Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dinding Kardus
MENU
About Us  

Wortel, kol, dan seikat kangkung sudah ada dalam karungku. Aku mencurinya dari pasar. Sebenarnya tidak bisa disebut mencuri juga, karena yang kubawa ini hanyalah barang sisa yang tergeletak di bawah meja dagangan para penjual sayur. Biar kusebut sebagai hasil mulung saja. Aku bukan pencuri.

Asep dan yang lain mungkin sedang mandi di sungai sekarang. Aku sengaja tidak ikut dulu, ada sedikit perasaan gundah yang sejak kemarin menghampiriku. Kenangan tentang masa laluku sebelum menjadi seorang pemulung dan anak jalanan.

Entahlah, aku kembali teringat tentang itu ketika melihat seseorang yang mirip sekali dengannya. Dengan seseorang yang pernah tega membuangku. Setelah sekian lama dia membesarkanku. Aku dibuang. Di tengah keramaian kota. Dia meninggalkanku begitu saja. Berpura-pura tidak mendengar suaraku yang merengek memanggil namanya.

Hingga akhirnya Asep membawaku. Dia melatihku untuk hidup keras. Kehidupan yang berbeda jauh dengan yang pernah kualami dulu. Barang yang saat ini kupegang, adalah sesuatu yang pertama kali dia berikan padaku. Karung bekas. Karung yang sering kugunakan untuk memulung.

“Ujang! Ini ada sedikit sisa dagangan.” Kata Bu Marni, seorang penjual daging ayam sambil memberikan sekantong plastik sisa potongan daging dan usus ayam.

“Wah! Hatur nuhun bu!” (Wah! Terima kasih bu!). Jawabku sambil meraihnya.

“Iya sama-sama. Besok-besok lewat sini lagi. Siapa tahu ada sisa lagi, sayang kalau dibuang kan.” Katanya sambil mengusap kepalaku.

“Ehm!” Aku mengangguk.

Mungkin kalau orang lain yang mendengar kata-kata seperti itu akan merasa terhina. Tapi aku tidak seperti itu. Bagiku itu sebuah kebaikan yang tidak boleh kulewatkan. Ini lebih baik daripada aku harus terus-terusan mencuri. Sudah kenyang perutku ini dengan berbagai makanan haram.

Seorang anak kecil dan ibunya pernah membuatku termenung hingga hari ini dengan obrolannya yang tanpa sengaja kudengar.

“Bu, kenapa kita tidak boleh makan dari hasil mencuri?” Tanya si anak pada ibunya.

“Makanan yang kamu makan dari hasil mencuri itu haram, nak.” Jawab si Ibu singkat.

“Terus kalau haram bagaimana, Bu?” Si anak bertanya lagi.

“Kalau kamu makan makanan haram, kamu akan jadi anak yang nakal, doamu tidak akan terkabul, lalu kau akan terbiasa dengan hal buruk lainnya.” Jawab si Ibu dengan mengusap kepala anaknya.

“Aku mengerti Bu.” Si anak tersenyum riang.

Aku melanjutkan memulung. Di karungku sudah ada banyak makanan. Tercampur dengan rongsokan hasil memulung. Tidak apalah, aku sudah terbiasa makan makanan kotor seperti ini. Toh, nanti sebelum dimasak pun pasti dicuci terlebih dahulu. Itu cukup sepertinya.

Kubawa bahan makanan ini ke rumah kardus, lantas memisahkannya dengan rongsokan yang akan kutimbang di rumah Pak Wasid. Ajat pasti bisa memasaknya. Dia sangat pandai memasak. Jangankan bahan makanan seperti ini, rumput pun bisa dia sulap dengan keterampilannya menjadi masakan yang sangat lezat seperti makanan di warteg.

Hasil memulungku hari ini kembali kutabung untuk membeli gerobak. Kata Pak Wasid, tabunganku sudah cukup untuk membeli gerobak kecil yang biasa digunakan penjual baso tahu. Namun aku menolak. Aku tetap ingin berjualan gorengan saja. dan gerobak gorengan biasanya lebih besar dari gerobak tukang baso tahu.

Sebelum kembali ke rumah kardus, aku sempatkan mencari Dani, Asep, dan Ajat. Di rumah ada makanan enak. Mereka harus ikut menyantapnya. Maksudku, aku juga ingin Ajat yang memasaknya.

Di sungai tidak ada mereka.

Aku cari ke kolong jembatan. Mereka tidak ada juga di sana.

Mungkin mereka sudah pulang ke rumah kardus saat aku menimbang rongsokan tadi. Tapi, perasaanku tidak enak. Aku merasa harus melewati jalan pasar. Kuturuti perasaanku. Menyusuri jalanan, bau oleh macam-macam sayuran busuk yang terbawa hujan dan selokan. Khas aroma pasar tradisional.

