Read More >>"> Dua Sisi (7 - Prasangka) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dua Sisi
MENU
About Us  

Prasangka yang hadir telah membuat kita makin menjauh.

-Dua Sisi-

"Teh, teh oce. Teteh!"

Rose yang hari itu masih terkena efek semalam. Hanya menghabiskan waktu luangnya dengan tiduran sepanjang waktu. Kebetulan hari ini dia tidak ada mata kuliah. Dan sejak malam itu, Chandra tak kunjung memberi kabar. Entah kemana pemuda kesayangan Rose itu.

"Apa?"

"Masa ya teh, ih teteh main hpnya nanti aja bisa engga sih? Penting nih!"ucap Sharon yang datang-datang langsung memarahi sang kakak yang tidak tau apa-apa.

"Iya nih teteh taro hpnya."

"Teh, masa ya Johan masuk penjara."

"Oh-hah?! Apa?! Gimana?!"respon Rose. Pikirannya tiba-tiba terasa kosong.

"Iya gitu, Johan masuk penjara. Temen nongkrongnya ada yang meninggal. Anak sekolah aku juga sih. Terus Johan yang dituduh. Padahal aku yakin bukan dia pelakunya. Senakal-nakalnya Johan dia engga mungkin ngebunuh orang."

Chandra. Kok kamu engga cerita ke aku? Kenapa aku harus tau masalah ini dari orang lain? Atau semalam Jino juga tau dan aku satu-satunya orang yang engga tau apa-apa.

"Teh, teteh ih kok malah ngelamun?"

Rose terkejut, sedang adiknya sudah memprotes karena Rose justru sibuk melamun.

"Anterin adek ke kantor polisi yuk, teh."

"Ya udah, ayo."

***

Johan ditangkap bersama ketiga temannya yang lain. Yang tidak Chandra kenal karena yang pemuda itu kenal hanya Felix, Athaya dan beberapa temannya yang lain yang biasa bermain bersama Johan. Dan sekarang dia justru dapat wajah baru. Dia dengar dari Sharon kalau akhir-akhir ini, Johan mulai menjauh dari Felix dan teman sepermainannya. Johan kini lebih sering bermain bersama anak-anak geng motor yang terkenal nakal. Dan Chandra hampir meledak dibuatnya. Bagaimana mungkin pergaulan sang adik makin tidak benar.

Bersyukur. Mereka terbukti tak bersalah. Tuduhan itu salah sasaran, ada saksi yang melihat jika Johan dan ketiga temannya hanya berniat menolong korban sayangnya nyawa korban tidak tertolong ketika dibawa ke rumah sakit.

Chandra melirik Johan sambil memijat pelipis, tinggal Johan yang masih berada di kantor polisi, ketiga temannya yang lain telah pulang dengan orangtua masing-masing. Kini bocah ingusan itu tengah duduk  dikursi. Tangannya tak diborgol lagi. Johan pun sudah dikeluarkan dari dalam sel. Dia hanya duduk diam. Tak bersuara sama sekali. Mungkin menyesali perbuatannya. Chandra tak habis pikir dengan tindakan nekad sang adik. Seharusnya dia biarkan Johan mendekam dibalik jeruji paling tidak untuk kurun waktu seminggu agar bocah itu jera. Karena walaupun niatnya menolong tapi menggunakan kekerasan pula hingga pelaku masuk rumah sakit. Ya sama saja. Apa bedanya sang adik dengan pelaku kalau begitu.

"Bang, maafin Johan. Kalau begini, Johan jadi sama aja seperti abang yang ngebiarin ayah mati waktu itu. Johan nyesel. Johan itu engga kayak abang."

Chandra bungkam. Tangannya masih sibuk memijat pelipis. Adiknya mungkin menyesal bahkan sampai meminta maaf tapi Johan tetaplah Johan yang pendendam. Johan tetap benci Chandra karena tak mencegah aksi ayah melakukan bunuh diri tiga tahun silam. Awal mula masa kelam mereka. Awal Johan membencinya dan awal ibu mulai tergoncang jiwanya. Tangan Chandra terkepal. Sesak itu datang lagi sampai Chandra kesulitan bernafas.

"Abang tenang aja, biar Johan yang tanggung jawab. Jo-"

"Tanggung jawab apa maksud kamu? Memangnya kamu punya uang banyak? Kamu kira ganti rugi atas perbuatan kamu itu engga banyak? Iya niat nolong, tapi kamu pake kekerasan juga. Ya sama aja bohong, "marah Chandra.

