Jika kita dipertemukan
Untuk kedua kalinya
Hanya 2 alasan yang pasti untuk pertemuan ini.
Kebetulan atau memang kita ditakdirkan bersama.
*****
Unknown
BAB 3 ? Amanah dan Janji ?
“Karena lo baru 1 bulan lebih disini, dan 1 minggu libur total pastinya lo gak akan tahu siapa mereka? Ditambah lagi lo orangnya cuek, cuma berada disekeliling orang yang lo kenal aja“ jelas Rika seraya meletakkan makanan yang baru saja dipesan nya, duduk dihadapan Gladys yang juga ikut memesan menu yang sama.
“Mereka anak Famous disekolah ini. Yang ngomong campur aduk itu namanya Falindras Fransiskus, panggilannya indra cuma anak AMAKER panggil dia Frans atau gak tikus, Franstikus gitulah kata mereka. Yang kedua ngomong itu namanya Gabriel Bagas Dimantar anak pemilik yayasan ini, memang terkadang anak nya jahil, masih normal lah dibandingkan Kak Indra“ jelas Beska menyeruput minum nya hingga setengah, kemudian ke posisi awalnya memegang garpu dan sendok.
“Yang mata nya tajam itu, waktu itu dibilang ketua. Nah, dia ketua Osis sekaligus ketua kelompok mereka gitulah, soalnya dia di Band mereka kan fokalis. Tunggu deh, jangan jangan lo juga gak tahu kalau mereka anak Band?“ jelas Beska kembali yang dilanjutkan dengan bertanya kepada Gladys.
“Itu sih aku tahu, soalnya pernah aku ke Cafe dan mereka lagi nampil gitu“ jawab Gladys membuat Beska dan Rika melemparkan tatapan kemudian beralih ke Gladys kembali. Gladys ingat bangat saat itu, hari kedua dimana dia memutuskan untuk menutup hati dari cowok karena sakit hati, tapi ternyata pemikirannya salah.
“Lo pernah lihat mereka Ngeband? Wow banget, kita aja gak pernah lihat mereka Nge-band. Soalnya kata mereka itu Privacy, jadi gak pernah di publish gitu. Jadi beruntung banget orang yang gak sengaja lihat mereka perform gitu“ celetuk Rika. Yang mendengar nya langsung mengentikan makan begitu pula dengan Beska.
“Eh itu mereka“ tunjuk Beska kearah pintu masuk kantin. Dengan Gladys dan Rika ikut mengalihkan pandangan mereka kepada yang diberitahukan oleh Beska. Ketiganya bahkan bisa dikatakan seisi ruangan melihat kearah mereka yang mengedarkan pandangan keseluruh tempat, seakan mencari seseorang.
“Nah, itu dia disana“
Beska, Gladys dan Rika saling menoleh kebingungan satu sama lain. mengusir pikiran bahwa rombongan anak AMAKER menunjukkan kepada mereka yang dimaksudkan. Kembali ke kesibukan awal, tanpa membicarakan hal yang bersangkutan dari cowok yang dibicarakan. Karena sadar, jika itu terjadi maka nasib mereka tidak akan berakhir baik.
Dan begitu bersyukur ketika yang dimaksud tidak ada salah satunya diantara Gladys, Rika ataupun Beska. Tetapi dengan satu keganjalan, sebuah kertas Note biru terletak diatas meja hingga membuat Gladys menolehkan kepalanya kebelakang. Merasakan bahwa Gladys menanyakan maksudnya, Indra tersenyum menganggukkan kepalanya, mengatakan bahwa itu dari dirinya.
“Pulang sekolah diparkiran“ baca Gladys setelah mengambil kertas tersebut dengan Rika serta Beska melemparkan tatapan kebingungan, Gladys yang tidak mengerti maksud yang tertulis hanya mengedikkan bahunya cuek.
*****
Mungkin, sudah terhitung 15 menit sejak kelas nya berakhir, Gladys sudah berada diparkiran yang hanya bersisakan motor mewah dengan 1 kendaraan mobil. Dia berada disana sendirian, meskipun Beska dan Rika sudah menawari untuk menemani, namun Gladys menolak karena takut untuk merepotkan.
Setelah sadar bahwa baginya sedang dikerjai, Gladys melangkahkan kakinya. Baru saja 2 langkah, cahaya yang menyengat yang disengajakan untuk mengenainya membuat Gladys menghentikan langkahnya. Sejenak ia melihat dering dihandphone nya yang memberitahukan alarm Les Bahasa inggrisnya, dan saat bersamaan cahaya itu berada dihandphone nya seakan memberikan petunjuk.
Gladys mengedarkan pandangannya, mengikuti kearah asalnya cahaya yang ini berasal dari ruangan dengan jendela yang setengah terbuka. Lambaian tangan seakan memanggil membuatnya menyadari bahwa yang melakukan adalah orang tersebut hingga Gladys menghampiri.
“Lewat pintu samping atuh neng“ Gladys menghembuskan nafas pasrah, berjalan kearah bagian ruangan yang menghadap kebelakang, membuat jauh dari pandangan orang lain. belum saja mengetuk, pintu sudah dibuka dengan cengiran khas dari Indra. “Emm.. ada apa ya kak?“ tanya Gladys langsung membuka suara.
“Masuk dulu dek.. tenang, kami gak akan macem macem kok“ perintahnya membuat Gladys terdiam, Kami? Sebutan untuk orang yang lebih dari dua, sudah berarti bahwa yang berada diruangan adalah sahabatnya semua.
