirim. Aku tutup ya teleponnya.”

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (13)
  • wizardfz

    @[plutowati wahh emang ku buat manis manis biar abis itu kalian aku kasih pait paitnya dari cerita ini :v

    Comment on chapter Prolog
  • plutowati

    suka sama akhirnya, manis aja gitu

    Comment on chapter Prolog
  • DekaLika

    Ya udah besok janjian di kelas ya :p

    Comment on chapter Prolog
  • wizardfz

    @Sherly_EF waw makasihh wkwkwk, Yura bilang katanya sini kalo berani maju :'D wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Yura jangan nantang deh, rayuanku lebih mujarap dari puisimu wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Ter ter aku cuka, aku cuka :* :*
    Cerita bagus hihi

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • wizardfz

    @Sherly_EF wkwk iyaa kayak nama jepang jepang gitu hehe, btw kalo mau jadi pacar Hara harus adu puisi sama Yura dulu kata Yura wkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Aah gitu. Iya sih Hara itu kayak nama2 jepang kan yaa hehe

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Hara kamu sweet, jadi pacar aku ajaa haha aku ga sensian kayak Yura kok wkwkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • wizardfz

    @Sherly_EF Soalnya aku mau nama yang beda dari tokoh cowok lain kebanyakan, makanya pake nama dari Maehara alias dipanggil Hara hehehe

    Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal
Similar Tags
Between Earth and Sky
1991      581     0     
Romance
Nazla, siswi SMA yang benci musik. Saking bencinya, sampe anti banget sama yang namanya musik. Hal ini bermula semenjak penyebab kematian kakaknya terungkap. Kakak yang paling dicintainya itu asik dengan headsetnya sampai sampai tidak menyadari kalau lampu penyebrangan sudah menunjukkan warna merah. Gadis itu tidak tau, dan tidak pernah mau tahu apapun yang berhubungan dengan dunia musik, kecuali...
Nobody is perfect
13943      2525     7     
Romance
Pada suatu hari Seekor kelinci berlari pergi ingin mencari Pangerannya. Ia tersesat, sampai akhirnya ditolong Si Rubah. Si Rubah menerima si kelinci tinggal di rumahnya dan penghuni lainnya. Si Monyet yang begitu ramah dan perhatiaan dengan si Kelinci. Lalu Si Singa yang perfeksionis, mengatur semua penghuni rumah termasuk penghuni baru, Si Kelinci. Si Rubah yang tidak bisa di tebak jalan pikira...
Take It Or Leave It
6300      2032     2     
Romance
"Saya sadar...." Reyhan menarik napasnya sejenak, sungguh ia tidak menginginkan ini terjadi. "Untuk saat ini, saya memang belum bisa membuktikan keseriusan saya, Sya. Tapi, apa boleh saya meminta satu hal?" Reyhan diam, sengaja menggantungkan ucapannya, ia ingin mendengar suara gadis yang saat ini akhirnya bersedia bicara dengannya. Namun tak ada jawaban dari seberang sana, Aisyah sepertinya masi...
Sekotor itukah Aku
22475      3856     5     
Romance
Dia adalah Zahra Affianisha. Mereka biasa memanggilnya Zahra. Seorang gadis dengan wajah cantik dan fisik yang sempurna ini baru saja menginjakkan kakinya di dunia SMA. Dengan fisik sempurna dan terlahir dari keluarga berada tak jarang membuat orang orang disekeliling nya merasa kagum dan iri di saat yang bersamaan. Apalagi ia terlahir dalam keluarga penganut islam yang kaffah membuat orang semak...
THE DARK EYES
730      412     9     
Short Story
Mata gelapnya mampu melihat mereka yang tak kasat mata. sampai suatu hari berkat kemampuan mata gelap itu sosok hantu mendatanginya membawa misteri kematian yang menimpa sosok tersebut.
Di Balik Jeruji Penjara Suci
10096      2134     5     
Inspirational
Sebuah konfrontasi antara hati dan kenyataan sangat berbeda. Sepenggal jalan hidup yang dipijak Lufita Safira membawanya ke lubang pemikiran panjang. Sisi kehidupan lain yang ia temui di perantauan membuatnya semakin mengerti arti kehidupan. Akankah ia menemukan titik puncak perjalanannya itu?
Find Dreams
276      226     0     
Romance
Tak ada waktu bagi Minhyun untuk memikirkan soal cinta dalam kehidupan sehari-harinya. Ia sudah terlalu sibuk dengan dunianya. Dunia hiburan yang mengharuskannya tersenyum dan tertawa untuk ratusan bahkan ribuan orang yang mengaguminya, yang setia menunggu setiap karyanya. Dan ia sudah melakukan hal itu untuk 5 tahun lamanya. Tetapi, bagaimana jika semua itu berubah hanya karena sebuah mimpi yan...
Daniel : A Ruineed Soul
578      340     11     
Romance
Ini kisah tentang Alsha Maura si gadis tomboy dan Daniel Azkara Vernanda si Raja ceroboh yang manja. Tapi ini bukan kisah biasa. Ini kisah Daniel dengan rasa frustrasinya terhadap hidup, tentang rasa bersalahnya pada sang sahabat juga 'dia' yang pernah hadir di hidupnya, tentang perasaannya yang terpendam, tentang ketakutannya untuk mencintai. Hingga Alsha si gadis tomboy yang selalu dibuat...
Pertualangan Titin dan Opa
3569      1362     5     
Science Fiction
Titin, seorang gadis muda jenius yang dilarang omanya untuk mendekati hal-hal berbau sains. Larangan sang oma justru membuat rasa penasarannya memuncak. Suatu malam Titin menemukan hal tak terduga....
She Is Mine
385      259     0     
Romance
"Dengerin ya, lo bukan pacar gue tapi lo milik gue Shalsa Senja Arunika." Tatapan Feren makin membuat Shalsa takut. "Feren please...," pinta Shalsa. "Apa sayang?" suara Feren menurun, tapi malah membuat Shalsa bergidik ketakutan. "Jauhin wajah kamu," ucapnya. Shalsa menutup kedua matanya, takut harus menatap mata tajam milik Feren. "Lo pe...