"Terus, memangnya abang punya duit banyak? Uang sekolah gue aja masih nunggak. Jangan sok jadi pahlawan kalo nyatanya abang sama aja engga berdayanya."

Chandra terlonjak ketika seseorang menepuk bahunya.

"Om."

Ada ayah Rose. Kebetulan ayah Rose seorang polisi. Beliau juga yang bertugas menangani kasus Johan.

"Saya mau bicara sama kamu."

"I-iya om,"entah kenapa nyali Chandra selalu ciut jika harus berhadapan dengan ayah Rose yang terkenal tegas.

Ayah Rose membawa Chandra menjauh dari Johan, mereka duduk berdua di kursi lain. Chandra yang sedari tadi menunduk dengan meremas tangan tak berani sama sekali menatap wajah ayah Rose. Membiarkan ayah membuka suara lebih dulu.

"Saya akan bantu kamu."

Chandra terkesiap. Dia pikir salah dengar tapi ayah kembali mengulang perkataan yang sama.

"Saya akan bantu kamu membayar ganti rugi uang rumah sakit asal kamu mau nurutin perintah saya."

Tak ada kata tanya. Seolah perkataan itu perintah yang harus Chandra lakukan tanpa ada penolakan.

"Keluarga kamu berantakan, ayah kamu lepas tanggung jawab dan memilih bunuh diri. Ibu kamu juga gila. Kamu bahkan engga sanggup menjaga adik kamu sendiri. Kamu membiarkan dia salah jalur. Bahkan hampir jadi pembunuh. Jadi buat apa kamu teruskan hubungan dengan anak saya. Kalau nyatanya kalian pasti tidak akan bahagia. Apa yang bisa saya harapkan dari kamu?"

Kepala Chandra tertunduk. Remasannya pada celana makin menguat. Marah? Jelas saja dia marah. Orang lain boleh menghinanya sesuka hati. Tapi orang lain tidak boleh menghina keluarganya. Tau apa mereka tentang hidupnya. Kenapa mereka selalu menilai dengan satu sisi? Hanya kesalahan yang mereka ingat. Seolah kesalahan itu seperti noda yang terus melekat. Padahal seburuk apapun seseorang mereka masih punya sisi baik. Jadi jangan pernah merendahkan orang lain sesuka hati. Tak semua yang buruk itu buruk pun sebaliknya.

"Jadi saya akan bantu kamu, asal kamu mau melepas anak saya. Dia berhak bahagia. Dia berhak dapat seseorang yang lebih baik."

Chandra memberanikan diri menatap ayah Rose setelah mengumpulkan segenap keberanian.

"Maaf, tapi yang tau tentang hidup saya. Keluarga saya. Hanya saya. Benar ayah saya bunuh diri, mama saya gila dan adik saya nakal. Tapi ada sebab musabab dibalik itu semua yang tidak anda tau. Jadi tolong jangan hina keluarga saya, om boleh hina saya sepuas om. Seburuk apapun keluarga saya mereka tetaplah keluarga saya. Tujuan saya tetap hidup karena mereka."

Johan yang mengintip terkesiap. Ada airmata yang menggenang dipelupuk mata abangnya. Dia juga sama kesalnya dengan sang abang karena seseorang telah sok tau tentang keluarganya.

"Dan juga, terimakasih. Saya tidak perlu bantuan om. Saya yang akan bertanggung jawab sendiri. Saya itu anak tertua sudah sepatutnya saya yang bertanggung jawab. Tentang Rose... "

Chandra diam sejenak. Tampak berat untuk mengutarakan sesuatu yang bertentangan dengan kata hatinya.

"Saya akan melepasnya. Benar mungkin saya engga bisa buat dia bahagia."

Chandra menelan ludahnya susah payah. Dia ingin hari ini tidak pernah terjadi. Tapi apa daya. Ayah Rose akan tetap membencinya dan terus memintanya untuk mundur. Jadi dia akan dengan sukarela mundur walau berat.

