Setelah dinyatakan resmi pernikahan kami, orang-orang pun bertepuk tangan dengan meriah dan meminta agar mempelai pria mencium mempelai wanita. Akupun terkejut dengan apa yang aku dengar, orang-orang meminta pria asing ini untuk menciumku. Ingin rasanya aku berteriak. Akupun melirik wajahnya untuk melihat ekspresinya, tapi yang aku lihat dia hanya berekspresi datar dengan sedikit menyunggingkan bibirnya.
Kemudian tanpa kusadari ia mendekat kearahku. Ia pun meraih kedua tanganku dan menarik tanganku agar tubuhku dekat dengan tubuhnya. Tanpa melepaskan tanganku ia mulai mendekatkan wajahnya ke wajahku, aku bisa mencium aroma wangi dari tubuhnya. Saat wajahnya dekat dengan wajahku, aku sangat gugup sekaligus takut apa ia akan benar-benar akan menciumku. Jantungku berdegup kencang tak karuan, aku hanya bisa mengigit bibirku dan menahan nafasku saat wajahnya yang cukup dekat dengan wajahku.
Aku bisa melihat wajahnya yang tampan dan tampak tenang tidak terlihat wajahnya sedang gugup ataupun bingung. Orang-orang pun semakin keras menyoraki kami, ia pun semakin mendekatkan wajahnya. Aku menutup mataku dengan rapat dan menggenggam tanganku erat.
Aku merasakan bibirnya mencium pipi kiriku, cukup lama ia mencium pipiku. Lalu saat aku merasa ia sudah menjauhkan bibirnya dari pipiku, akupun membuka mataku sebelah untuk melihat apakah ia sudah menjauhkan wajahnya dari wajahku. Ternyata wajahnya masih sangat dekat dengan wajahku, akupun terkejut dengan sedikit melangkah mundur. Ia tersenyum manis kearahku, tapi menurutku senyum itu seperti mengejekku. Ia pun mendekatkan wajahnya lagi ke wajahku dan berbisik ditelingaku
“Kenapa kau sangat terkejut?” bisiknya ditelingaku dengan tertawa kecil
Aku hanya diam tanpa mengatakan apapun dengan wajah tidak percaya apa yang ia katakan padaku.
“Apakah kau mengharapkan sesuatu yang lebih nona?” tanyanya padaku dengan sedikit tertawa kecil
Saat aku ingin mengatakan sesuatu ia langsung mencium pipiku kananku. Aku membulatkan mataku dan mengerjapkan mataku tidak percaya apa yang ia lakukan tadi, apa ia sedang mempermainkan aku. Setelah mencium pipiku tadi ia langsung pergi menuju teman-temannya berkumpul. Setelah ia pergi, aku juga pergi menuju tempat keluargaku berkumpul, dengan cepat aku berjalan kearah keluargaku.
Aku berbincang-bincang dengan keluargaku sambil bercanda dan ada beberapa tamu yang mendatangiku untuk memberikan ucapan selamat atas pernikahanku. Aku hanya membalas dengan mengatakan terima kasih dan tersenyum.
Tidak terasa sudah 1 jam acara berlangsung, akupun mulai merasa lapar karena belum sarapan dari tadi pagi. Lalu aku pergi menuju tempat makan yang telah disediakan, saat berjalan kearah sana aku melihat laki-laki yang menjadi suamiku berkumpul dengan teman-temannya. Dia mengundang teman-temannya di acara pernikahan kami tapi aku hanya mengundang beberapa teman dan sampai saat ini pun aku tidak melihat teman yang aku undang untuk datang di acara pernkahan kami. Aku tidak terlalu berharap mereka datang ke acara pernikahan ini karena aku juga terpaksa mengundang mereka. Aku masih belum siap teman-teman aku tahu kalau aku sudah menikah.
Sesampainya ditempat makanan yang tersaji, aku langsung mengambil piring yang sudah disediakan. Saat memilih makanan aku mengambil cukup banyak nasi maupun lauk yang ada. Setelah selesai memilih makanan akupun menuju meja kosong untuk makan. Sampainya dimeja kosong tadi aku duduk dan saat ingin memakan makananku, ada seseorang yang duduk disampingku. Ternyata orang itu adalah laki-laki yang menjadi suamiku
“Kenapa ia harus duduk disampingku?” Tanyaku dalam hati. Aku hanya diam tanpa menghiraukan dia yang duduk disampingku
“Apa kau sendirian?” tanyanya padaku
“Apa kau tidak lihat aku sendirian kenapa harus bertanya lagi” jawabku
“Iya aku tahu kau sedang sendirian. Tapi dari tadi yang aku lihat kamu hanya sendirian dan hanya bersama dengan keluargamu, aku tidak melihat kau bersama teman-temanmu. Apa kau tidak mengundang teman-temanmu ke acara pernikahan ini? Bukankah ini acara yang penting bagaimana bisa tidak ada satupun teman kau yang datang?” Tanyanya lagi penasaran
“Aku mau undang teman aku atau enggak itu bukan urusan kamu. Mereka mau datang atau enggak itu juga bukan urusan kamu. Sekarang sebaiknya kamu pergi dari sini atau diam duduk manis gak usah tanya apa-apa karena aku mau makan. Okee?” Jawabku dengan nada kesal sedikit menahan marah
“Kamu itu gak bisa diajak bicara ya, dikit-dikit bawaannya marah. Orang cuma tanya juga.” Sahutnya sedikit kesal
“Terserah kamu mau bilang apa tapi yang pasti saat aku makan jangan ajak aku bicara.” Jawabku dengan sedikit ramah
“Ya sudah makan aja aku gak bakal ganggu.” Sahutnya padaku sambil mengambil ponsel yang ada dikantong celananya
Aku langsung makan makananku setelah ia berhenti bicara. Dengan perlahan aku makan sambil sesekali melihat ia yang masih duduk disampingku tanpa berbicara apapun. Ia memainkan ponselnya dengan sangat tenang.
“Apa kau tidak makan?” Tanyaku dengan malas
“Aku sudah makan bareng teman-teman aku tadi.” Jawabnya tanpa mengalihkan wajahnya dari ponselnya