Read More >>"> Kaichuudokei (Chapter 6: Okaeri) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kaichuudokei
MENU
About Us  

Tahun 2141, agustus.

            Dengan agak cemberut Aika berjalan di belakang Haru dan menatap punggungnya malas. Dirinya bisa saja diam-diam pergi meninggalkan anak lelaki itu. Toh, di tempat keramaian seperti ini dia bisa menghilang dengan cepat tanpa disadari. Kalau saja bisa, dia sudah melakukannya sejak beberapa jam yang lalu. Tapi demi mengetahui keberadaan ayahnya, ia menahan diri.

            “Kita sudah berada di taman hiburan ini selama dua hari berturut-turut. Memangnya tidak bosan? Pergi ke tempat lain saja.” Kata Aika malas.

            “Tidak membosankan sama sekali. Kita bahkan belum mencoba semua wahana di sini.” Haru terlihat masih bersemangat. Dan gadis itu hanya mendesah kecil, menyerah.

            “Hei, Haru, kau benar-benar tidak tahu malu, ya? Lakukanlah sesuatu dengan pakaianmu. Itu terlihat, bagaimana aku mengatakannya?! Tidak pantas dan ketinggalan jaman?!” gadis itu memandangnya ogah-ogahan. Padahal pakaian Haru sudah bisa dikategorikan sangat pantas untuk sekedar jalan-jalan kalau dinilai menurut tahun dari mana dirinya datang.

            “Benarkah? Kenapa tidak katakan dari awal? Ini bahkan sudah hampir dua minggu setelah kau mengajakku berkeliling.”

            “Salahku yang terlalu bodoh menunggumu sadar. Ikut aku!” Aika menarik Haru dengan kasar dan langkah yang cepat, hingga beberapa kali Haru menabrak orang-orang yang bersinggungan dengannya.

            Setelah memperbaiki dan mendandani penampilan Haru, Aika kembali duduk disalah satu bangku dekat restoran makanan cepat saji. Dia baru saja menolak ajakan Haru untuk menaiki salah satu wahana ekstrem di sana. “kalau mau naik jangan selalu mengajakku!” yang kemudian cuma mendapat senyuman sebagai tanggapannya.

            “Aku cuma ingin menggantikan ayah untuk menepati janjinya padamu. Apa kau ingat janji itu?”

            “Bagaimana aku bisa lupa. Tapi kenapa kau bilang ‘menggantikan’ ayah? Ayah bisa menepati janjinya setelah kami bertemu kembali. Kenapa harus denganmu?” tanya Aika dengan pandangan menyelidik dan mulai curiga.

            Haru hanya tersenyum. Sedikit membungkuk dan memandang lurus-lurus kedua mata gadis itu. Hingga Aika merasa dirinya mulai dipermainkan. “Kau tidak lupa dengan perjanjiannya, kan?” mendengar itu Aika menyipitkan mata sembari mengumpat dalam hati. “Dan aku takut ayah tidak bisa menikmati permainan di sini. Kau tau, Aika, kami dulu pernah pergi ke taman hiburan dan ayah menolak semua wahana untuk dicoba dengan wajah pucat pasi. Sampai sekarang aku tidak tau alasan ayah. Mungkin kau tau?” Ketika mengatakannya diam-diam Haru memperhatikan perubahan ekspresi Aika, yang menurutnya terlihat sangat lucu karena gadis itu tampak iri dan tidak percaya dengan yang dirinya sendiri dengar, terlihat jelas. “Cobalah untuk menikmatinya dengan hatimu. Kau sudah menunggu ini selama bertahun-tahun, kan?! Ayo, kita bersenang-senang!” lanjut Haru dengan nada meyakinkan seolah-olah dirinya adalah model dari sebuah iklan.

            Karena kata-kata itu dirinya mulai ikut menikmati perjalanan berkeliling hari ini. Dan tanpa sadar sebagian dari dirinya telah kembali seperti Aika yang dulu. Anak perempuan yang selalu menikmati hal-hal mengasyikan dan menyenangkan untuknya dan orang yang berada bersamanya.

###

            Di taman hiburan yang sama dua orang lelaki terlihat mencari sebuah tempat dengan keringat mengucur di tengah musim panas yang semakin menyengat.

            “Yuuki-san, apa benar di sekitar sini?”

            “Tidak salah lagi. Dia menyuruh kita datang ke area lolypop. Semuanya penuh dengan imej permen dan gadis manis. Hahaha....”

            “....” Yasu hanya bisa memandang Yuuki dengan masam.

            Dari dalam salah satu restoran seorang perempuan cantik datang ke arah mereka dengan tergesa-gesa sembari melambai. Gayanya yang modis dan anggun tak terlihat kalau dirinya sudah memasuki akhir 30-an. Di sampingnya seorang anak lelaki kecil menggandeng sebelah tangannya dengan wajah ceria.

            “Maaf menunggu lama, apa kalian tersesat? Tidak, kan?! Area ini sangat mudah dicari. Jika menggunakan peta. Ahahaha....” katanya tertawa renyah.

            “Tidak sesulit itu. Tapi apa yang bisa kami lakukan untuk anda, ibu kepala?” tanya Yuuki dengan penasaran.

