Read More >>"> V'Stars' (Terbentuknya V\'Stars\') - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - V'Stars'
MENU
About Us  

Awan cerah mengawali hari ini. Di tahun ajaran baru ini, Aku memulai aktivitasku sebagai murid kelas delapan. Dua minggu liburan sudah cukup membuatku rindu dengan sekolah ini. Rindu teman-teman pula. 

Aku berjalan memasuki ruang kelasku. Suasana yang sejuk membuatku sangat bersemangat mengawali tahun keduaku bersekolah disini. 

"Hey!" Aku menepuk bahu teman sekelasku bernama Zela.

"Oh hai, Nggi! Gimana liburannya?" tanya Zela sambil tersenyum.

"Biasa aja sih, nggak seru juga." Aku mengambil sapu dan mulai membersihkan kelas karena hari ini adalah piketku.

"Kok gitu? Masak kamu nggak liburan kemana gitu?" tanya Zela.

"Gimana mau liburan coba? Bu Listya ngasih tugas banyak banget kek kacang goreng gitu," ucapku sambil menyapu tiap sudut ruang kelas. Oh ya, Bu Listya adalah guru Bahasa Indonesia di kelas kami. Dia guru yang killer banget. Sekali ngasih tugas, banyaknya kek kacang goreng gitu. 

"Hahaha ... nyantai aja kali. Tugasku juga belum selesai kok," Zela meletakkan tasnya di bangku tengah.

Terlihat beberapa murid memasuki ruang kelas satu demi satu. Seorang cewek menghampiri bangku yang diduduki Zela dan meletakkan tasnya di samping tas milik Zela. Kemudian, dia berbincang-bincang dengan Zela. Dia Erlin, teman sebangku Zela.

"Eh, Lin, tumben datang pagi?" gurau ku sambil menyapu bangku sebelah Zela.

"Iya dong! Hari ini 'kan hari pertama kita masuk sekolah." ucap Erlin sambil mengamati diriku yang sedang menyapu.

"Oh ... jadi kalo hari-hari biasa kamu suka telat gitu?" Kali ini bagianku menyapu di bangku mereka. 

"Ya nggak gitu juga dong. Kan aku telat gara-gara ngurusin rumah," Erlin membela diri.

"Ya ... ya ... ya ... terserah kamu deh," ucapku sambil meneruskan menyapu.

"Eh ngomong-ngomong, Husna sama Nisa belum datang?" tanya Zela tiba-tiba.

"Biasalah ... mereka kan suka telat juga, sama seperti kalian," jawabku sambil menahan tawa.

"Eh enak aja! Emangnya kamu nggak pernah telat gitu?" ucap Zela membela diri.

"Hahaha ... ya nggak lah, 'kan aku naik angkot. Angkot 'kan datangnya selalu pagi-pagi. Jadi, aku nggak akan pernah telat kek kalian." Aku mengembalikan sapu di tempatnya, kemudian menghampiri mereka berdua. Sedangkan mereka sepertinya sedang menahan amarah. Ya, begitulah karena aku suka sekali mengerjai mereka. 

Tak lama kemudian, Nisa dan Husna pun datang. Mereka segera memilih tempat duduk dan meletakkan tas mereka, lalu ikut nimbrung bersama kita.

"Nis, sebangku sama aku aja, yuk! Aku sendirian tauk," rengekku. Nisa diam tak menghiraukanku. Namun, beruntungnya aku ternyata Nisa mau menuruti kemauanku.

"Lho, kalian kok sudah datang semua? Kamu juga, Lin, biasanya 'kan kamu datang paling akhir dari kita, ya nggak? Hahaha...." Husna menghampiri kami bertiga di bangku Zela.

"Ihh ... kenapa sih kalian ini? Aku telat diomongin, aku datang pagi juga diomongin. Terus aku harus gimana lagi?" Erlin mulai mempoutkan bibirnya. Sedangkan kami hanya tertawa melihat tingkah laku Erlin.

