Air tuhan yang kutunggu akhirnya membasahi bumi lagi. Titik demi titik menyejukkan hatiku, menyegarkan fikiranku dan menenangkan jiwaku. Namun, hujan mengingatkanku pada sebuah kesalahan dimasa lalu yang membuatku kehilangan segalanya, bahkan diriku sekalipun. Sampai detik ini aku tak mampu untuk mengingatnya kembali bahkan apa yang terjadi pun aku tak ingin tahu.
“ Arini, “ Panggil seorang perempuan. Gadis bernama Arini ini pun mencari keberadaan suara yang memanggilnya.
“Sasya! “ Hebohnya melihat perempuan cantik dengan rambut tergerai indah sebahunya dengan pakaian yang begitu menggambarkan dirinya yang menyukai kerapian.
“Kamu apa kabar? Lama kita tak bersua, “ Kata Sasya yang tak henti memegangi pergelangan tangan Arini yang tertutup baju berlengan panjang.
“ Aku baik, kamu gimana? “ Tanyanya balik.
“ Aku juga baik kok, Arin aku lupa membawa undangan, akhir pekan ini aku akan menikah, kau datang ya! Aku sudah lama mencari – cari dirimu tapi kau menghilang seperti daun yang mengalir di jernihnya air, hahaha “
“ Maafkan aku, ada banyak hal yang terjadi selama lima tahun ini, aku akan menyempatkannya untuk datang demi teman bolosku dulu, ”
“ Baiklah, janji ya kau akan datang, akad nikahnya dirumah ku dan ku harap kau masih ingat jalan menuju rumahku ya. Aku pergi dulu ya. Supirku sudah menungguku di lobby “ Perempuan itu pun menghilang dikeramaian dan Arini kembali berjibaku dengan laptopnya kembali. Benda berwarna putih ia sumpalkan ditelinga kanan-kirinya, memainkan lagu – lagu tak berlirik dari Yiruma yang menjadi penenang sekaligus sumber inspirasinya.
Tiba – tiba kepalanya berdenyut, sakit dan tak tertahankan. Ia mengerang namun tak ada yang peduli, semua orang hanya sibuk dengan kegiatannya masing – masing. Brukkkk
***********************************
“ Ia dok, anda bisa berbicara kepada saya, saya wali dari wanita ini, “
“ Wanita ini hanya perlu beristirahat sejenak, ia terlalu banyak begadang dan ia juga mengalami darah rendah, saya anjurkan ia untuk lebih banyak memakan daging dan meminum air putih serta istirahat yang cukup setiap harinya. “ Jelas dokter muda dengan berewok tipis yang menggantung di sekitaran rahangnya. Lalu bergegas pergi bersama dua perempuan yang menemaninya berkeliling mengunjungi pasien lainnya.
Laki – laki tinggi itu tak henti – hentinya memandangai perempuan mungil dihadapannya, wajah yang begitu familir membuatnya ingin menolongnya walau ia tak tahu siapa wanita yang berbaring dipesakitan ini. Wajahnya yang teduh membuatnya tak bosan untuk memandanginya, bahkan ingin rasanya menyentuh pipinya yang gembul itu.
Eenngggggg
Erang wanita itu sambil mencoba membuka matanya, silau. Lampu begitu terang menghantam penglihatannya. Tubuhnyya tertidur dengan nyaman, tangannya. Tangannya tertahan oleh sebuah selang dan botol yang menggantung ditiang tinggi.
“ Apa ini, aku dimana? “ Omongnya pada dirinya sendiri yang tak menyadari seorang pria tengah duduk memangku dagu sambil memejamkan matanya. indah. Pria itu tertidur dengan sangat indah, walau wajahnya menguratkan kelelahan namun wajahnya juga menggambarkan ketenangan.
“ Kau sudah bangun? Apa kau ada merasa sesuatu yang membuatmu tak nyaman? “ Tanya pria itu sambil menghamiri Arini yang tengah kebingungan dengan apa yang terjadi.
“ Tidak, aku baik – baik saja. Maaf kalau boleh tau ini saya dimana ya? “ Tanyanya begitu polos.
“ Kau sedang berada diruang rawat inap rumah sakit, semalam kau pingsan di kedai kopi milikku, barang – barangmu aku tinggal di kedaiku, aku juga lupa untuk mengambil kartu tanda pengenalmu dan ponselmu, besok kau baru boleh pulang setelah menghabiskan satu botol cairan itu, “
“ Eee, terima kasih banyak. Maafkan aku telah membuat repot dirimu. Aku boleh meminjam sesuatu? “ Tanya Arini dengan kecanggungan yang luar biasa.
“ Ya, tentu apa itu? “ Kata lelaki berambut klimaks
“ Aku ingin mengabari ibuku untuk tidak pulang malam ini, “ Kata Arini lagi. Pria itu pun menyerahkan ponsel pintarnya kepada Arini, dengan cepat Arini memasukkan nomor ponsel ibunya dan beberapa saat kemudian ia mematikan ponselnya ketika hanya suara dari operator sajalah yang terdengar.
“ Terima kasih telah membantuku, aku telah berhutang nyawa kepadamu, kalau kau ingin istirahat, pulanglah aku sudah tidak apa ditinggal sendiri, “ Lanjut Arini yang melihat wajah letih dari lelaki berambut klimaks yang tengah duduk di kursi tamu.
“ Tidak, saya harus menamani kamu disini, sekarang kau kembalilah tidur. Istirahat yang banyak dan jangan kau ulangi lagi kesalahanmu yang kemarin. “ Perintahnya. Arini pun hanya mengangguk. Ia merebahkan kepalanya kembali di empuknya bantal berwarna putih dan menarik selimut berwarna coklat yang menghangatkan tubuhnya dari dinginnya pendingin ruangan.