Diantara keriuhan dan keramaian festival tanabata Aika berkali-kali berjinjit serta mendongakkan kepala supaya dapat melihat lebih tinggi wajah orang-orang di sekitarnya. Walaupun sering kali terdorong arus para pengunjung dirinya masih mengejar sebuah bayangan yang hampir tak terlihat dimatanya.
Dalam pikirannya ia kembali mengingat sesuatu yang hampir terlupakan. Jika dua tahun yang lalu ia pernah mengalami amnesia disosiatif hingga berada di rumah sakit untuk perawatan serta melakukan hipnosis untuk mengingat kembali siapa dirinya. Sayangnya ia tak dapat mengingat kejadian yang membuat dirinya trauma. Sekarang ia sadar bahwa dirinyalah yang sebenarnya menolak untuk mengingat penyebab amnesianya. Pihak Exters tak pernah melakukan penghapusan ingatan mengenai hal itu padanya. Dan Yuuki hanya membuat dirinya supaya lebih tenang dan tertidur dengan kemampuannya, ia tak pernah tega untuk menghapus ingatan adik yang disayanginya.
Bayangan demi bayangan dari memorinya yang telah lama terkubur entah di mana kini telah muncul kepermukaan. Meski dadanya terasa berat untuk bernapas dan matanya mulai buram oleh air mata dirinya masih terus mencari. Tak ingin melewatkan sedikitpun waktu seperti yang telah dilewatkannya selama ini. Dia menungguku. Selama ini. Pikirnya.
Kini bayangan yang dirinya cari telah benar-benar menghilang dari pandangannya.
Lelah mencari dan hampir putus asa, Aika berteriak ditengah orang banyak, “Haru!!!” dengan kerasnya. Tetapi tidak ada seorangpun yang datang padanya. Orang-orang yang menoleh padanya kemudian kembali berlalu lalang. Menunggu peluncuran kembang api yang akan dilakukan beberapa menit kemudian sembari berjalan mencari tempat terbaik untuk melihatnya.
Saat itu Aika merasakan insting dan perasaannya bekerja dengan sendirinya dalam keadaan maksimal. Dan ia terkejut akan sesuatu. Refleks tangannya yang kecil itu meraih bagian ujung belakang pakaian seseorang yang berjalan melewati di sampingnya. Walaupun sedikit berbeda tapi aku tau ini kau... batinnya mengingat bau pakaian dan punggung yang pernah pergi menjauh darinya.
Tapi kalau seperti ini bukankah sebenarnya aku yang selama ini telah pergi? Jadi...
“Tadaima, Sei.” Ucapnya dengan tangan yang masih memegangi pakaian seorang pria di depannya.
“Okaeri.” Pria itu menoleh sembari tersenyum padanya.
Angin musim panas berhembus. Meniup kertas-kertas harapan para pengunjung serta hiasan-hiasan pohon bambu sepanjang jalan diadakannya festival tanabata.
Di salah satu ranting yang berdekatan itu dua buah harapan tertulis,
Masa lalu akan terus melihat masa depan. Karena, bukankah masa depan membutuhkan masa lalu supaya ia ada? Aku harap kita bisa bertemu di sana, di masa depan.
Aku tidak akan lagi menunggu waktu yang tepat. Sebaliknya, aku akan membuat waktu menjadi tepat. Untuk mencarimu lalu bertemu denganmu.
Malam itu langit musim panas cerah dan bintang vega, bintang altair, serta bima sakti terlihat dengan jelas. Seperti dalam dongeng tanabata, malam ini kawanan burung kasasagi merentangkan sayap mereka, membentuk sebuah jembatan untuk mempertemukan Orihime dan Hikoboshi di atas sungai Amanogawa yang memisahan keduanya.
###
Di sebuah pemakaman seorang anak lelaki berjalan sembari mencari sesuatu dengan menengok ke sekeliling. Lalu berlari kecil ke arah seorang anak lelaki yang lain sambil tersenyum lega.
“Kau di sini rupanya. Aku mencari berkeliling dan memanggilmu.” Kata si anak lelaki pertama.