Tiba-tiba bel masuk pun berbunyi. Semua murid berlarian memasuki kelas dan segera duduk di bangku masing-masing. Aku duduk sebangku dengan Nisa. Sedangkan Husna duduk sebangku dengan salah satu teman sekelas kita. 

****

"Gaes, kantin yuk! Laper nih...." ajakku kepada mereka setelah bel istirahat berbunyi. 

"Yuk! Aku juga laper." Nisa menepuk bahuku.

"Eh tunggu, dimana Erlin dan Zela?" tanya Husna yang kebingungan mencari mereka berdua.

"Mungkin sudah duluan." jawabku santai sambil berjalan menuju kantin. 

Di kantin, Husna sedang memesan makanan. Sementara aku dan Nisa mencari tempat duduk yang kosong untuk kita. Kami tidak melihat Erlin maupun Zela di kantin. Entahlah mereka dimana. Kurasa mereka sedang di kamar mandi. Tapi tumben lama banget di kamar mandi? 

"Nis, kemana sih mereka?" tanyaku membuka pembicaraan.

"Gatau tuh duo gembul itu susah benget dicari. Mungkin mereka ke perpus. Biasalah, mereka 'kan hobi baca buku. Bentar, coba aku telpon deh." jawab Nisa sambil memainkan ponselnya. 


*sambungan telepon terhubung

"Eh kalian dimana sekarang?" ~Nisa

"Aku di perpus sendirian. Emang kenapa?" ~Erlin

"Hah? Terus Zela kemana?" ~Erlin

"Ya mana ku tahu. Emangnya Zela nggak sama kalian ya? ~Erlin

"Kalo kita tahu, kita nggak mungkin nanya kamu." ~Nisa

"Oh mungkin Zela ke kamar mandi," ~Erlin

"Kamu tahu dari mana?" ~Nisa

"Filling" ~Erlin

"Yaelah, Lin, cepetan kesini deh mending. Ada sesuatu yang mau kita bicarain." ~Nisa

"Kemana?" ~Erlin

"Kantin" ~Nisa

"Oke. Aku segera kesana." ~Erlin

*sambungan telepon terputus

 

"Jadi, dimana mereka?" tanyaku penasaran dengan keberadaan mereka berdua.

"Erlin di perpus. Tapi aku udah nyuruh dia kesini kok." jawab Nisa. Husna menghampiri kami sambil membawa nampan berisi lima mangkok bakso ditangannya.

"Oh, Zela juga di perpus?" Aku mengambil bakso bagianku.

"Nggak. Mereka berpisah. Kata Erlin, Zela mungkin ke kamar mandi. Coba deh kamu telpon dia." ucap Nisa sambil mengambil bakso bagiannya.

"Oke deh, bentar." Aku mengambil ponselku di saku kemejaku. Namun, tidak ada. Aku baru ingat ternyata ponselku ketinggalan di kelas 

"Astaughfirullah ... ponselku ketinggalan di kelas, Mbuls. Na, hubungin Zela, dong! Kita 'kan mau rapat. Ayolah ... bentar lagi bel masuk tuh," Aku meminta Husna untuk menghubungi Zela.

"Doooorrrrr!!!!" tiba-tiba Zela datang dari belakang kami dan mengagetkanku.

"Astaughfirullahal'adzim, Zelaaaaaa!!??? Dari mana saja kamu? Ngagetin aja, deh." Aku memukul bahu kanan Zela.

"Hehehe kalian khawatir, ya? Ngaku aja, deh!" Zela duduk di depan kami. 

"Ih najis," ucapku datar.

"Zel, kamu dari kamar mandi, ya?" tanya Nisa memecahkan suasana.

"Nggak tuh. Barusan aku ke kelas nyariin kalian tapi nggak ada. Yaudah aku kesini, deh." jawab Zela kemudian memakan baksonya. Kami pun memakan bakso bagian masing-masing.