            “Bisakah kalian menjadi maid* untuk hari ini saja?” katanya dengan senyuman yang selalu tidak bisa membuat bawahan maupun rekannya menolak.

            Wanita cantik ini, Mizushima Saki, yang sudah memiliki dua anak dan memiliki sebuah restoran di dalam salah satu area sebuah taman hiburan adalah seorang kepala divisi kereta waktu yang selalu tegas dan pekerja keras di Exters. Pembawaannya yang mudah dalam bergaul maupun bekerja selalu membuat orang-orang di sekelilingnya senang untuk meminta saran atau bekerjasama dengannya. Di kantor, bahkan semua orang akan sangat patuh dan menghormatinya. Karena itu Yuuki sebagai bawahan, ataupun Yasu yang bahkan dari divisi lain tidak bisa menolak permintaannya.

            “Maaf karena meminta bantuan kalian tiba-tiba, tapi tidak ada pilihan lain. Aku sudah membuka restoran setengah hari dan sayang kalau ditutup disaat pengunjung taman hiburan meningkat. Sedangkan aku kekurangan pekerja. Orang yang aku hubungi sudah memiliki pekerjaan yang lain hari ini. Dan aku harus pergi mengantar anakku ke tempat mantan suamiku di luar kota.”

            “Tidak apa-apa, kami bisa mengurus pekerjaan di sini. Lagi pula ini hari libur.”

            “Terimakasih banyak, aku tertolong. Aku serahkan pada kalian. Sampai jumpa.” Kata wanita itu pergi melambaikan tangannya. Lalu menghilang di tengah lalu lalang para pengunjung taman hiburan.

            Yuuki dan Yasu bahkan baru sadar setelah melihat langsung ke dalam restoran itu. Para pekerja dan maid di sana semuanya adalah para perempuan dengan seragam dan celemek berwarna pink serta hiasan kepala yang kawaii. Sesaat kedua lelaki itu saling pandang dengan pemikiran yang sama, kenapa Mizushima-san tidak mencari dua orang karyawan perempuan saja yang terlihat menganggur dibanding laki-laki?

            Tanpa terasa mereka berdua sudah bekerja selama beberapa jam di restoran itu. Dengan senyum yang selalu terlihat mengembang mereka melayani para pelanggan. Tapi senyuman itu tak bertahan lama. Karena tanpa mereka sangka, wajah yang mereka kenal dengan sangat baik tiba-tiba terlihat dengan ekspresi yang lain. Mereka tidak pernah melihat ekspresi yang tampak ceria dan menyenangkan dari gadis dingin yang selalu mereka lihat dan temui. Hingga rasa penasaran menghilangkan senyum kedua lelaki itu.

            “Aika?!” Yasu yang pertama melihat Aika dari kejauhan segera memanggil Yuuki. Tetapi dengan meyakinkan Yuuki menanggapi kalau adiknya bukan lagi tipe gadis yang mau datang ke taman hiburan. Dan terjatuhlah nampan ditangannya saat ia meyakini kalau yang sedang berjalan tidak jauh di depan mereka adalah adik kesayangannya.

            “Apa kau lihat itu, Aoki? Dia membawa crepes dikedua tangannya!”

            “Aika yang kita kenal tidak akan mau membawa atau memakannya di tempat umum dengan begitu banyak orang.”

            “Dan dia tidak akan membawa dua makanan dengan rasa yang sama dalam waktu yang sama.”

            “Itu artinya dia sedang bersama seseorang.”

            Mereka bertukar pandang. Dan pemikiran yang sama terlintas dalam benak Yuuki dan Yasu. Bersama teman?! Gadis itu mana punya teman. Tidak mungkin! Kencan?! Lalu memasang wajah sebal pada kedua wajah yang sebelumnya penuh dengan senyuman. Kemudian dengan kompaknya, Yuuki dan Yasu membuntuti gadis itu. Hanya dalam beberapa saat keduanya kehilangan jejak begitu saja.

            “Kalian mencari sesuatu?”

            Tiba-tiba dari arah samping terdengar suara orang yang sangat mereka kenal. Dengan tatapan yang dingin dari gadis yang sekarang terlihat kesal mereka berdua menciut.

            “Hwaahhh!!!” keduanya terkejut mendapati orang yang sedang mereka intai malah berada di samping mereka.

            Ekspresi Aika yang mereka lihat sebelumnya seperti mimpi di siang yang terik ini. Dan yang sekarang mereka lihat adalah ekspresi dingin yang biasanya selalu mereka lihat. Ditambah ekspresi kekesalan yang terlihat jelas dari caranya menatap mereka berdua.

            “Aika-chan, kau disini juga? Wah, kebetulan sekali. Hahaha...” Yuuki tertawa dengan wajah kaku. Alarm kewaspadaan mulai menyala dalam dirinya. Karena mungkin saja sesuatu yang buruk akan terjadi pada salah satu anggota tubuhnya. Tapi perasaan sayang yang berlebihan pada adiknya tetap tak berkurang. Memang benar, inilah adikku tercinta. Selalu bisa tau di mana aku berada! Pikirnya yang melayang dan berpikir kalau seakan saat ini dirinya sedang bermain petak-umpet seperti waktu kanak-kanak dengan gadis itu.

