Read More >>"> Phased (Belva ngenes) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Phased
MENU
About Us  

Adzan subuh berkumandang, Sera dan Belva beranjak mengambil air wudhu untuk bersiap-siap shalat berjamaah di rumah dengan Pak Dadang sebagai imamnya. Sejujurnya Sera merasa gondok melihat satpam macam Pak Dadang ini. Pasalnya waktu ia keluar ruang layar tancap, Pak Dadang tanpa berdosanya minum kopi dan nonton TV seperti tak terjadi apa-apa. Sera menggerutu kesal, dan hanya direspon senyuman menyebalkan darinya, kampret sekampret-kampretnya seorang satpam.

Sesudah menunaikan shalat Subuh Sera mengecek ponselnya yang penuh notif sedari malam, untung ponselnya dalam mode hening. Daripada diambil pusing ia memilih mengabaikan beribu-ribu notif yang masuk, kebanyakan pesan dari orang-orang yang mau berkenalan dengannya. Bukan maksud sombong, Sera sering kok membalas mereka sesekali jika lagi goodmood. Ia meringis melihat spaman chat dari orang tuanya, terpaksa ia berkata lagi nginep di rumah teman ceweknya.

“Kamu pasti ditanyain sama orang tuamu, ya Ra?” tanya Belva khawatir.

Sera sengaja membalas Belva ketus, wajahnya dibuat sejelek-jeleknya, bermaksud meledek Belva. Idung Sera dibuat mengembang, bibirnya tertarik ke bawah, matanya melotot, alisnya bertaut. Mau dibuat sejelek apapun aura Sera tetaplah keren dan cantik, orang cantik mah bebas kalau kata orang-orang kan begitu. Di mata Belva wajah Sera sekarang benar-benar imut.

Belva kesal, ia memukul-mukul lengan Sera manjah. “Ih jahat banget tahu kamu! Tapi gemesin!” balas Belva. Sera meliriknya sinis. Sejurus kemudian mata Belva berbinar, “Kita sarapan dulu yuk, habis itu kita nonton film! Aku ada film baru!!” ajaknya antusias.

Sera mengikuti saja, ia mengusulkan untuk mengajak yang lain ke rumah Belva juga lalu nanti bisa nonton bersama di ruang layar tancep. Dan Belva menyambut usulan tersebut penuh semangat.

“Wah gurame asam manis!! Ih teri baladonya wangi bangettt, wauw ada lodeh, sama sayur daun singkong! Bibi Yun banyak banget masaknya, semuanya kesukaan aku!!” berondong Belva panjang lebar. Ia mengelilingi meja makan dan mengabsen semua makanan yang tersedia.

Belva mempersilakan Sera duduk, tetapi anak itu sudah duduk duluan sebelum dipersilahkan. Belva mengambil piring dan mengambil nasi menggunakan centong secara buru-buru, bahkan nasi di piringnya bak gunung yang menumpuk. Sera melongo, setelah Belva selesai, barulah ia menyendokkan nasi secukupnya dan menambahkan lauk pauknya.

“Pantesan lu pendek dan bohay, porsi makan aja kayak kingkong gitu,dih,” sindir Sera telak.

Belva memanyunkan bibirnya yang celemotan sambal asam manis, “Biarin aku bohai, pendek daripada kamu ceking dan kerempeng,” 

“Bacot, gini-gini gue dibilang bodygoals, bohay. Gue sering mendaki gunung, diving, dan manjat tebing. Jangan besar mulut lo.” Sembur Sera yang membuat Belva membeku.

Jleb banget rasanya, serius.

Menangkap wajah Belva yang malang, Sera tertawa terbahak-bahak. “Adu bacotan sama gue, udah buruan habiskan makanannya, gue udah ngabarin yang lain,” celetuk Sera, ia langsung terbatuk-batuk karena tersedak setelah memojokkan Belva. Karma is Real emang.

Sudut bibir Belva terangkat, “Kamu gak apa-apa, Ra?? Ini minum,” Belva mengisi air mineral dari teko ke gelas dan menyodorkannya ke Sera. Sera menerima dan meneguknya hingga habis tak tersisa. Belva terkekeh, “Makanya jangan jahat sama aku!” cetusnya.

“Bacot, cepetan bohay! Lemot banget! Mereka mungkin lagi otw kesini!” kesal Sera pun menggertak, yang dihadiahi cekikikan kecil dari Belva. Ya Belva cukup tau diri dia memang berisi dan mungil, ingat bukan buntet dan bohay tapinya!
———
BRAK.

Seluruh dari mereka tertawa terbahak-bahak, kecuali satu orang yang menggembungkan pipinya cemberut. Uno stacko yang belum rubuh dari lima belas menit yang lalu, padahal bagiannya sudah bolong sana-sini karena belum ada yang gagal menarik balok, akhirnya rubuh juga ditangan Rachel. Ya setelah nonton film mereka memutuskan main Uno Stacko.