“Sudah tau. Suaramu berisik sekali tadi!” Kata anak lelaki kedua melihat arah belakang tanpa melihat lawan bicaranya.
“Apa yang kau lihat?” anak lelaki pertama ikut melihat ke mana mata teman bicaranya tertuju.
“Tidak ada.” Katanya kembali melangkah diantara nisan makam.
“Sepertinya kau juga akan pergi ke suatu acara pemakaman di tahunmu. Siapa yang meninggal? Pakaianmu itu_”
“Ya, ampun, diamlah.”
Anak lelaki pertama tersenyum masam, tapi tanpa sadar ia telah melanjutkan, “Wah, ke mana perginya nenek? Dia kembali lebih dulu, ya?! wajahnya juga tampak sedih, ada apa dengan nenek?” tanya si anak lelaki pertama tanpa memperhatika lawan bicaranya yang sudah mulai geram.
“Berhenti memanggil adikku nenek! Mao itu baru 13 tahun dan masih cengeng.”
“Iya, iya. Baiklah. Oh! hey, apa kau baru saja bertemu lagi dengan anak lelaki yang kita bawa ke rumah sakit masa depan itu? Aku heran kenapa kau mau melakukannya. Karena insiden yang terjadi padanya Exters ditutup dan menjadi agen travel wisata biasa, lalu kau menolongnya dan membuatnya hidup kembali?! Apa kau memang berniat mengubah takdir anak lelaki itu?”
“Benar-benar mirip Mao! Lagi pula sebelumnya dia memang belum mati.” gumam si anak lelaki kedua geram. “Hei, You, kau sudah melihatnya , kan?! sekitar dua jam yang lalu saat kita baru sampai dirumah sakit itu? bagian bawah tubuhku?”
Dia mengingat-ingat, “Tentu saja, itu peristiwa menarik yang menegangkan sekaligus seram! Kau mengambang! Oh, maksudku tembus pandang! Tunggu,” katanya menghentikan langkah dan berpikir, “jadi maksudmu kau akan menghilang jika kita tidak melakukannya?” tanya anak lelaki pertama polos.
“Bodoh sekali kau baru mengerti situasinya sekarang.”
“Kalau begitu aku juga?”
“Haahhh.... sudahlah, cepat kau temukan apa yang kau cari dan segera kembali ke masamu. Dan jangan pernah lagi menggunakan mesin waktuku atau mendekati lotengku! Itu privasi!!”
“Ch! Kau sendiri yang membuatnya. Kalau sudah dibuat kenapa tidak boleh dipakai?!!” You melihat lawan bicaranya sambil mendengus kesal, dengan pandangan dingin dari lawan bicaranya yang tampak ia kenal. “Apa?! Saat ini kita ada diumur yang hampir sama, tau! Hey, jangan mengabaikanku, tunggu!” katanya berjalan mengejar dengan masih terus berbicara.
“Kau ini, sebenarnya umurmu baru 14 tahun, kan?! Kau mungkin bisa menipu orang lain tapi tidak padaku.” kata anak lelaki kedua dengan tatapan dingin, “berhenti mengikutiku! Sana pergi sendiri!”
“Huh! Dasar! Memangnya kenapa kalau aku baru 14 tahun?! Cuma selisih 3 tahun apa bedanya? Tadi aku kan sudah membantumu, berterimakasihlah sedikit!”
“Berisik. Memangnya siapa yang tadi menawarkan diri dengan memaksa?!”
“Ternyata kau bisa banyak bicara juga. Apa mengobrol denganku terasa menyenangkan? perangaimu itu buruk, pasti sedikit yang mau mengobrol denganmu, kan? Apa kau punya teman? Kakek...” kata You menggoda.
“Dasar bocah sialan!”
Dan perdebatan kecil itu masih terus terjadi hingga keduanya saling memasukkan roda gigi kecil pada jam saku mereka masing-masing dan menghilang. Berpisah diantara sepinya pemakaman yang berkabut serta matahari yang mulai memperlihatkan diri menggantikan fajar seutuhnya.