"Erlin dimana?" tanya Husna di sela-sela makannya.

"Aku disini. Ada apa?" Erlin berjalan menghampiri kami lalu duduk di samping Zela.

"Yap! Karena semuanya udah disini, ayo kita mulai rapatnya!" ucapku dengan nada bersemangat.

"Rapat apaan sih?" Erlin mulai penasaran. Aku menyenggol siku Nisa untuk mengkodenya agar segera memberitahu mereka. Nisa pun mengangguk paham.

"Jadi gini gaes, gimana kalo kita bikin grup?" Nisa memulai pembicaraan.

"Maksud kamu?" tanya Husna.

"Ya, kita berlima bikin grup." ucapku menjelaskan.

"Setuju, nggak?" Nisa memainkan alisnya menunggu kepastian dari mereka.

"Grup apaan emang?" tanya Zela

"Grup persahabatan seperti yang Bella and the genks lakukan." ucapku tak mau kalah dari Nisa.

"Wah... Boleh juga tuh. Oke deh, aku setuju." Zela mengangkat tangannya sebagai tanda menyetujui usul kita.

"Eh, iya aku juga setuju. Kayaknya seru nih," Husna pun mengangkat tangannya pertanda setuju atas usul kami.

"Kalo kamu, Lin?" tanyaku sambil menunjuk Erlin.

"Aku? Yah mau gimana lagi, kalo kalian setuju ya aku setuju juga." ucap Erlin sambil tersenyum.

"Yess! Mulai hari ini kita adalah sahabat. Aku, Nisa, Husna, Erlin, dan Zela kita bersahabat. Berjanjilah bahwa kita akan selalu bersama apapun yang terjadi. Berjanjilah bahwa kita akan saling merindukan saat kita sedang berjauhan. Berjanjilah, gaes!" Aku berdiri dan mengumumkan hasil kesepatakan kita.

"Kami berjanji." ucap mereka bersamaan.

"Terima kasih," Aku memeluk mereka berlima dan kami pun saling berpelukan. Tak lama kemudian, bel masuk pun berbunyi. Setelah itu, kami segera ke kelas untuk mengikuti pelajaran terakhir.

 

Malam harinya di rumah masing-masing

Aku merebahkan tubuhku di atas kasur kesayanganku. Lalu, ku ambil ponselku yang berada di atas meja dan mulai memainkannya.

"Mereka lagi apa ya?" gumamku memikirkan mereka.

"Bikin grup di WhatsApp aja, deh. Tapi, apa nama grupnya? Btw, kita 'kan belum membentuk nama grup persahabatan kita. Kira-kira nama grup kita apa, ya?" Aku mulai berpikir keras tentang masalah ini. Tak lama kemudian, aku mencoba membuat grup di WhatsApp dengan nama '5 sahabat'.

WhatsApp (5 Sahabat)

Farra Anggia

Gaes, kita belum bikin nama grup persahabatan kita nih

Annisa Rahma

Oh iya juga ya, aku lupa karena terlalu bahagia haha...

Husna Salsabilla

Emang mau dikasih nama apa?

Zelara Aninditya

Apa ya? Kita 'kan berlima, gimana kalo 'Stars' aja? Bintang 'kan kakinya ada lima. Jadi kita akan selalu bersinar seperti bintang. 

Farra Anggia

Boleh juga tuh. Ada usul lain nggak?

Erlin Emelly

V

Farra Anggia

Hah? V?

Erlin Emelly

Maksud aku, angka romawi V 'kan artinya lima

Annisa Rahma

V'Stars'. Kurasa itu nama yang bagus buat grup kita, ya nggak?

Husna Salsabilla

Iya boleh juga tuh

Farra Anggia

Oke. Kita pake nama itu. Jadi, mulai sekarang nama grup kita adalah V'Stars', oke?

