“Mi, Sherlan dimana?” ucap seorang gadis dengan lemah.
“Sherlan baru perjalan kesini, Win. Kamu yang sabar ya, sebentar lagi dia pasti sampai kok,” tenang wanita paruh baya disamping ranjang rumah sakit.
“Winona ingin bertemu Sherlan sekarang, Mi”
“iya, Win. Sherlan sebentar lagi sampai kok,” Kini perempuan yang dipanggil Mami oleh Winona mulai gelisah akan keadaan anaknya yang terbujur lemas didepan pandangannya.
Diluar kamar Winona semua orang sedang mencoba menghubungi Sherlan untuk mengabarkan kondisi Winona saat ini. Tidak ada jawaban dari Sherlan sendiri dan juga teman-teman serta keluarganya pun tidak tau dimana saat ini Sherlan berada.
Suasanya yang mengharukan menyelimuti keluarga Winona dan juga teman-teman Winona saat ini. Hanya doa yang dapat mereka panjatkan agar orang yang mereka cintai dan kasihi tersebut tetap didunia bersama mereka. Air mata membasahi setiap pipi orang-orang yang saat ini berada dihari terakhir bagi Winona untuk bernafas.
“Sherlan kamu kemana?” Tanya Winona dengan suara lemasnya.
***
“aku datang,” sapa seorang pria yang memakai kemeja kotak-kotak dan membawa sebuah bunga ditangan kirinya. Pria itu berjongkok dan menaruh bunga yang ia bawa tadi. Didepan makam yang bernama Winona Ametta Cordelia Atly, ia mulai bercerita. Segalanya yang saat ini ada dihidup pria tersebut diceritakan didepan makam Winona. Mulai dari pekerjaan, kehidupan dia sekarang, bahkan masalah cinta barunya.
Sherlan Rinaldo Bernie, nama pria yang saat ini berada di makam Winona. Sudah terbilang lama, setelah gadis cantik yang pernah mengisi ruang kosong dihati Sherlan ini meninggalkan dirimya. Dan ini adalah kali ketiga bagi Sherlan untuk mendatangi rumah terakhir Winona.
“aku merindukanmu, win.” Air mata Sherlan kini tidak lagi dapat di bendung, ia menangis.
Merindukan orang yang dia cintai bukanlah suatu hal yang mudah, bahkan terlampau berat. Terlebih lagi ketika kenyataan yang tidak bisa diterima hingga saat ini.
“aku sangat menyesal,” kini Sherlan menyalahkan dirinya sendiri.
“jika saat itu aku tidak bertindak bodoh, aku pasti bisa membuatmu bahagia walaupun itu diakhir kehidupanmu.”
Tangisan Sherlan kini semakin kencang, dia menatap nisan Winona berharap Winona akan memaafkan dirinya yang sangat bodoh.
“aku harap kamu akan memaafkan aku, Win.” Sherlan menghapus air matanya, dan berpamitan kepada Winona.
“sudah sore, win. Aku masih mempunyai pekerjaan dikota. Aku ingin sekali bisa menemanimu disini, tetapi aku tidak bisa. Jangan merindukanku ya,” senyum kini singgah di wajah milik pria tampan itu. “aku akan mengunjungimu lagi win, aku janji. Tunggu aku, jangan kemana-mana ya, aku akan kembali secepat mungkin. Bye” Lanjut Sherwin dan dia pun meninggalkan makam tersebut.