Buat apa tunggu Valentine
Kalau setiap saat gua mampu
memberikan kasih sayang sama lo..
karena Kasih Sayang itu bukan setiap tanggal 14 Febuari
tapi setiap saat.
*****
Hari ini bertepatan dengan tanggal 14 Febuari, dimana hari ini disebut sebut sebagai hari kasih sayang atau lebih kidz zaman now nya Valentine. Seisi sekolah membicarakannya, bahkan disetiap koridor koridor banyak dari kaum hawa yang menyebut sebutkan tentang hari ini.
Tidak ada beda nya dengan kelas Gladys saat ini, beberapa orang banyak bersorak mendapatkan sesuatu dimeja mereka dan ada pula yang menciekan hasil pemberian itu. Rika dan Beska turut hadir, mengungkapkan kegembiraan mereka yang mendapatkan pemberian yang katanya dari kakak senior, entahlah siapa Gladys tidak diberi tahu sama sekali.
Jangan tanyakan Gladys, dia juga ikut diberikan berbagai hadiah dari perayaan Valentine ini, sebenarnya dia tidak terlalu ikut serta tetapi kalau dikasih kan harus berterima kasih dan jelas harus menghargai. Beberapa orang juga ada yang secara terang terangan memberikan, salah satunya Bondan teman sekelas Gladys yang karena ulahnya saat ini mereka menjadi bahan pembicaraan dikelas. Meskipun tergolong anak baru namun pemberian hadiah untuk Gladys cukup banyak didapatkan untuk kategori itu.
“Dari ceritanya si Brandal mengejar cinta nih. Oh keren deh kalau buat film gitu“ sahut Rika ikut bersorak menggoda Gladys dan Bondan. Keduanya memang tidak terlihat bersama, namun Gladys tahu bahwa beberapa cowok dikelas ini sering ketangkap basah memerhatikannya hanya saja dirinya tidak pernah menceritakan, salah satunya sih Bondan.
“Asik!!! Kalau cinta lokasi gini, kami dapat PJ dong yah“ kembali Beska ikut dalam menggoda Gladys tanpa lupa menyenggol lengan Gladys hingga bertubrukan dengan Bondan yang masih berada disamping Gladys.
Suara deheman menghentikan suasana kelas menjadi tentram, Gladys mengalihkan tatapan nya sama seperti yang lainnya. Dan sebuah musibah seakan menimpanya ketika melihat Rafto bersandar dipintu kelas dengan melipatkan kedua tangannya.
“Kenapa Ribut?“ semua terdiam, tidak ada yang mau membuka suara terkecuali... “Gladys kak cinlok sama Bon—“ Beska yang ingin menyebutkan nama nya terasadar ketika Gladys langsung menginjakkan kakinya sehingga Beska menghentikan dan sontak menutup mulutnya.
“Gladys dan?“ tanya Rafto menaikkan sebelah alisnya seakan mengitimidasi, berjalan dengan kedua tangan berada di saku nya, yang menghalangi jalan perlahan mundur untuk memberikan jalan untuknya.
“Dari siapa?“ lagi lagi Rafto bertanya tepat didepan wajah Gladys, mengangkat beberapa batang coklat, surat dan kotak berhiaskan pita setelah mengambilnya dari tangan gadisnya. “Yutha, Rochan, Kelvin, Joki, Bondan, Mike“ sambung Rafto menyebutkan nama yang tertera dari pemberian tersebut.
Rafto mengangguk “Ini simpan, hargai pemberian orang itu wajib“ Rafto meletakkan diatas meja dan memasukkan nya kedalam tas nya Gladys. Beralih ke tasnya, mengeluarkan semua isi didalam tasnya yang bukan keperluan sekolah. “Itu?“ tanya Gladys melemparkan tatapan ke Rafto.
“Gak tau dari siapa, ini buat kamu aja. Aku gak suka coklat, biar gendut“ jelas Rafto diakhir kalimat membuat seisi kelas yang menyaksikan menahan tawa, tetap dengan posisi menyaksikan hal yg tidak pernah mereka dapatkan sekalipun. Sementara Gladys menatap kesal kearah Rafto yang mengeluarkan semua isi dalam tasnya.
“Terus dari lo mana?“ Rafto memberikan pelototan membuat Gladys menutup mulutnya dan mengoreksi perkataan nya. “Eh maksudnya hadiah dari kamu mana untuk aku?“ tanya Gladys memperjelas.
“Buat apa tunggu Valentine. Kalau setiap saat aku mampu memberikan kasih sayang. karena Kasih Sayang itu bukan setiap tanggal 14 Febuari tapi setiap saat.“ jawab Rafto menyengir, membuat seisi ruangan takjub melihat seorang Rafto dapat mengeluarkan gombalan nya. “Kalau kamu mau apa aja, aku juga bakal kasih kok“ sambungnya.
“Serius? “Rafto mengangguk.
“Kalau gitu berhenti jadi sok romantis dan keluar“ perintah Gladys menatap malas seraya menunjuk kearah pintu kelas. Rafto terkekeh sambil mengangguk, mengusap kepala Gladys seraya meninggalkan kelas yang langsung mengeluarkan jeritan hebohnya. Rafto tersenyum sekilas, kemudian kembali memasang wajah dinginnya. Dia akan menunggu Gladys yang akan mengambek dan menceritakan kekesalannya. Rafto benar benar bahagia dibuatnya.