Erlin Emelly

Oke ^^

Zelara Aninditya

Siaap

Annisa Rahma

Sip deh

Husna Salsabilla

Yoi

 

Setelah semua anggota setuju, maka dengan begini terbentuklah grup persahabatan kita dengan nama V'Stars'.

 

~•~

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Forget Me After The Rain
373      264     1     
Short Story
\"Kalau begitu, setelah hujan ini, lupakan aku, seperti yang aku lakukan\" Gadis itu tersenyum manis
LELAKI DENGAN SAYAP PATAH
7836      2511     4     
Romance
Kisah tentang Adam, pemuda single yang sulit jatuh cinta, nyatanya mencintai seorang janda beranak 2 bernama Reina. Saat berhasil bersusah payah mengambil hati wanita itu, ternyata kedua orang tua Adam tidak setuju. Kisah cinta mereka terpaksa putus di tengah jalan. Patah hati, Adam kemudian mengasingkan diri dan menemukan seorang Anaya, gadis ceria dengan masa lalu kejam, yang bisa membuatnya...
Premium
RARANDREW
15672      2929     50     
Romance
Ayolah Rara ... berjalan kaki tidak akan membunuh dirimu melainkan membunuh kemalasan dan keangkuhanmu di atas mobil. Tapi rupanya suasana berandalan yang membuatku malas seribu alasan dengan canda dan godaannya yang menjengkelkan hati. Satu belokan lagi setelah melewati Stasiun Kereta Api. Diriku memperhatikan orang-orang yang berjalan berdua dengan pasangannya. Sedikit membuatku iri sekali. Me...
A Day With Sergio
1080      523     2     
Romance
Inspektur Cokelat: Perkara Remaja
282      194     1     
Short Story
Elliora Renata, seorang putri dari salah satu keluarga ternama di Indonesia, hal itu tak menjamin kebahagiaannya. Terlahir dengan kondisi albinis dan iris mata merah tajam, banyak orang menjauhinya karena kehadirannya disinyalir membawa petaka. Kehidupan monoton tanpa ada rasa kasih sayang menjadikannya kehilangan gairah bersosialisasinya sampai akhirnya...serangkaian kejadian tak menyenangkan...
Breakeven
16939      2080     4     
Romance
Poin 6 Pihak kedua dilarang memiliki perasaan lebih pada pihak pertama, atau dalam bahasa jelasnya menyukai bahkan mencintai pihak pertama. Apabila hal ini terjadi, maka perjanjian ini selesai dan semua perjanjian tidak lagi berlaku. "Cih! Lo kira gue mau jatuh cinta sama cowok kayak lo?" "Who knows?" jawab Galaksi, mengedikkan bahunya. "Gimana kalo malah lo duluan ...
I'il Find You, LOVE
5328      1406     16     
Romance
Seharusnya tidak ada cinta dalam sebuah persahabatan. Dia hanya akan menjadi orang ketiga dan mengubah segalanya menjadi tidak sama.
NI-NA-NO
1301      589     1     
Romance
Semua orang pasti punya cinta pertama yang susah dilupakan. Pun Gunawan Wibisono alias Nano, yang merasakan kerumitan hati pada Nina yang susah dia lupakan di akhir masa sekolah dasar. Akankah cinta pertama itu ikut tumbuh dewasa? Bisakah Nano menghentikan perasaan yang rumit itu?
CAFE POJOK
3111      1057     1     
Mystery
Novel ini mengisahkan tentang seorang pembunuh yang tidak pernah ada yang mengira bahwa dialah sang pembunuh. Ketika di tanya oleh pihak berwajib, yang melatarbelakangi adalah ambisi mengejar dunia, sampai menghalalkan segala cara. Semua hanya untuk memenuhi nafsu belaka. Bagaimana kisahnya? Baca ya novelnya.
Let it go on
1082      763     1     
Short Story
Everything has changed. Relakan saja semuanya~