            “Aku tahu, kalian sedang menguntitku, kan, tadi? Kalian tidak punya kerjaan di hari libur, ya? Warga negara yang kurang berguna!”

            “Menguntit?! Ku-kurang berguna?! Itu...” bahkan Yasu tidak bisa berkata apa-apa. Kalau dia mengatakan pendapatnya di saat seperti ini, mungkin kata-kata yang lebih tajam akan keluar begitu saja dari gadis kecil di depannya. Tapi sebenarnya kami, kan  memang sedang bekerja.

            “Bukankah kau seorang pengawas?!” tunjuknya pada Yasu, “dan kau mantan pengawas?!” dia menunjuk pada Yuuki, “tapi cara kalian memata-matai itu benar-benar buruk! Tidak lebih baik dari anak TK yang bermain petak-umpet.”

            “Maaf karena sudah mengecewakanmu.” Keduanya menunduk dalam-dalam dengan menyesal. Padahal sebenarnya keduanya sudah melakukan pengintaian dengan sangat baik. Kecuali pakaian mereka.

            Melihat pakaian kedua lelaki itu, Aika memicing dengan tajam. “Hei, kalian, ada apa dengan gaya berpakaian kalian? Menjijikan.”

            Mereka berdua terlihat sedikit shok mendengarnya, “Kami sedang bekerja paruh waktu di sini. Lalu melihatmu dari kejauhan. Apa yang kau lakukan di sini? Aku akan sangat terkejut kalau ternyata kau sedang bermain bersama temanmu.” Kata Yasu ingin tahu. Karena dirinya tahu, Aika tidak mungkin memiliki seorang teman karena sikapnya pada orang lain.

            “Dan kakakmu ini akan lebih terkejut kalau ternyata kau sedang berkencan sekarang.”

            Sebelum Aika menjawab keduanya, seorang anak lelaki datang menghampiri dengan kedua tangan yang sibuk membawa ice cream.

            “Maaf membuatmu menunggu lama, Aika.” Sadar akan keberadaan dua orang lelaki lain, Haru segera memberi salam dengan tenang, yang entah kenapa membuat Aika memalingkan wajah. “Apa kalian kenalan Aika?”

            “Bisa dibilang, iya...” kata Yasu agak ragu dan ekspresi dirinya serta Yuuki yang terkesan ingin tahu siapa orang ini.

            “Aku Nakano Haru, emm... kakak Aika. Salam kenal.” Kata Haru ramah.

            Mendengar kata-kata yang keluar dengan tenang itu membuat Aika sedikit terkejut, karena ia tidak mengatakan pada orang lain tentang kedatangan Haru, yang merupakan penjelajah masa depan. Dengan kata lain, Haru dirinya rahasiakan. Sedang Yuuki dan Yasu cuma bisa tercengang mendengar pernyataan itu.

            “Hei, Aika, kau tidak mau memperkenalkan mereka padaku?”

            Dengan agak ogah-ogahan gadis itu memperkenalkan, “Tachibana Yuuki, dia seniorku. Dari divisi kereta waktu.” Kata Aika memperkenalkan Yuuki yang sedang bengong dan memprotes dalam hati dalam mood siscon.

            “Aoki Yasu. Divisi Pengawas.” Yasu memperkenalkan diri.

            “Aika-chan, apa benar yang barusan itu? Dia ini Nakano, kakak mu? Apa maksudnya?” tanya Yuuki merasa dicampakan. Dan curiga dengan wajah serius.

            “Tidak ada maksud apapun. Pengunjung kalian pasti sudah menunggu, sana pergi.”

            “Apa kalian mau mampir?” Yasu menawari.

            “Tidak. Ayo, kita pergi, onii-chan.” Kata Aika berjalan tanpa menoleh.

            “Maaf kalau adikku bersikap tidak sopan. Senang bisa berkenalan dengan kalian. Kalau begitu, permisi.” Kata Haru menyusul Aika yang sudah berjalan di depan.

            Selama Yuuki masih memandangi adik manisnya yang pergi setelah membuatnya merasa dihianati, Yasu masih mengamati arti dari masing-masing ekspresi antara Aika dan Haru sebelumnya. instingnya mengatakan ada sesuatu yang aneh dari keduanya. Ia tidak ingin sadar dengan pemikirannya yang terlalu terjerumus dan sudah mengambil kesimpulan sendiri. Yasu tidak ingin apa yang ia perkirakan memang benar seperti dugaannya. Karena hal itu membuatnya ingin kembali ke masa lalu.

            Kenapa mereka berdua tampak aneh dan enggan saat menyebut mereka bersaudara? Apa aku yang aneh karena memikirkannya? Ah, aku merindukan ane-san yang datang bermain denganku.

            “Yuuki-san, kau tidak apa-apa?” tanya Yasu yang melihat ekspresi seniornya dengan sedikit khawatir.

            “Aku tidak apa-apa. Hanya saja, aku tidak suka anak lelaki itu!” katanya kesal dan merasa tempatnya telah direbut darinya. Ia ingin melakukan sesuatu sepeti peringatan atau introgasi sebelum memberi pelajaran pada orang yang memperkenalkan dirinya sebagai Nakano Haru. Tapi tidak di depan Aika.

###

Tahun 2133, mei.

