Aku berjalan di sepanjang jalan menuju pantai. Aku berlari saat pandanganku melihat segarnya air di pantai ini. Tunggu! Ada seseorang disana. Tanpa otakku memerintah, aku berjalan kearahnya.
"Ngapain Lo kayak cewek di sini?" Astaga! Aku menutup mulutku. Apa yang baru saja kukatakan? Kenapa aku terdengar sok akrab dengannya.
Dia tidak bergeming. "Budek ya Lo?" Ucapku lagi.
"Kenapa Lo ninggalin gue? Gue cinta banget sama lo Ras"ucapnya.
setelah dia mengatakan itu dia menoleh padaku,"Devan...?"ucapku. Bersamaan dengan itu aku tertarik dari dunia ini ke dunia di dimensi lain.
"Mimpi!Astaga ngapain gue mimpi hal kayak gitu sih?"ucapku.Kulihat jam dinding di kamarku sudah menunjukkan pukul 06.00.
"Udah,udah itu cuman mimpi.Tapi,kok gue gag rela ya meskipun cuman mimpi. Ngapain gue sok akrab sama si Devan kipas angin"ucapku lalu beranjak dari kasur.
##############
Kulihat bayanganku di cermin. "Perfect"ucapku sembari merapikan pitaku sekali lagi. Aku berjalan keluar. Aku melihat ojek pesananku sudah tiba.
"Mba Larasati?"tanya tukang ojek itu.
"Iya pak"ucapku. Kami pun segera melaju. 20 menit kemudian aku sudah sampai di depan gerbang sekolahku.
Aku mengembalikan helm yang kupakai,"Makasih pak"ucapku lalu bergegas masuk ke sekolah.
Saat masuk ke sekolah,aku merasa semua siswa yang aku lewati memandangiku sinis. Mereka juga berbisik-bisik gag jelas. Aku tetap melangkah mengabaikan mereka. Setelah sampai di meja,aku melihat Tyas sedang menyalin sesuatu.
"Lo gag ngerjain PR?"tanyaku.
"Gue udah coba ngerjain,tapi gue gag ngerti masa?"ucapnya.
Aku menoel-noel bahu Tyas."Apaan?"ucapnya tetap fokus pada buku.
"Anak-anak satu sekolah lihatin gue sinis banget tadi,masa?"ucapku.
"Ya iyalah,lagian Lo pake nolak si Devan,Seleb sekolah yang paling diidamkan kaum hawa"ucapnya.
Aku mendengus,"Seleb apaan,cowok kayak gitu?"ucapku lalu beranjak dari kursiku.
"Mau kemana lo?"tanya Tyas.
"Kantin,gue belum sarapan"ucapku.
Saat menuju ke kantin,aku masih mendapat tatapan sinis dari para siswa yang melewati ku. Heran deh,emang kenapa Kalo aku nolak si Devan.Hatikukan aku yang punya. Lebih baik kuabaikan saja.
Sampai di kantin,aku memesan nasi goreng. Setelahnya aku duduk di salah satu meja di kantin ini. Disini tidak ramai. Hanya ada tiga siswa termasuk aku disini. Wajar sih,ini kan masih pagi.
Aku mulai menyantap nasi gorengku.
"Lo yang namanya Raras?"suara seorang perempuan terdengar di inderaku.
Aku mendongak melihatnya. Pertama kulihat wajahnya aku akui dia cantik. Cantik natural. Di sekolah ini kan dilarang buat pake make up.
Kedua,sombong,angkuh,seenaknya,sok kuasa, itulah yang kulihat dari tatapan matanya padaku.
"Iya,gue Raras. Lo siapa?"ucapku.
"Lo gag tahu Gue siapa?"ucapnya tak percaya. Merasa dia adalah matahari yang semua orang harus tahu dia siapa. Padahal buatku,gag penting buat tahu dia siapa. Karena apa? Dia kan bukan pusat bumi.
Aku menggeleng lalu meneruskan menyantap nasi goreng ku.
Kulirik dia sekilas,tampak jengkel padaku.
"Gue Zofa pacarnya Devan. Gue kesini mau kasih Lo peringatan biar Lo bisa jaga-jaga. Gag usah kegenitan sama Devan atau masa SMA Lo disini gag akan tenang"ucapnya lalu segera berlalu dari hadapanku.
"Apaan sih? Siapa juga yang genit.Orang pacarnya yang genit ke gue. Gue yang harusnya marah"ucapku kesal.
Kulihat nasi gorengku sudah habis. Aku pergi ke kelas. Sekali lagi tatapan sinis itu menyorot setiap langkahku.
"Lo tahu gag tadi ada cewek yang ngehampirin gue dikantin"ucapku pada Tyas dengan sisa kekesalan yang masih ada.
"Siapa?"
"Zofa pacarnya Devan"
"Apa?Lo gag papa kan?"ucap Tyas menjadi heboh sendiri membolak-balik badanku. Kulihat semua tatapan teman sekelas menuju pada kami berdua. Yah,walau hanya satu menit.
Aku menepis tangan Tyas,"Gag,gue gag papa"ucapku.
"Lo tahu gag dia bilang apa ke gue?"