Wajah Rachel yang manis sudah dipenuhi bedak bayi, pasalnya ini ketiga kalinya ia merubuhkan susunan balok-balok Uno Stacko. Rachel mengerucutkan bibirnya bete, beberapa hari ke depan pasti perasaannya akan sensitif, hal ini tentu disebabkan tamu wanita yang datang setiap bulannya.

Masing-masing dari mereka mencolek bedak, dan secara tega mengusapkan bedak tersebut ke wajah Rachel membabi-buta. Rachel hanya bisa pasrah, apalagi melihat Akbar terkikik geli, Rachel jadi memiliki keinginan besar untuk menampol laki-laki itu. Jeje bergeming ditempatnya, barulah ketika semua selesai memberikan Rachel hukuman ia bergerak. Namun Rachel mencebik, “Udah dong, ini kan udah banyak...,” protesnya.

Jeje memutar bola matanya malas, “Salah sendiri, gembel sih, ngotak dong mainnya. Kalah ya harus sportif!!” cetusnya.

Jleb, ucapan Jeje seketika membuat Rachel tertohok di masa-masa PMSnya yang indah.

“Kok gitu sih ngomongnya?” Rachel menundukkan kepalanya gusar. 

Jeje mengernyit, “Emang salah? Elo kali yang gak mau sportif!” balasnya pedas seraya menaburkan bedak di atas rambut Rachel yang tertunduk.

Rachel mendelik, “Jangan di rambut dong! Nanti rambut gue jadi kasar sama susah disisir!” geram Rachel,  nafasnya memburu.

Aretta menengahi mereka, “Udah-udah, gak usah berantem!” ucapnya, kemudian menyatukan tangan Rachel dan Jeje. “Baikan-baikan, ayo cepetan baikan!” 

“Gitu aja berantem lo bocah!” Sera mengejek. Yang disetujui oleh Zidan, Adriel dan Azra yang bersender di pojokan.

“Udah gak usah berantem, ayo lanjutkan!” timpal Iyan yang memasang wajah tak berdosanya. 

“Udah Je, lu ngerti kali Rachel lagi pms,” timpal Akbar yang dihadiahi pukulan dari Rachel pada lengannya. Akbar cekikikan, baginya pukulan Rachel bagai empok-empokannya bayi di malam hari. 

“Je, minta maaf gak lo!!” tegur Feyra ngegas, matanya melotot, ia mencengkram erat bungkus chiki yang sedang dimakannya.

“Oh sori,” Jeje mengalah karena Feyra sudah meminta, dan melotot padanya, semua kalau sudah berhubungan dengan Feyra, Jeje akan selalu mingkem tanpa syarat, gak tau deh alasannya apa, yang jelas Feyra pawangnya Jeje . Ia lalu memalingkan wajahnya dari Rachel.

“Yeuh si Jeje minta maafnya gak ikhlas tuh!” goda Azra. Tapi dikacangin.

“Eh kita gak mau nentuin pasangan buat prom nih?” Feyra memekik antusias. Ia kemudian bangkit berdiri, karena posisinya duduk selonjoran di sofa. Ia duduk lesehan di lantai, sedangkan yang lainnya otomatis membentuk lingkaran dan menjadikan Feyra sebagai pusatnya.

Belva belum masuk ke bentuk lingkaran tersebut karena ia masih bingung, “Prom?” beonya linglung.

Aretta yang melihat Belva membeo, menepuk jidatnya, “Udah sini duduk dulu aja, nanti sama Feyra dijelaskan,” tuturnya seraya menepuk-nepuk lantai yang masih kosong disebelahnya.

Feyra menoleh ke arah Belva, “Jadi gini loh Bel, kemarin kita ke rumah Jeje itu bicarakan soal Promnite. Jeje berhasil melakukan negosiasi sama pamannya yang jabatannya kepala sekolah. Prom dilaksanakan tepatnya H+1 hari perpisahan kelas 12, nanti angkatan kelas 10 dan 11 ngumpul di acara prom itu,” paparnya panjang lebar. “Boleh dateng bareng sahabat, temen, doi, ngumpul doang sih, gak ada dansa-dansaan kok meskipun namanya prom. Kita nanti makan, nyanyi bareng, ada games, nanti yang sukarela mau nunjukin bakatnya di panggung juga boleh kok, dan puncaknya ada pengumuman kostum terbaik, anggaplah pemilihan Queen and King yang paling ter dabest di hari itu,” lanjutnya lagi, Feyra melebarkan senyumnya, matanya melirik Nolan.