            “Aika!” panggil Yasu pada seorang gadis kecil yang sedang berlari keluar dari gerbang sekolah.

            “Paman mengenalku?” tanya gadis kecil dengan polos.

            “Apa itu kata sandinya? Kenapa selalu menanyakan itu kalau aku datang?”

            “Mungkin karena paman mencurigakan. Walaupun ini hari ketiga Aoki-san datang.” Kata Aika kecil yang sekarang sedang bermain sebuah daun kering yang dipungutnya.

            “Hahaha.... maaf kalau aku terlihat seperti itu.”

            “Boleh aku tahu? Sebenarnya paman itu siapa? Kenalan ayah dan ayahku? Bibi dan ibuku? Atau kakakku? Atau kakek?”

            “Untuk di tahun ini belum. Tapi aku mengenalmu terlebih dulu sebelum aku mengenal mereka.”

            “Lalu untuk apa datang kemari?”

            “Untuk berterimakasih padamu. Karena tanpa kau ingat, kau akan memberiku kehidupan. Dan juga, aku minta maaf.”

            “.... Maaf untuk apa? Aku sama sekali tidak mengerti maksudnya. Tapi baiklah.”

            “Di masa depan nanti kita akan menjadi partner. Saat itu, bisa kau tersenyum padaku?”

            “Memangnya aku tidak pernah tersenyum? Kenapa aku tidak tersenyum?” tanya gadis itu polos.

            “Kalau itu, kau sendiri yang tahu jawabannya.”

            Dari jauh seorang anak lelaki berlari memanggil Aika dengan semangatnya. Setelah berhenti didepan Aika, anak itu mengatur napasnya sambil berbicara, “Aika-chan, lagi-lagi kau meninggalkan tas sekolahmu begitu saja. Kau harus membawanya pulang bersamamu.”

            “Oh, aku lupa. Terimakasih, kakak.” Mendengarnya, Yasu cuma bisa nyengir sambil keheranan.

            “Paman, paman ini siapa? Apa paman sedang mengganggu adikku? Jangan macam-macam, ya!” kata si anak lelaki mengepalkan kedua tinjunya di depan dada.

            “Eh?! Dasar!” Yasu segera menjitak kepala anak lelaki berseragam SMP itu.

            “Kanapa memukulku!”

            “Karena ini kesempatanku yang cuma datang sekali. Sampai jumpa di masa depan, kalian berdua.”

            “Apa-apaan paman itu! Aika-chan, kau mengenalnya?” si anak lelaki mengelus kepala bekas jitakan Yasu yang tak begitu keras.

            “Mungkin.” Jawabnya datar. Dan melenggang pergi sembari menarik tas punggungnya dengan enggan.

###

Musim panas, 2009.

            Yasu berjalan di antara lorong sebuah sekolah dan melihat sekeliling. Dengan berpakaian seragam sekolah itu dan berkamuflase sebagai siswa, ia berjalan santai. Kadang matanya beralih pada jam saku ditangannya, lalu menghembuskan nafas kecewa. Kecewa pada diri sendiri yang salah memeriksa waktu penjelajahan. Dalam otaknya, ia bersiap diri untuk mendapat ocehan dari partnernya yang dikenal bermulut tajam. Tapi saat ini, ia belum juga menemukan di mana partnernya berada.

            Sekolah itu mulai sepi karena hanya tersisa beberapa siswa yang mengikuti klub dan masih berada di lapangan atau ruangan klub mereka. Saat melintasi salah satu ruangan, Yasu berhenti untuk memastikan sesuatu.

            Di dalam ruangan itu ada seseorang dari tahunnya berasal yang ia kenal. Tetapi ia tampak akrab dengan seorang gadis dari tahun ini. Yang sebenarnya adalah perempuan yang sedang menjadi tugas Yasu dan Aika amati, Mizuki Korin.

            “Haru-kun?!” yang Yasu tahu, Haru adalah seorang penjelajah-tanpa tau penjelajah masa depan, seperti yang dikatakan Aika padanya dan Yuuki sehari setelah mereka bertemu di taman hiburan. “Apa dia juga sedang menjelajah di tahun ini? Tapi mereka tampak akrab.”

            Mereka berdua sedang terlihat mengobrol dengan santai dalam kelas yang sepi. Terlihat siswi yang menjadi target Yasu duduk disalah satu bangku sedang menulis sesuatu dibukunya. Dan juga terlihat Haru yang sedang mengajarinya sesekali.

            “Jadi senpai sudah bertemu dengannya? Seperti apa anak itu?” tanya Korin dengan mata yang masih tertuju pada buku.

            Haru yang sebelumnya duduk di jendela turun dan duduk di depan Korin, “Sudah hampir satu bulan yang lalu. Hei, itu seharusnya menggunakan cara yang ini.” Kata Haru mengoreksi pekerjaan yang sedang dikerjakan Korin. “dia... hei, sudah kubilang salah!”

            “Tolong jangan mengalihkan pembicaraan.” Kata gadis itu yang tampak kesal.