Keramaian lalu lalang di hadapanku. Tawa dan canda menghiasi kota Bandung yang indah ini. Bagi kami, kota ini memang selalu indah. Apalagi ketika bulan Ramadan datang, banyak makanan gratis yang bisa kami ambil sepuasnya. Bahkan ada juga yang sengaja membagi-bagikan uang. Indah sekali, bukan.

Di pojok pasar ada kerumunan. Aku menghampirinya. Perasaanku semakin tidak enak.

“Ada apa pak?” Tanyaku pada seorang lelaki paruh baya. Entah siapa.

“Tadi ada dua entah tiga orang anak yang ketabrak mobil bak dek. Kelihatannya dia luka parah.”

Aku bergegas merangsek masuk ke tengah kerumunan orang-orang. Perasaanku tidak enak. Aku takut kalau-kalau di antara temanku ada di sana.

Jasad mereka sudah ditutup daun pisang. Katanya mereka tewas di tempat. Aku menangis. Ada tiga orang anak yang menjadi korban ternyata. Aku tahu sandal itu, sandal yang dipakai itu milik Dani.

-----

Aku berusaha mendekat walau dihadang beberapa orang. Aku ingin memastikan, apakah dia teman-temanku atau bukan. Kubuka daun pisang itu perlahan. Warga membiarkanku. Seperti mengerti kalau mereka adalah teman-temanku.

“Jang!” Seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku menoleh ke perlahan. Aku tahu suara itu!

“Asep!” Teriakku sambil kembali menutup jenazah dengan daun pisang.

“Ikut kami, cepat!” Asep menarik tanganku. Membawaku keluar dari kerumunan orang-orang.

Ajat dan Dani sudah menunggu. Entah ada apa.

“Kenapa?” Aku bertanya keheranan.

“Sebelumnya, kau harus janji tidak akan memberitahukannya pada siapa pun.” Ajat menjawab dengan suara yang hampir tidak terdengar.

“Iya, aku janji.” Aku ikut berbisik.

“Begini, mumpung orang-orang pasar sedang sibuk dengan korban kecelakaan itu, bagaimana kalau kita mencuri beberapa ikan dan bahan makanan lainnya?” Ujar Ajat dengan wajah serius.

“Nah, kita bisa mencuri banyak makanan. Lihat, toko-toko sedang kosong, penjualnya ikut mengurusi jenazah itu.” Timpal Dani sambil menunjuk ke arah para korban.

Aku tertawa gelak. Mereka memandangiku sinis.

“Kau tidak mau makan enak?” Asep memukul punggungku.

“Bukan begitu, aku punya banyak bahan makanan. Makanya aku mencari kalian. Ya walaupun seadanya. Tapi ini lebih baik daripada harus mencuri. Bu Marni memberiku sedikit daging ayam. Dan aku mendapat beberapa sisa sayuran yang kupungut tadi.”

“Tapi…” Ajat menahan apa yang hendak dikatakannya.

“Nah, aku mencarimu untuk mengolah makanannya. Kau jago memasak, bukan?” Tukasku dengan menepuk pundaknya. Dia mengangguk.

Semuanya mengikutiku. Kami pulang ke rumah kardus. Aku memiliki uang dua ribu rupiah di kantong celanaku. Kubelikan penyedap makanan untuk Ajat memasak nanti. Untuk pertama kalinya kami akan makan bukan dari hasil mencuri. Biar seadanya, ini lebih membuatku senang. Entah kenapa, tapi perasaan ini muncul begitu saja.

-----

Masakan Ajat selalu nikmat. Apalagi yang kali ini dia masak daging ayam. Sudah lama kami tidak makan daging ayam. Maksudnya daging ayam yang halal. Seringnya, kami makan daging ayam hasil curian dari pasar. Entah dari penjualnya atau pembeli yang lengah dengan belanjaannya.

Sayuran yang kupunya tidak Ajat masak. Untuk nanti katanya. Biasanya kalau ada banyak bahan makanan selalu dimasak semua. Mungkin Ajat sudah mengerti apa yang kuinginkan.

<<<<<>>>>> 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (12)
  • AyPurnama

    @Itikittiy aku masih muda kok kwkwk

    Comment on chapter Rongsokan
  • AyPurnama

    @Itikittiy ikutin terus ya:D

    Comment on chapter Rongsokan
  • Itikittiy

    kak Zar kamu itu emang masih muda atau tipe yang gak mau di pandang tua?