Aqil menyeletuk, “Nanti ada satu yang jones, kan jumlah cowok enam, cowoknya tujuh.”

Sera terkekeh, “Yan, lo sama gue yaakk!!” Iyan mengangguk senang dan mengacungkan jempolnya. 

“Biasa nih dua maniak burger, pasti pulang dari prom mampir buat borong burger,” ledek Nolan kepada Iyan dan Sera. “Gue sama Feyra lah,” sambungnya.

“Gue pastinya sama Rachel,” Akbar menyahut.

“JE?” Itu suara Azra, ia memanggil Jeje. Jeje menoleh, sebelum Azra bertanya ia memotong nya, “Iya gue sama lo kok, sans, Zra,” jawab Jeje cuek dan jutek, ia bersedia menjadi pendamping Azra di prom. Ia kemudian melanjutkan makan kacang gorengnya yang tertunda.

Azra tersenyum lebar, “Semoga bukan pendamping prom, tapi pendamping hidup,” cetusnya yang langsung disusul kata Aamiin oleh yang lainnya. Jeje cuek-cuek saja, ia anteng memakan kacang goreng.

“Qil, lo sama gue!” Adriel berseru. Ia mendekati Aqil yang sedang sibuk menulis sesuatu di catatannya. Karena merasa di acuhkan Adriel berseru, “QIIIL!!” Aqil mendongakkan kepalanya, “Iya, gue gak budeg kok,” ia berdesis.

Kini mereka semua melemparkan pandangan intensif ke arah Zidan yang duduk dipojokan. Zidan yang menyadarinya, hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh seraya mengangkat alis. 

Belva tersenyum malu-malu, “Aku mau sama Zidan boleh?” ia berterus terang, matanya berkilat-kilat penuh harap.

Semuanya tertegun dan menelan salivanya susah payah, Belva terlalu lugu. Disatu sisi mereka takut Aretta sakit hati, disisi lainnya mereka khawatir Belva akan memunculkan rasa obsesinya. Sera mendesah, ia kan sudah memberitahu Belva mengapa anak itu kepala batu sekali! 

Aretta tersenyum simpul, “Yah gue jo—“ gumamnya, namun suara berat Zidan kembali menginterupsi. Aretta merapikan rambutnya, canggung sekaligus tengsin.

Zidan berdeham, “Gue. Sama. Aretta,” urai Zidan tegas dan penuh penekanan. 

“Bel, berarti lu jombs HAHAHAHA!” Iyan tertawa terpingkal-pingkal, ia tak menyadari bahwa ia mendapat tatapan membunuh dari yang lainnya.

Belva menunduk, tangannya mengepal, matanya berkaca-kaca, jantungnya mencelos. Dalam diam hatinya mulai membenci keadaan, rasa obsesi itu kembali hadir, dan menguasai dirinya lambat laun. Kebenciannya, menenggelamkan seluruh rasa bahagianya sekejap.

Semuanya bergeming tatapan mereka semua nanar, kecuali Zidan, Iyan, dan Jeje yang kelewat santai. Aretta yang menyadarinya, ia mencoba menenangkan Belva. “Gak apa-apa, nanti Zidan sama lo yaa,” tawarnya mengalah.

Zidan melotot, “Gue gak mau sama dia! Ayu, Ta kita harus latihan drama!!” marahnya dan menarik Aretta keluar rumah Belva tanpa pamit. Aretta yang kaget membeku, Zidan menancap gasnya dan meninggalkan halaman Rumah Belva bersama Aretta yang tak berhenti berceloteh di boncengannya.

“Lu tau kan, perasaan gue,” Suara Zidan melembut, ia malas berdebat dengan Aretta.

“Tapikan cuma prom, Dan, gak bakal mengubah apapun di antara kita!” pinta Aretta.

“Gak, tetep enggak. Selamanya lo gak bisa mengubah keputusan gue, lo kan ngerti gue,” sergah Zidan. Setelahnya, Aretta tak berceloteh lagi, toh Zidan teguh sama pendirian. Mau Aretta nangis meraung-raung, dan bicara sampai mulutnya berbusa, keputusan Zidan tak akan berubah.

Ia menikmati hembusan angin, dan pemandangan ibukota yang berupa gedung-gedung tinggi. Tanpa disadari Aretta, Zidan meliriknya lewat spion motornya. Zidan menghela nafas lega, sudut bibirnya terangkat sedikit ketika melihat gadis itu juga tersenyum. Keheningan terus menyelimuti hingga mereka sampai di tujuannya.

Di Rumah Belva, semuanya kelimpungan mencari cara menenangkan Belva yang seketika kacau balau. Ada yang mengusap punggung, menahan tangannya supaya tidak menarik-narik rambutnya sendiri, Iyan bersama Azra memarkan kekonyolan alias melawak untuk menghibur Belva.