            “Kau marah? Wah, tidak biasanya, menyeramkan sekali! Baiklah. Dia tidak seperti yang kupikirkan sebelumnya. Dia memang terlihat kurang bisa bersahabat. Tapi sebenarnya dia baik. Kadang dia bisa tampak seperti seekor anak kucing, tapi dalam hitungan detik dia bisa berubah menjadi seekor singa betina. Sangat menarik karena moodnya sering berubah-ubah. Aku senang bisa menemukannya.” Wajahnya tampak terlihat berbeda, antara senang dan sedih.

            “Sepertinya senpai menyukai anak itu.” Korin tampak mulai merapikan bukunya.

            “Tentu saja, dia kan adikku.” Kata Haru dengan pandangan mata yang entah ke mana ditujunya.

            “Hehhh.... begitu, ya. Senpai, terimakasih sudah mengajariku hari ini.”

            “Sudah mau pulang? Kau belum selesai mengerjakannya.”

            “Tinggal dua soal lagi, akan ku selesaikan di rumah. Aku lupa kalau harus pergi ke suatu tempat. Okamoto-senpai, aku duluan.”

            Yasu mendengar nama Haru yang berbeda disebut, “Jadi ‘Okamoto’ itu namanya saat menjelajah?! Sepertinya aku pernah mendengar nama yang sama.” gumamnya.

            Korin hendak membuka pintu. Tetapi terhenti karena pertanyaan Haru dan menguntungkan Yasu yang berada dibaliknya untuk segera pergi dari sana.

            “Mizuki, apa menurutmu aku seperti itu?”

            “Eh?! Iya, terlihat dengan jelas.” Jawab Korin mengerti maksud Haru.

            “Aku harap tidak.”

            “.....” semoga.

###

            Dari kejauhan Aika melihat Yasu yang sedang berjongkok di depan salah satu pintu kelas. Tapi saat dia hendak memanggilnya, Yasu sudah berdiri dan melihat Aika. Lalu segera menyeretnya pergi dari sana.

            “Hei, bodoh, apa yang sedang kau coba lakukan? Kenapa membungkam mulutku tadi?” kata Aika yang terlihat sangat kesal dan seperti hendak melakukan kekerasan, tetapi coba ditahannya.

            “Maaf, tapi ada sesuatu yang tidak seharusnya kau lihat di sana.”

            “Apa maksudmu ada_dasar anak abad 20! Bagus aku tidak melihatnya!” Kesalah pahaman Aika membuat Yasu cuma tertawa hambar dengan ekspresi lega. Walaupun sebagian pikirannya masih belum mengerti semua hal tentang Haru. Kenapa Haru bisa terlihat dekat dengan Mizuki Korin? Dan apa maksud obrolan mereka tadi?

            “Yasu, kenapa diam saja? Aku ingin segera pulang, jadi berikan informasinya dengan jelas.” Katanya sudah mengendalikan rasa kesalnya karena kesalahan Yasu kali ini.

###

Musim dingin, desember 2011.

            Bruuggg!!!

            Suara benda keras yang terjatuh diantara tanaman halaman belakang sekolah membuat beberapa siswa yang lewat terkejut dan mencoba mendekat dengan hati-hati. Mereka berusaha melihat sesuatu yang bergerak dari balik semak.

            “Baka*!” teriak seorang gadis yang muncul dari semak itu dengan penampilan yang cukup kacau.

            Lalu seorang lelaki yang terlihat sedang membersihkan diri dari salju di atas kepalanya tertunduk lesu. “Maaf. Aku tidak sengaja menginjak tanganmu. Tapi, bukankah tadi sebenarnya salahmu? Kau yang menentukan koordinat di mana kita akan mendarat.”

            “Aku juga tidak bicara padamu! Hahh... aku minta maaf.” Kata Aika agak malu.

            “Eh?! Aika, kau baik-baik saja?” tanya Yasu terkejut. Pasalnya Aika tidak pernah meminta maaf atau bersabar sesering sekarang.

            “Kau tidak berpikir kalau kita salah tahun lagi, kan?” tanya Aika tanpa ingin menjawab pertanyaan Yasu.

            Tanpa mereka sadari ketiga siswa yang melihat mereka berdua melongo dibuatnya. Dan salah satu dari mereka malah tersenyum dengan cerianya setelah melakukan sesuatu pada kedua temannya.

            “Apa yang kalian berdua cari di tahun ini?” tanya siswa lelaki mendekati Aika dan Yasu.

            Dengan wajah serius Aika dan Yasu saling berpandangan dengan sedikit terkejut. Mereka melihat kedua siswa lain yang tetap diam tak bergerak di tempat keduanya berdiri. Lalu memasang ekspresi wajah dengan curiga, “Siapa kau?” tanya Aika pada akhirnya.

            “Di sini mereka memanggilku Ichi.”

            “Namamu yang sebenarnya.” Tanya Yasu tanpa mengalihkan pandangannya dari si siswa.

            “Panggil saja aku You. Kalau dari pembicaraan kalian, pasti kalian para pengawas penjelajah.”

            “Kau menghentikan waktu, benar, kan?” tanya Aika melihat dua siswa yang masih terus diam ditempatnya.

            “Itu kurang tepat. Aku menghapus sedikit ingatan mereka dan menghentikan waktu.” Katanya enteng.

            “Kau bukan seorang penjelajah atau bagian dari Exters?!” selidik Yasu.