“Jadi, lo ada hubungan apa sama kak Rafto?“
“Adek kakak–an gitulah“ jawab Gladys malas, meletakkan lembaran surat dan barang kecil lainnya kedalam kotak kotak dan meletakkan dibawah laci meja. Sudah pasti setelah ini dia akan diberikan banyak pertanyaan, dan pastinya membuat beberapa kaum adam yang memberikannya hadiah menjadi ciut.
*****
“Jadi katanya kamu mau hadiah kan? Buka dalam mobil“ perintah Rafto. Gladys menaikkan sebelah alisnya, dia sudah terlalu kesal dibuat dan Rafto tidak memiliki rasa bersalah sama sekali terhadapnya.
Seketika kekesalan Gladys hilang, melihat 1 buket bunga besar dan boneka panda yang berukuran jumbo memenuhi mobil bagian belakang tersebut. Gladys meraih bunga tersebut, dan menoleh kearah Rafto yang sibuk dengan handphone nya.
“Ini pasti dari orang lain, mustahil keknya kalau lo yang ngasih“ Rafto menatap tidak suka, dia sudah mengatakan sebelumnya bahwa tidak ada percakapan yang menggunakan LO-GUE. Dan Gladys terlalu sering untuk mengatakannya.
“Terserah“ jawab Rafto masuk ke kursi kemudi, melanjutkan kesibukannya memainkan handphone. Gladys tersenyum pasrah, masuk kedalam mobil dan meletakkan buket bunga tersebut bangku penumpang belakang.
“Lo gak perlu kayak gini. Gua udah bilang kan berhenti bersikap romantis sama gua. Gua gak mau nyakitin lo, dan lo tahu sendiri kalau gua masih sayang sama Hans. Kalau lo kayak gini itu jadi buat gua merasa bersalah seakan jadikan lo pelampiasan perasaan gua. Gua mohon, Raf. Berhenti anggap gua spesial“ ucap Gladys menggenggam tangan kiri Rafto yang menggantung. Rafto menatap dalam Gladys penuh dengan harapan dan tanpa jelas kekecewaan didalam dirinya.
“Gua tahu, seberapa besar lo cinta sama dia. Tapi dys, biarkan gua berjuang dan yang gua mau lo cuma duduk diam aja. Gua sayang sama lo—“
“Rafto, jangan gini. Kumohon, gua seakan jahat nyakitin perasaan lo. Gua hargai lo yang sayang sama gua. Tapi lo tahu sendiri, sulit buat gua ngelupain dia. Dia yang selalu nemani gua, dan nyemangati gua 3 tahun.“ Rafto menarik tangan nya yang digenggam oleh Gladys, beralih mengusap rambutnya hingga membanting kepala nya pada stir mobil berkali – kali.
“Rafto, cukup hentikan. Berhenti sakiti dirimu“ perintah Gladys yang berusaha menghentikan tindakan Rafto yang membanting kepala menyentuh stir. “RAFTO“ teriak Gladys menghentikan Rafto hingga menatap kemanik mata cowok tersebut.
“Dengarin gua!! Lo gak perlu bertindak seperti itu. Sadar Rafto, gua hargai lo sebagai sahabatnya Hans. Tetapi Maaf, gua belum bisa nerima lo. Hati gua belum sanggup nerima orang baru, karena hati gua masih sama dia“
Rafto meletakkan tangan nya diatas tangan Gladys yang menggenggam tangan kirinya. “Kasih gua kesempatan. Gua udah bilang, lo cuma duduk diam aja dan biarkan gua yang berjuang sendiri. Gua gak akan maksain lo buat lupain, Hans. Karena gua sadar, dia juga orang yang pernah ngebahagiakan lo. Dan gua sangat mohon kasih kesempatan gua“ jelas Rafto.
Ini adalah percakapan terpanjang yang diucapkan oleh Rafto kepada Gladys. Sebuah mukjizat yang diberikan atas perubahan dalam diri Rafto. “Gak mudah. Gua gak sanggup untuk patah hati untuk kedua kalinya lagi“ Rafto tersenyum mengangguk.
“Dan gua yang akan menjadi penyembuhnya“
*****
Gladys membuka dan membaca satu persatu surat yang ada didalam tasnya, terkadang dia menghirup surat tersebut yang menghasilkan berbagai ragam bau yang sedap untuk dirasakan. Dia terkadang heran melihat orang-orang yang dengan tekad kuat memberikan surat dengan untaian kata disertai dengan nama pengirim. Berbeda dengan dia yang bahkan dulu bersama Hans – kekasihnya – memiki rasa malu untuk mengungkapkan apa saja.
“Ini kok harumnya paling beda yah? Lebih alami.. emm.. green tea deh“ ucap Gladys menoleh keorang disamping nya yang menganggukkan kepala nya tanpa mengalihkan pandangan nya dari televisi. “Disini juga gak ditulis nama pengirimnya. Kira kira siapa yah?“ sambung Gladys membaca isi surat tersebut dengan seksama. Lalu menatap heran lagi lagi ke manusia yang sedang diajaknya bicara.
“Kan udah aku bilang gak penting juga“ Rafto menjawab pertanyaan Gladys setelah meraih kucing anggora putih nya yang sejak tadi bergelut dikakinya. “Namanya juga menghargai pemberian orang, tapi dari wangi nya keknya kenal“
“ Semua orang juga punya kali parfum yang sama“
“Iya sih, gak usah sensi juga kali jawabnya“
“Dih, siapa yang sensi“ Rafto menaikkan sebelah alisnya
“LO!“ tuduh Gladys.
“Kok gua LO lah!“
“LO!“
“LO!“
Dan sebuah pertengkaran kecil lagi lagi terjadi diantara keduanya.