"Dia bilang gue gag usah kegenitan sama Devan. Kesal gue. Gue kan gag ada genit-genit sama orang"
"Ya mau gimana lagi?Si Zofa itu udah jadian sama si Devan kemarin. Setelah lo nolak dia"
"Sayang banget Lo nolak dia"
"Udah pinter keren lagi"
"Yakin Lo gag bakal nyesal?" Tyas menaik-turunkan alisnya.
"Gue gag bakal nyesal. Orang gue gag ada rasa sama dia"ucapku.
"Ya tapi,lo harus hati-hati sih sama si Zofa itu. Kalau si Devan seleb cowok disini,si Zofa itu seleb ceweknya"
"Dia itu punya banyak fans di sekolah ini. Sebagian besarnya rada-rada gimana gitu. Jadi jangan sampe berurusan sama dia"ucap Tyas.
Aku menghela nafas. Aku melihat ke dalam laciku. Ada banyak surat tersimpan disana.
"Lo ngumpulin surat lagi? Udah gue bilang gag usah Tyas"ucapku.
"Ya ampun Raras mereka minta tolong. Coba Lo garis bawahi itu minta tolong"ucap Tyas.
"Pengagum Lo juga makin nambah Ras,semenjak kejadian kemarin"ucap Tyas tersenyum.
Aku merasa jengkel lalu mengambil buku dongengku. Lebih baik aku baca dongeng deh. Bel berbunyi,segera aku memasukkan buku dongeng yang baru 2 paragraf kubaca kedalam tas dan mengeluarkan buku biologi.
##################
Sekolah sudah berakhir. Bel terakhir sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Aku masih berdiri di depan gerbang menunggu ojek pesananku tiba. Sekolah juga sudah mulai sepi.
Dari sudut ini,aku bisa melihat seseorang yang sangat ingin kusembur dengan amarahku berdiri di seberang jalan ini.
"Aku harus membalasnya"ucapku.
Segera aku menghampirinya.
"Ngapain Lo kayak cewek disini?"Astaga!Aku menutup mulutku. Apa yang baru saja kukatakan? Kenapa aku terdengar sok akrab dengannya.
Aku melihat dan menunggu reaksinya,namun dia tidak bergeming.
"Lo budek ya?"ucapku lagi.
"Lo siapa sih? Sok kenal sama gue. Kenapa? Tertarik sama gue?"ucapnya.
Setelah dia mengatakan itu, dia menoleh padaku dan saat yang bersamaan aku merasa keseimbangan ku terganggu. Seseorang tanpa sengaja menyenggolku.
Devan dengan sigap menangkap pinggangku menahan tubuhku dari gaya gravitasi yang ingin membawaku ke bawah."Devan..."ucapku.
Segera Devan,menegakkan tubuhku kembali.
"Berdiri aja gag lewat KKM Lo"ucap Devan. KKM itu adalah batas lulus nilai di sekolahku.
Aku memelototinya dengan perasaan jengkel tingkat tinggi.
"Apa Lo melotot gitu? Seharusnya Lo makasih sama gue"ucap Devan.
Aku mengalihkan pandanganku ke seberang dan melihat ojek pesananku datang.Aku segera pergi meninggalkannya dan sepertinya dia tidak terlalu peduli.
Aku naik ojek dan saat di ojek aku teringat mimpiku. Aku pun baru tersadar perkataanku itu,sungguh sesuai dengan mimpi itu. Sayangnya,perkataan Devan tidak sama.
"Tunggu,kenapa aku tidak terima dia tidak mengatakan persisi seperti di mimpi sih?"gerutuku.
"Apa mba?"tanya si tukang ojek.
"Oh,gag ada pak,nanti depan sana aja ya pak berhentinya"ucapku yang diangguki oleh si tukang ojek.
Aku turun dan mengembalikan helm yang kupakai,"makasih pak"ucapku yang dijawab anggukan oleh si bapak.
Akupun membuka gerbang rumahku lalu masuk kedalam. Aku menelepon Mama.
"Halo ma..."
"Kenapa sayang?"
"Aku mau ngomong sama papa"
"Kenapa Putri papa?"
"Kasiin ke Mama lagi pa. Aku cuman mau dengar suara papa aja"ucapku.
Papa mendengus,aku tertawa.
"Bercanda pa,speaker-in aja pa"
"Papa Sam Mama sehat?"
"Sehat...Putri papa sehat?
"Sehat,mama sama papa kapan pulang?"
"Sabtu sayang"ucap mama.
"Lama lagi dong? Inikan masih senin,boleh gag aku nginap di rumah Tyas?"
"Boleh sayang,tapi semalam aja jangan terlalu ngerepotin"ucap mama.
"Iya ma"ucapku.
"Ya udah,mama sama papa mau pergi lagi"ucap mama.
"Iya ma,boneka beruang pesanan aku jangan lupa ya"ucapku.
"Iya putrinya papa" panggilan pun berakhir.
Aku ingin tidur siang saat ini,tapi aku takut akan memimpikan Devan.Tapi kantuk mulai mengasaiku dan akupun tertidur di sofa.
MLM:Mengejarmu lewat mimpi, nice idea :)
Comment on chapter MLM