            “Pengelana waktu, seperti anak perempuan itu. Rea.” Aika keluar dari semak sembari masih membersihkan pakaiannya dari salju dan berjalan pergi, “ayo, Yasu, kita masih harus bekerja.” Katanya terus berjalan melewati You.

            “Kau bertemu dengannya? Rea? Di mana?”

            “Cari saja sendiri. tidak akan menarik kalau kau kuberitahu, kan?!” kata Aika sedikit sebal. “Ch! Dasar anak abad 22!”

            “Kau mengenalnya?” tanya Yasu penasaran.

            “Apa aku terlihat seperti itu?”

            You yang masih terdiam dan menunduk di tempat akhirnya mengembalikan kedua temannya seperti semula. Kemudian mengejar Aika dan Yasu.

            “Ano! Terimakasih. Sekarang aku benar-benar bisa mencarinya dengan yakin. Karena aku pikir, saat itu dia benar-benar menghilang. Sampai jumpa, nenek.” Katanya tersenyum senang dan pergi berlari ke tengah lapangan.

            “Amit-amit!!!” teriak Aika, “kau pikir siapa yang barusaja kau panggil nenek! Aku tidak akan sudi punya keturunan pengecut sepertimu! Sial.” Mendengar suara Aika yang marah dan jengkel membuat Yasu yang berjalan di sampingnya bergidik serta sedikit khawatir kalau semua orang akan mendengarnya. Tetapi dugaannya dibantah Aika begitu saja. Karena You yang baru saja pergi ternyata menghapus ingatan orang-orang yang curiga dan mengingat mereka. Dan itu cukup bisa membantu Aika dan Yasu tanpa mereka berdua mengeluarkan sedikitpun keringat untuk menghapus ingatan orang-orang di sana.

            “Dia benar-benar keturunanmu?”

            “Hah?! Kau bercanda? Dia sedang meledek kita yang datang dari abad 21!”

            “Tapi memang dari wajahnya terlihat agak mirip denganmu.” Kata Yasu yang mendapat lirikan tajam dari Aika.

###

Awal tahun 2012.

            “Aneh, sebenarnya siapa gadis itu? Dia bukan pemilik tiket kereta waktu yang sah.” Kata Yasu dari balik majalah yang dibukanya tetapi matanya mengamati seorang perempuan sesekali.

            “Kita juga sudah mengamati gerak-geriknya selama beberapa hari. Dan selama beberapa minggu ia juga tidak menggunakannya.” Aika masih dengan posisinya yang tidak berubah dari memainkan gelas dan sedotan yang dipegangnya. Yang dari kacamata samarannya, ia bisa melihat seseorang di belakangnya yang terpantul dari gelas dan terlihat dari kacamata khusus miliknya tanpa orang lain tahu.

            “Benar. Dan anehnya kita tidak tau ke mana tujuan dirinya pergi saat terakhir kita mengikuti.”

            “Yasu, apa kau juga berpikir kalau yang ada padanya bukanlah salah satu dari tiket penjelajah yang hilang, tapi jam saku milik seseorang dari divisi yang berkaitan dengan time traveller?”

            “Aku pikir juga begitu. Karena menurut laporan divisi kereta waktu tak ada data yang menunjukkan kalau salah satu penjelajah kehilangan tiket mereka. Walaupun menurutku ada kemungkinan. Selain itu...” Yasu menutup majalah ditangannya,  “pasti akan cukup sulit untuk memintanya langsung.”

            “Dia sudah melakukan lompatan waktu dan mengubah sedikit masa lalunya waktu itu. Hanya untuk sesuatu yang sepele. Sebentar lagi dia akan menyadarinya.” Kata Aika setelah terdiam agak lama.

            “Maksudmu, kalau sesuatu yang ada padanya dan apa yang dirinya lakukan bisa membawanya pada keputus asaan, kehancuran atau kebahagianan?! Sudah terlihat dengan jelas, ya...”

            Aika dan Yasu masih duduk di dalam sebuah cafe dengan pengunjung yang mulai ramai di jam makan siang. Mereka berhenti mengamati pelayan wanita yang sedang membawa sebuah pesanan untuk meja yang tak jauh dari keduanya. Pekerja paruh waktu yang sedang tersenyum pada pelanggannya menaruh beberapa piring dengan hidangan di atasnya dengan terampil dan ramah. Dari arah meja yang lain beberapa orang hampir memesan pesanan bersamaan yang membuat perempuan itu tambah bersemangat walaupun sedikit repot.

            Di antara keriuhan jam makan siang itu, Aika dan Yasu berjalan keluar melalui orang-orang dengan santainya. Lalu menghilang dibalik pintu yang tertutup tanpa seorangpun tahu.

###

Tahun 2141. Musim panas, pertengahan agustus.

            Haru sudah ada di depan pintu apartemen Aika. Jarinya sudah berada diantara gambar anak itik yang berada pada layar transparan untuk membuka kunci. Tapi senyuman jahil diwajahnya entah kenapa belum hilang sejak ia tiba dengan jam sakunya beberapa menit lalu di depan pintu. Dirinya masih mengingat wajah Aika yang selalu kesal saat beberapa kali dia datang tanpa memberitahu atau datang tiba-tiba tanpa melalui pintu depan.