“SHIT!” Belva mengumpat, dan menarik-narik rambutnya sendiri. Dan berlari menuju kamarnya di lantai dua, mengabaikan dengan teriakan teman-temannya.

———

 

How do you feel about this chapter?

2 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Grey
195      163     1     
Romance
Silahkan kalian berpikir ulang sebelum menjatuhkan hati. Apakah kalian sudah siap jika hati itu tidak ada yang menangkap lalu benar-benar terjatuh dan patah? Jika tidak, jadilah pengecut yang selamanya tidak akan pernah merasakan indahnya jatuh cinta dan sakitnya patah hati.
About Secret Admirer
533      335     0     
Romance
Untukmu yang bernasib sepertiku Hanya bisa menyimpan sebuah nama Selalu menyimpan rasa rindu dan cinta Namun tak bisa memiliki hati dan raganya Menyelami lautan rasa penuh luka Merajut kisah sendiri bersama puluhan rasa dalam diam Berharap dia tahu tanpa kita mengatakannya Hatinya berisik, mulutnya bungkam Selamat menikmati πŸ˜ƒπŸ˜ƒ Based on true story πŸŒƒπŸŒƒ
Warna Rasa
10842      1861     0     
Romance
Novel remaja
#SedikitCemasBanyakRindunya
2942      1061     0     
Romance
Sebuah novel fiksi yang terinspirasi dari 4 lagu band "Payung Teduh"; Menuju Senja, Perempuan Yang Sedang dalam Pelukan, Resah dan Berdua Saja.
Premium
Bertemu Jodoh di Thailand
2932      1299     0     
Romance
Tiba saat nya Handphone Putry berdering alarm adzan dan Putry meminta Phonapong untuk mencari mesjid terdekat karena Putry mau shalat DzuhurMeskipun negara gajah putih ini mayoritas beragama buddha tapi ada sebagian kecil umat muslimnya Sudah yang Sholatnya Sudah selesai yang Sekarang giliran aku yaaku juga mau ibadah ke wiharakamu mau ikut yang Iya yangtapi aku tunggu di luar saja ya Baikl...
About love
1097      509     3     
Romance
Suatu waktu kalian akan mengerti apa itu cinta. Cinta bukan hanya sebuah kata, bukan sebuah ungkapan, bukan sebuah perasaan, logika, dan keinginan saja. Tapi kalian akan mengerti cinta itu sebuah perjuangan, sebuah komitmen, dan sebuah kepercayaan. Dengan cinta, kalian belajar bagaimana cinta itu adalah sebuah proses pendewasaan ketika dihadapkan dalam sebuah masalah. Dan disaat itu pulalah kali...
Because I Love You
604      444     1     
Romance
The Ocean Cafe napak ramai seperti biasanya. Tempat itu selalu dijadikan tongkrongan oleh para muda mudi untuk melepas lelah atau bahkan untuk menghabiskan waktu bersama sang kekasih. Termasuk pasangan yang sudah duduk saling berhadapan selama lima belas menit disana, namun tak satupun membuka suara. Hingga kemudian seorang lelaki dari pasangan itu memulai pembicaraan sepuluh menit kemudian. "K...
Werewolf Game
441      317     2     
Mystery
Saling menuduh, mencurigai, dan membunuh. Semua itu bisa terjadi di Werewolf Game. Setiap orang punya peran yang harus disembunyikan. Memang seru, tapi, apa jadinya jika permainan ini menjadi nyata? Cassie, Callahan, dan 197 orang lainnya terjebak di dalam permainan itu dan tidak ada jalan keluar selain menemukan Werewolf dan Serial Killer yang asli. Bukan hanya itu, permainan ini juga menguak k...
Love Warning
1173      530     3     
Romance
Pacar1/paΒ·car/ n teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih. Meskipun tercantum dalam KBBI, nyatanya kata itu tidak pernah tertulis di Kamus Besar Bahasa Tasha. Dia tidak tahu kenapa hal itu seperti wajib dimiliki oleh para remaja. But, the more she looks at him, the more she's annoyed every time. Untungnya, dia bukan tipe cewek yang mudah baper alias...
Premium
The Secret Of Bond (Complete)
5498      1236     1     
Romance
Hati kami saling terikat satu sama lain meskipun tak pernah saling mengucap cinta Kami juga tak pernah berharap bahwa hubungan ini akan berhasil Kami tak ingin menyakiti siapapun Entah itu keluarga kami ataukah orang-orang lain yang menyayangi kami Bagi kami sudah cukup untuk dapat melihat satu sama lain Sudah cukup untuk bisa saling berbagi kesedihan dan kebahagiaan Dan sudah cukup pul...