"Om makasih buat segalanya. Selama ini om panutan saya. Om adalah sosok kepala keluarga yang tegas tapi hangat juga. Saya sampai membayangkan jika saya punya keluarga, saya ingin jadi kepala keluarga seperti om. Saya bahkan masih merasakan kehangatan om dulu waktu saya mampir ke rumah. Kapan-kapan kalau boleh, ayo kita main catur lagi, om. Mungkin aja saya bisa ngalahin om,"tutur Chandra sambil tersenyum, sejenak melupakan luka hatinya.

Ayah Rose terdiam. Entah memikirkan apa. Chandra tidak tau.

"Om, saya pamit dulu. Saya mau menata hati. Hati saya terluka tapi saya janji engga akan buat hati anak om terluka. Biar saya saja yang merasakannya."

Chandra beranjak, baru saja dia selangkah pergi seseorang memanggil namanya.

"Chandra."

***

"Abang duluan aja, nanti gue nyusul. Gue mau kencing. Kebelet,"Johan beralasan. Padahal dia tidak kebelet. Setelah dirasa abangnya telah keluar dari kantor polisi baru dia berani berjalan keluar.

"Johandri!"

Baru saja selangkah keluar dari pintu, suara cempreng seseorang menyambangi indra pendengarnya.

"Ih, bego!"Sharon memukul kepala Johan, "kerjaannya buat orang khawatir aja sih!"

Johan mengaduh, setelah dipukul. Rambutnya ditarik tanpa belas kasih oleh Sharon.

"Eh, eh, udah dong. Lama-lama kulit kepala gue bisa ikut kelepas ini."

"Bodo amat. Abis ngeselin! Sok banget jadi pahlawan kesiangan. Lo pikir, lo itu superman yah!"

"Bukan, gue itu black panther. Wakanda forever,"sahutnya lantas menyilangkan kedua tangan didepan dada memperagakan gerakan yang jadi ikon dalam film karya marvel terbaru. Black panther.

"Sempet ya bercanda!"kesal Sharon yang masih menarik rambut Johan malah lebih keras.

"Eh eh, ampun. Adaw! Lama-lama bisa gundul nih kepala."

Ayah melihat dari kejauhan, bagaimana interaksi si bungsu dengan adik Chandra. Ayah lupa selain Chandra ada juga Johan yang dekat dengan anaknya.

***

"Idih, berapa lama ya kita engga ketemu? Duh mantan, setelah jadi mantan kok makin tampan ya?"

Chandra meringis, dia tak sengaja bertemu Jiyo-mantan kekasihnya- di kantor polisi. Dia merasa canggung tapi gadis di sebelahnya terlihat biasa-biasa saja. Seolah mereka sudah sering bertemu.

"Btw, lucu ih kita ketemunya di kantor polisi."

Chandra mencibir. Lucu dari mananya?

"Eh, adek lo engga papa 'kan? Engga sampe pengadilan 'kan?"

Chandra mengangguk, "iya. Untungnya sih engga."

"Syukur deh. Oh iya, lo engga mau tanya kenapa gue bisa ada di kantor polisi?"

Chandra menggeleng, "ogah. Engga penting dan engga mau tau."

Jiyo mendengus sambil memukul lengan Chandra pura-pura kesal.

"Ngeselin ya si masa lalu."

"Eh, setelah ketemu gue. Lo masih nyimpen rasa engga nih?"ucap Jiyo berniat bergurau yang justru membuat seseorang dibalik sana yang tak sengaja memergoki berprasangka.

"Iya ada!"lantang Chandra tak sadar membuat seseorang salah paham.

Rose yang sedari tadi menguping merasa matanya mulai berair. Tak mau makin terluka. Dia pun memilih pulang tak lupa mengirimi adiknya pesan jika dia ada urusan mendadak jadi harus pergi.

"Beneran?"

"Enggalah, yang ada tuh rasa kesel. Bisa-bisanya ya gue punya mantan engga tau malu kayak lo,"lanjut Chandra sayangnya Rose tak mendengar. Rose telah pergi membawa prasangka serta salah paham.