            Seperti saat beberapa kali Haru datang dan langsung berada di dalam ruangan atau melalui jendela beranda atau balkon apartemen. Aika terkejut hingga menyemburkan susu yang sedang diminumnya saat sarapan, sedang menyanyi dengan riangnya seperti anak kecil hingga wajahnya merah padam karena ketahuan dan malu setengah mati, atau ketika berkonsentrasi dengan yang dilakukannya hingga membuatnya melakukan kesalahan karena kaget. Kedatangannya yang seperti itu membuat Aika menceramahinya hingga mengeluarkan beberapa kali kata “bodoh!”, “sial!”, “mau kuhajar, ya?!”, “manusia tak tahu aturan!”, “mati kau!”, atau “jangan datang lagi!”. Yang malah selalu membuat Haru tertawa memegangi perutnya sambil meminta maaf. Karena semua yang Aika katakan selalu dibarengi dengan ekspresi yang menurutnya malah terlihat lucu dan menarik.

            Sebelah tangannya disembunyikan ke dalam saku jersey yang dikenakannya, seperti hendak mengeluarkan sesuatu tetapi ditahannya. Dengan bersemangatnya ia melangkah ke dalam.

            “Tadaima.”

            Walaupun ia tahu, Aika tidak akan menjawab atau mengatakan “okaeri” padanya sekalipun. Sejak awal sampai  sudah hampir satu bulan ia pulang dan pergi dari tahun ini. Dia tetap akan selalu mengatakannya karena menurutnya ini adalah satu-satunya tempat dirinya selalu ingin kembali. Ini rumahku. Begitu pikirnya.

            Sebuah suara dari dalam terdengar, “Okaeri.”

            Tepat ketika itu Haru sudah berjalan dan melihat orang lain diaparteman Aika. Orang tersebut duduk di atas sofa yang biasanya menjadi tempat tidur Haru jika ia datang. Dengan buku-buku yang sedang berada di atas meja yang tampak berserakan dan diperhatikannya.

            “Aoki-san, apa kabar? Wah, kau terlihat sibuk, ya, Aika.” sapa Haru yang kembali mengeluarkan tangannya dari sakunya tanpa mengeluarkan sesuatu yang ada di dalamnya.

            “Kabar baik. Apa hari ini kau juga akan berlatih lagi di tahun yang kau kunjungi itu?” tanya Yasu yang karena setahunya, Haru selalu bepergian menjelajah waktu untuk berlatih basket pada orang yang sudah tak ada di tahun ini.

            “Aku yakin dia membolos.” Kata Aika dengan nada dingin tanpa melihat lawan bicaranya dan terus menggerakkan tangannya untuk menulis sesuatu.

            “Hei, jangan menuduhku, Aika. Aku memang berniat pergi setelah menemuimu.” Kata Haru duduk disisi yang lain.

            Yasu yang mendengar pertengkaran kecil mereka pun cuma bisa garuk kepala dan tersenyum kecil.

            “Bukan, kau seharusnya melakukannya seperti ini.” Kata Yasu mengajarkan pada Aika. yang dengan seriusnya gadis itu memperhatikan.

            “Aika, tolong jangan mempermalukan kakakmu ini karena tidak bisa mengerjakan soal yang mudah seperti itu.” Kata Haru memperhatika pekerjaan Aika di atas bukunya dengan santai.

            “Aku tidak mendengarkan orang nomor dua di sekolah.”

            “Eh? Benarkah? Haru-kun, ternyata kau murid berprestasi di sekolah, ya...” Yasu memuji-tidak menyangka kalau anak lelaki berpenampilan agak berantakan itu ternyata berprestasi.

            Haru menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, “Tidak juga. Eh?! Apa ini? Nilai ulanganmu kemarin? Kenapa.... Kau tidak belajar, ya?!” katanya melihat selembar kertas ulangan yang terselip dibawah buku.

            “Yasu bodoh! Sudah kubilang buang itu!” kata Aika menggetok kepala Yasu dengan buku yang untungnya tipis.

            “Tidak akan aku buang. Itu supaya kau bisa melihatnya dan belajar dari masa lalu.”

            Haru mengerutkan kening, “Aika, sudah kubilang untuk tidak kasar atau melakukan kekerasan pada orang lain, kan?!” wajahnya terlihat serius.

            Mendengar kata “orang lain” membuat Yasu merasa kalau dirinya hanya orang yang ada dalam hidup mereka, sebagai orang tambahan.

            “Aku tau!” kata Aika menggigit bibir, “Yasu, maaf sudah berbicara tidak sopan dan memukul kepalamu.”

            “Eh?! Yah, tidak apa-apa.” Yasu memikirkan kembali beberapa kejadian yang membuat Aika menjadi agak aneh. Kadang gadis itu lebih sering meminta maaf dan menahan dirinya untuk tidak marah akhir-akhir ini. Dia curiga ada sesuatu yang terjadi dan membuatnya berubah. Dan sekarang dia tahu jawabannya. Nakano Haru, kakak Aika.

            “Hahahaha.... anak baik!” kata Haru menepuk kepala Aika dengan lembut.

            Entah kenapa saat itu dada Aika terasa ingin meledak dan nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya untuk menginjak kaki Haru. Beruntung sebelum itu, Haru memperlihatkan sesuatu di depan wajahnya.

