Loading...
Logo TinLit
Read Story - in Silence
MENU
About Us  

Mika berjalan menyusuri koridor tempat parkir. Sendirian dengan tatapan kosong ke depan. Hari ini ia berangkat lebih pagi dari biasanya. Sang raja siang pun masih mengintip malu di balik atmosfer dan kapas langit. Suhu udara pagi terasa seperti menusuk setiap pori-pori kulitnya, ia menyesal karena tidak membawa baju hangat.

“Selamat pagi de Mika.” Sapa Pak Edi, salah satu penjaga sekolah. Memecah lamunannya.

“Pagi juga pak’e.” Jawab Mika seadanya.

“Tumben berangkat jam segini, saya aja baru datang loh.” Ujar pak’e terkekeh sembari mengesap cangkir kecil berisi kopi panas. Dalam beberapa waktu ia menguap tanpa sadar. Matanya terlihat lelah, cukup menandakan bahwa ia masih ingin tidur lebih lama.

“Iya, papa ada urusan pagi-pagi, jadi dianternya jam segini.”

Pak’e mengangguk ringan sembari ber-oh ria.

“Saya masuk duluan ya pak.” Ucap Mika tak terlalu ingin berlama-lama.

“Oh iya iya.” Jawab pak’e.

Mika berjalan melewati Pak Edi. Setelah beberapa waktu berjalan, langkahnya terhenti di depan anak tangga. Tatapannya kembali kosong. Kelima jarinya menggenggam ringan tiang bercat putih di samping tangga. Seakan menguatkan tekat dahulu sebelum naik, ia menarik napas beberapa kali, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Dengan segenap perjuangan ia sampai dan memasuki ruangan kelas, menjinjing sebuah ransel kesayangangannya. Raut wajahnya selalu sama setiap pagi, menunjukkan ketidaktertarikan.

Kali ini ada sedikit yang berbeda, sedikit perubahan pada rambutnya yang panjang, terlihat lebih rapi.

Dalam waktu singkat, ia duduk di barisan depan. Ingin fokus belajar dan tak ingin diganggu. Jari-jarinya menggenggam ringan sebuah botol yang berisi air hangat, kesukaannya. Bisa membawanya pada perasaan yang baik dipagi hari.

“Pagi. Mika?” Tanya Vania, teman dekatnya.

“Pagi.”

“Tumben banget berangkat pagi.” Vania keheranan dengan tingkah Mika.

“Kalo berangkat siang, telat dong gue.”

“Haha iya juga sih.”

Mika hanya tersenyum singkat menanggapi percakapan tersebut.

“Eh iya, lo belom tau ya?” tanya Vania tiba-tiba memecah keheningan.

“Apa?”

“Oka, sekelas sama kita.”

Mika membeku. Tangannya seketika melemas mendengar ucapan Vania.

“Yaudah biarin aja.” Ucap Mika berusaha terlihat acuh tak acuh.

“Lo gapapa Mik? Kelas 10 kan hubungan lo sama dia gak terlalu baik. Kelas 12 malah ketemu lagi.” Tanyanya khawatir.

Mika mengangguk ringan dan menyimpulkan seulas senyum kecil kepada Vania, berharap semoga bisa melewati setahun ini dengan baik.

Satu per satu anak kelas memasuki ruangan, wajah baru dan suasana baru dirasakan oleh Mika. Ada perasaan sedikit menggebu dalam hatinya sedari tadi. Membuat bola matanya menjelajah ke seluruh penjuru ruangan setiap beberapa menit.

Tepat sepuluh menit sebelum bel, matanya menangkap sesosok laki-laki yang sedari tadi ditunggunya tanpa sadar. Oka. Ia berjalan memasuki kelas dengan napas yang sedikit terengah, tertawa ringan bersama teman laki-laki sebayanya, bercerita bahwa ia takut telat di hari pertamanya, Mika bisa mendengar semua itu dengan jelas.

Sekilas, Mika teringat akan senyum yang sempat ingin ia lupakan,  sekarang akan menjadi santapan matanya setiap hari. Seulas senyum yang membuat otaknya bereaksi kepada kenangan dimasa lalu.