    Comment on chapter Kakak
  • Itikittiy

    lah! bukannya kalian emang udah saling sayang sedari dulu yak? aku doain kalian gak di bully karena masalah kasta ....

    Comment on chapter Pergi
  • Itikittiy

    Benarkah?! aku baru tahu tifus seberbahaya itu. Alhamduliliah aku bisa sembuh dari penyakit itu dulu. tapi malah datang yang baru.lagi gak ada habis nya wkwkwk

    Comment on chapter Dokter Azhar
  • Itikittiy

    ceritanya memang sedih tapi aku lebih banyak berbahagia melihat pertemanan mereka

    Comment on chapter Klinik 24 Jam
  • Itikittiy

    makanan sisa dan gak sehat aku juga gak di buang di beri ke ikan peliharaan. tapi kaliankan lebih mulia masa makannya sama

    Comment on chapter Makanan Halal
  • Itikittiy

    Denden khilaf sesaat lucunya

    Comment on chapter Copet Kecil
  • Itikittiy

    rumput yang higienis karena sudah di masak aku mau coba......

    Comment on chapter Sup
  • Itikittiy

    Terimakasih untuk mebawa ku ke tempat baca yang baru ya Ay

    Comment on chapter Rongsokan
Similar Tags
Phased
6253      1829     8     
Romance
Belva adalah gadis lugu yang mudah jatuh cinta, bukan, bukan karena ia gadis yang bodoh dan baperan. Dia adalah gadis yang menyimpan banyak luka, rahasia, dan tangisan. Dia jatuh cinta bukan juga karena perasaan, tetapi karena ia rindu terhadap sosok Arga, abangnya yang sudah meninggal, hingga berusaha mencari-cari sosok Arga pada laki-laki lain. Obsesi dan trauma telah menutup hatinya, dan mengu...
Cinta Pertama Bikin Dilema
5249      1434     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Bulan Dan Bintang
5423      1404     3     
Romance
Cinta itu butuh sebuah ungkapan, dan cinta terkadang tidak bisa menjadi arti. Cinta tidak bisa di deskripsikan namun cinta adalah sebuah rasa yang terletak di dalam dua hati seseorang. Terkadang di balik cinta ada kebencian, benci yang tidak bisa di pahami. yang mungkin perlahan-lahan akan menjadi sebuah kata dan rasa, dan itulah yang dirasakan oleh dua hati seseorang. Bulan Dan Bintang. M...
ENAM MATA, TAPI DELAPAN
612      383     2     
Romance
Ini adalah kisah cinta sekolah, pacar-pacaran, dan cemburu-cemburuan
Frekuensi Cinta
300      252     0     
Romance
Sejak awal mengenalnya, cinta adalah perjuangan yang pelik untuk mencapai keselarasan. Bukan hanya satu hati, tapi dua hati. Yang harus memiliki frekuensi getaran sama besar dan tentu membutuhkan waktu yang lama. Frekuensi cinta itu hadir, bergelombang naik-turun begitu lama, se-lama kisahku yang tak pernah ku andai-andai sebelumnya, sejak pertama jumpa dengannya.
#SedikitCemasBanyakRindunya
3326      1220     0     
Romance
Sebuah novel fiksi yang terinspirasi dari 4 lagu band "Payung Teduh"; Menuju Senja, Perempuan Yang Sedang dalam Pelukan, Resah dan Berdua Saja.
Tentang Kita
1972      840     1     
Romance
Semula aku tak akan perna menduga bermimpi pun tidak jika aku akan bertunangan dengan Ari dika peratama sang artis terkenal yang kini wara-wiri di layar kaca.
Premium
The Secret Of Bond (Complete)
6459      1485     1     
Romance
Hati kami saling terikat satu sama lain meskipun tak pernah saling mengucap cinta Kami juga tak pernah berharap bahwa hubungan ini akan berhasil Kami tak ingin menyakiti siapapun Entah itu keluarga kami ataukah orang-orang lain yang menyayangi kami Bagi kami sudah cukup untuk dapat melihat satu sama lain Sudah cukup untuk bisa saling berbagi kesedihan dan kebahagiaan Dan sudah cukup pul...
My Sunset
7445      1612     3     
Romance
You are my sunset.
Got Back Together
365      297     2     
Romance
Hampir saja Nindyta berhasil membuka hati, mengenyahkan nama Bio yang sudah lama menghuni hatinya. Laki-laki itu sudah lama menghilang tanpa kabar apapun, membuat Nindyta menjomblo dan ragu untuk mempersilahkan seseorang masuk karna ketidapastian akan hubungannya. Bio hanya pergi, tidak pernah ada kata putus dalam hubungan mereka. Namun apa artinya jika laki-laki hilang itu bertahun-tahun lamanya...