“Udah, Hayuk buruan“
“eh, iya“
1 kata yang cocok untuk dijabarkan dengan ruangan ini, KEREN. Membuat Gladys takjub dengan kombinasi perpaduan bentuk ruangan yang minimalis dengan bertemakan seorang cowok. Ruangan yang terlihat kecil, terasa besar dan begitu nyaman untuk dihuni. Cuma satu, Gladys gak suka dengan aroma nikotin diruangan ini meskipun dipadukan dengan aroma maskulin pemilik parfum itu.
“Eh, Tante... Matiin tuh rokok lo“ Yang disebutkan hanya membalas dengan decakan, tanpa lupa tatapan sinis nya seraya mematikan asap rokoknya. Gabriel yang seakan paham ruangan masih berbau nikotin menghidupkan pendingin ruangan yang menggantikan aroma nya dengan harum kopi.
“Lo kedalam ruangan aja! Yang menunggu lo ada didalam“ perintah Gabriel membukakan pintu, sehingga Gladys melangkahkan kakinya masuk keruangan. Mengalihkan 2 cowok menghadap kearahnya. “Gua cabut ya, bro. Fighting!“ Gladys tidak mengenal cowok tersebut, yang dikenali hanya pemilik mata tajam itu, melanjutkan permainan tangan nya pada tiap tiap tuts.
“Mau sampai kapan berdiri disana“ suasana yang sudah dibuat sejuk, bertambah dingin dengan ucapan orang yang berbicara. Gladys menganggukkan kepala nya, mengambil tempat duduk yang sempat diisi oleh cowok yang baru saja keluar dari ruangan ini. “ Nama lo Gladys Ariska, kan? “Rasanya tidak membutuhkan jawaban, Gladys rasa orang yang bertanya sudah mengetahui siapa namanya.
“Gua Rafto Harris Birgansyah. Mulai detik ini lo Gladys Ariska, jadi milik gua“ ucapnya seakan memerintah, Gladys benar benar dibuat terkejut mendengar penuturan tersebut. Bukan seperti pengungkapan rasa yang dia miliki namun ini adalah sebagai sebuah kata pemaksaan, sangat berbeda dari Hans yang terkenal dengan tipikal Romantisnya. Belum terjawab dengan kebingungannya, Rafto memberikan sebuah kertas berwarna merah kearah Gladys.
Kalau lo mau tahu, perempuan yang membuat gua gila hingga menyerahkan segala nya buat dia. Gua akan memberitahukannya, dia Gladys Ariska sesosok Periang yang membuat gua bahagia. Dan gua minta satu hal sama lo, jaga dia, karena dia berharga buat gua. Gua gak minta lo jadi pacarnya, karena sadar kalau rasa gak bisa dipaksakan. Tapi aku hanya minta anggaplah dia sebagai amanah dari gua. Gua sayang sama dia sama seperti sayang nya gua ke lo dan yang lainnya. Sampaikan salam perpisahan dariku. – Hans
“Urusan lo sama gua udah selesai. Sekarang lo boleh pergi“
“Tunggu, tapi kenapa lo bisa kenal sama Hans?“
“Bukan urusan lo“ jawaban ketus itu membuat Gladys menghela nafasnya kasar, menatap tidak suka orang didepannya. Dan kenapa Hans harus memiliki hubungan dengan orang sejenis ini, berjauh dari dirinya yang tipikal cerewet dengannya.
Gladys tidak melanjutkan memberikan pertanyaan, dia membalikkan tubuhnya membuka pintu dan menghilang dari ruangan berhawa dingin itu. Menghampiri suasana yang dipenuhi dengan kegirangan dan kekonyolan.
“Ngapain aja si kutub?“ tanya Indra menghentikan tawanya, bangkit dari duduknya seraya menyerahkan minuman kaleng kearah Gladys yang diterima perempuan itu dengan senyuman. Gladys mengangkat kedua bahunya, lalu meneguk minuman tersebut menetralkan tenggorokkan nya.
“Dapat orang itu dari mana sih? Kelakuannya sinting kali.“ celetuk Gladys seraya tersenyum miring mengingat hal yang baru saja terjadi menimpanya. Seakan dirinya berada disebuah mimpi buruk, orang yang dilihat nya di Cafe berbeda ketika dirinya harus bertatap muka langsung. HELL, wajah gak menjamin dengan jati dirinya.
“Maklum aja“ sahut Gabriel menggantung ketika dirinya melirik kearah jam nya yang sudah menunjukkan pukul 4 sore. “ Udah sore, lo gak pulang “Sambungnya bertanya.
“Oh, Astaga! Ada les, Thanks minuman nya“ ucap Gladys berlari keluar dari ruangan sambil berteriak sementara yang menyaksikan hanya mampu menggelengkan kepala nya heran.
“Menarik“
PUK! “AWW“ Indra langsung mendapatkan lemparan yang mengenai kepalanya, lemparan kaleng yang berasal dari Rafto. Tanpa mereka ketahui, Rafto sudah keluar bahkan berdiri didepan pintu semenjak Gladys melangkahkan kakinya keluar dengan berlari.
“She is Mine“ Rafto keluar setelah mengucapkan tiga kata itu, mengatakan sebuah kesepakatan bahwa yang sudah menjadi milik nya, tidak akan dia biarkan seorang pun untuk menyentuhnya apalagi mengambilnya.