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Secarik Puisi, Gadis Senja dan Arti Cinta
1219      813     2     
Short Story
Sebuah kisah yang bermula dari suatu senja hingga menumbuhkan sebuah romansa. Seta dan Shabrina
Who are You?
1411      636     9     
Science Fiction
Menjadi mahasiswa di Fakultas Kesehatan? Terdengar keren, tapi bagaimana jadinya jika tiba-tiba tanpa proses, pengetahuan, dan pengalaman, orang awam menangani kasus-kasus medis?
Lantas?
41      41     0     
Romance
"Lah sejak kapan lo hilang ingatan?" "Kemarin." "Kok lo inget cara bernapas, berak, kencing, makan, minum, bicara?! Tipu kan lo?! Hayo ngaku." "Gue amnesia bukan mati, Kunyuk!" Karandoman mereka, Amanda dan Rendi berakhir seiring ingatan Rendi yang memudar tentang cewek itu dikarenakan sebuah kecelakaan. Amanda tetap bersikeras mendapatkan ingatan Rendi meski harus mengorbankan nyawan...
29.02
445      238     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari
Kala Saka Menyapa
12236      2889     4     
Romance
Dan biarlah kenangan terulang memberi ruang untuk dikenang. Sekali pun pahit. Kara memang pemilik masalah yang sungguh terlalu drama. Muda beranak begitulah tetangganya bilang. Belum lagi ayahnya yang selalu menekan, kakaknya yang berwasiat pernikahan, sampai Samella si gadis kecil yang kadang merepotkan. Kara butuh kebebasan, ingin melepas semua dramanya. Tapi semesta mempertemukannya lag...
Bulan Dan Bintang
5405      1400     3     
Romance
Cinta itu butuh sebuah ungkapan, dan cinta terkadang tidak bisa menjadi arti. Cinta tidak bisa di deskripsikan namun cinta adalah sebuah rasa yang terletak di dalam dua hati seseorang. Terkadang di balik cinta ada kebencian, benci yang tidak bisa di pahami. yang mungkin perlahan-lahan akan menjadi sebuah kata dan rasa, dan itulah yang dirasakan oleh dua hati seseorang. Bulan Dan Bintang. M...
SATU FRASA
15851      3343     8     
Romance
Ayesha Anugrah bosan dengan kehidupannya yang selalu bergelimang kemewahan. Segala kemudahan baik akademis hingga ia lulus kuliah sampai kerja tak membuatnya bangga diri. Terlebih selentingan kanan kiri yang mengecapnya nepotisme akibat perlakuan khusus di tempat kerja karena ia adalah anak dari Bos Besar Pemilik Yayasan Universitas Rajendra. Ayesha muak, memilih mangkir, keluar zona nyaman dan m...
Asa
4761      1421     6     
Romance
"Tentang harapan, rasa nyaman, dan perpisahan." Saffa Keenan Aleyski, gadis yang tengah mencari kebahagiaannya sendiri, cinta pertama telah di hancurkan ayahnya sendiri. Di cerita inilah Saffa mencari cinta barunya, bertemu dengan seorang Adrian Yazid Alindra, lelaki paling sempurna dimatanya. Saffa dengan mudahnya menjatuhkan hatinya ke lubang tanpa dasar yang diciptakan oleh Adrian...
Under The Darkness
59      56     2     
Fantasy
Zivera Camellia Sapphire, mendapat sebuah pesan dari nenek moyangnya melalui sebuah mimpi. Mimpi tersebut menjelaskan sebuah kawasan gelap penuh api dan bercak darah, dan suara menjerit yang menggema di mana-mana. Mimpi tersebut selalu menggenangi pikirannya. Kadangkala, saat ia berada di tempat kuno maupun hutan, pasti selalu terlintas sebuah rekaman tentang dirinya dan seorang pria yang bah...
IDENTITAS
708      483     3     
Short Story
Sosoknya sangat kuat, positif dan merupakan tipeku. Tapi, aku tak bisa membiarkannya masuk dan mengambilku. Aku masih tidak rela menjangkaunya dan membiarkan dirinya mengendalikanku.