Chandra. Kemarin kamu memang lupa atau pura-pura lupa? Kamu engga ngirimin aku kabar dan sekarang aku harus lihat kamu senyum lebar sama mantan kamu. Sebenarnya seberapa penting aku dalam hidup kamu? Apa kamu mulai bosan? Atau kamu mulai engga percaya sama aku? Apa perasaan kamu mulai goyah setelah ketemu dia?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Satu Koma Satu
14966      2749     5     
Romance
Harusnya kamu sudah memudar dalam hatiku Sudah satu dasawarsa aku menunggu Namun setiap namaku disebut Aku membisu,kecewa membelenggu Berharap itu keluar dari mulutmu Terlalu banyak yang kusesali jika itu tentangmu Tentangmu yang membuatku kelu Tentangmu yang membirukan masa lalu Tentangmu yang membuatku rindu
Langit Jingga
3280      935     2     
Romance
Mana yang lebih baik kau lakukan terhadap mantanmu? Melupakannya tapi tak bisa. Atau mengharapkannya kembali tapi seperti tak mungkin? Bagaimana kalau ada orang lain yang bahkan tak sengaja mengacaukan hubungan permantanan kalian?
Jingga
5359      1390     2     
Romance
Kehilangan memang sangat menyakitkan... Terkadang kita tak mampu mengekspresikan kesedihan kita membuat hati kita memendam sakit... Tak berakhir bila kita tidak mau mengakui dan melepas kesedihan... Bayang-bayang masa lalu akan selalu menghantui kita... Ya... seperti hantu... Jingga selalu dibayangi oleh abangnya yang sudah meninggal karena kecelakaan... Karena luka yang mendalam membuatnya selal...
Pillars of Heaven
2727      865     2     
Fantasy
There were five Pillars, built upon five sealed demons. The demons enticed the guardians of the Pillars by granting them Otherworldly gifts. One was bestowed ethereal beauty. One incomparable wit. One matchless strength. One infinite wealth. And one the sight to the future. Those gifts were the door that unleashed Evil into the World. And now, Fate is upon the guardians' descendants, whose gifts ...
Half Moon
1047      566     1     
Mystery
Pada saat mata kita terpejam Pada saat cahaya mulai padam Apakah kita masih bisa melihat? Apakah kita masih bisa mengungkapkan misteri-misteri yang terus menghantui? Hantu itu terus mengusikku. Bahkan saat aku tidak mendengar apapun. Aku kambuh dan darah mengucur dari telingaku. Tapi hantu itu tidak mau berhenti menggangguku. Dalam buku paranormal dan film-film horor mereka akan mengatakan ...
Cinta Tak Terduga
4633      1370     8     
Romance
Setelah pertemuan pertama mereka yang berawal dari tugas ujian praktek mata pelajaran Bahasa Indonesia di bulan Maret, Ayudia dapat mendengar suara pertama Tiyo, dan menatap mata indah miliknya. Dia adalah lelaki yang berhasil membuat Ayudia terkagum-kagum hanya dengan waktu yang singkat, dan setelah itupun pertemanan mereka berjalan dengan baik. Lama kelamaan setelah banyak menghabiskan waktu...
Secret Love
315      207     3     
Romance
Cerita ini bukan sekedar, cerita sepasang remaja yang menjalin kasih dan berujung bahagia. Cerita ini menceritakan tentang orang tua, kekasih, sahabat, rahasia dan air mata. Pertemuan Leea dengan Feree, membuat Leea melupakan masalah dalam hidupnya. Feree, lelaki itu mampu mengembalikan senyum Leea yang hilang. Leea senang, hidup nya tak lagi sendiri, ada Feree yang mengisi hari-harinya. Sa...
Cazador The First Mission
7861      2155     21     
Action
Seorang Pria yang menjadi tokoh penting pemicu Perang Seratus Tahun. Abad ke-12, awal dari Malapetaka yang menyelimuti belahan dunia utara. Sebuah perang yang akan tercatat dalam sejarah sebagai perang paling brutal.
Reminisensi Senja Milik Aziza
799      414     1     
Romance
Ketika cinta yang diharapkan Aziza datang menyapa, ternyata bukan hanya bahagia saja yang mengiringinya. Melainkan ada sedih di baliknya, air mata di sela tawanya. Lantas, berada di antara dua rasa itu, akankah Aziza bertahan menikmati cintanya di penghujung senja? Atau memutuskan untuk mencari cinta di senja yang lainnya?
LASKAR BIRU
7398      2059     6     
Science Fiction
Sebuah Action Science-Fiction bertema Filsafat tentang persepsi dan cara manusia hidup. Tentang orang-orang yang ingin membuat dunia baru, cara pandang baru, dan pulau Biru. Akan diupdate tiap hari yah, kalau bisa. Hehehe.. Jadi jangan lupa dicek tiap malamnya. Ok?