            “Ini hadiah untukmu karena sudah berusaha menjadi gadis baik.” Kata Haru tersenyum memperlihatkan sebuah benda yang sebelumnya ia urungkan.

            “Ayam?!” Aika menelengkan kepalanya dan mengatakannya dengan datar. Sedang Haru menyipitkan mata memandang Aika.

            “Selain kasar kau juga bodoh. Itulah kenapa aku harus membuatmu kembali menjadi gadis baik. Cobalah memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan!” Haru berusaha menasehati. Dan mendapat tatapan yang sangat tajam dari Aika.

            “Oi! oi!!” gadis itu tampak tak terima.

            “Hahaha.... Aika, itu merpati!” Yasu benar-benar ingin tertawa saat itu juga. Baru pertama kali ini dirinya bisa melihat Aika memasang wajah seperti itu karena dipermalukan. Tetapi ada sedikit rasa iri dalam hatinya, kenapa bukan karena dirinya Aika bersikap seperti itu. “Bagaimana kau bisa melihat itu sebagai ayam?! Lucu sekali!” Yasu merasa saat ini dia bisa bebas tertawa karena Aika pasti akan menahan amarahnya berkat adanya Haru.

            “Hei, Yasu. Itu mirip ayam yang berusaha terbang seperti yang pernah kau gambar dulu.” Katanya datar dan kembali mengerjakan pekerjaan rumah di depannya.

            “Apa iya?!” Yasu tampak berpikir. Tapi lagi-lagi dirinya malah tertawa mengingat jawaban Aika.

            Merpati yang terbuat dari gelas dan tampak berkilau terkena cahaya, menjadi gantungan ponsel Aika. Yang sekarang gadis itu taruh di atas meja dan segera tertindih buku.

            Tiba-tiba Haru merasa kalau dirinya tak terlihat dan hanya menjadi penonton mereka berdua. Aku sudah sangat terlambat datang padamu, ya.... sepertinya aku mengganggu, batin Haru.

            “Benar apa kataku, dia membolos. Haru, kau tidak pergi? Cepat pergi, hari ini aku tidak bisa mengajakmu berkeliling. Aku sibuk.”

            “Oh, kau benar. Aku bisa terlambat. Ittekimasu.” Katanya melambai pada Aika dan Yasu.

            “Itterashai.” Terdengar suara Yasu saat Haru keluar melalui pintu, sama seperti saat dirinya datang beberapa menit lalu.

            Di depan pintu silver yang baru tertutup itu, Haru mengeluarkan jam saku hitam miliknya. Dia membalik bagian bawah jam saku. Sebuah gambar merpati kecil yang sedang mengepakkan sayap terlihat. Dia mengingat perkataan ayahnya saat pertama mengetahui ada sebuah gambar dibagian bawah jam saku. “Merpati selalu bisa kembali dan menemukan di mana rumahnya. Merpati ini akan menjadi penunjuk dan membawamu untuk bisa pulang.”

            “Hahhh.... ‘pulang’, ya?! kalau kembali sekarang apa yang akan kulakukan? Apa aku harus kembali lagi ke sana sekitar 3 jam lalu dan mengulang latihannya?! Ah! Sepertinya aku akan bermain dan mengunjungi kedua temanku saja. Bagaimana mereka di tahun itu, ya?!” gumamnya penasaran, lalu berjalan santai dilorong apartemen itu yang kemudian menghilang diujung lorong.

###

Preview

Suatu hari setelah kedatangan Haru.

            “Siapa kau sebenarnya? Kenapa tiba-tiba datang dan mengaku sebagai kakak Aika-chan? Kau tidak tau, ya? Akulah kakaknya! Jangan-jangan kau menghipnotis atau mempengaruhinya untuk memanfaatkan adik manisku?! Aku tidak akan membiarkanmu!” Yuuki memicing tajam.

            Mendapat tatapan tidak menyenangkan dari Yuuki malah membuat Haru kemudian tersenyum dan hampir tertawa, “Benar-benar tidak berubah, kau masih sama, ya, Yuuki-san.”

            “Hah?! Jangan bertingkah seolah-olah kau mengenalku!”

            “Aku sering melihatmu dari video-video Aika yang ayah simpan. Yuuki-san sangat menyayangi Aika, ya... sampai aku sempat berpikir kalau kau itu siscon.” Katanya tertawa.

            “Itu benar, aku memang siscon! Jadi jangan mendekati adik dari seorang siscon lebih dekat lagi. Kau akan mendapat akibatnya. Aku mengawasimu!” katanya garang.

            Tidak jauh dari mereka Yasu dan Aika yang sedang duduk dan mengerjakan laporan pengawas hanya melihat dengan ekspresi yang tampak biasa menanggapi kelakuan Yuuki. Dan seperti biasa pula, Aika memberi sedikit komentar yang kemudian diiringi tawa hambar Yasu.

            “Kekanak-kanakan!”

 

------------cat.kaki:

*Okaeri: selamat datang kembali

*Maid: pelayan

*Baka: bodoh

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When I Was Young
8239      1654     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
Letter hopes
888      496     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
in Silence
408      283     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
Rinai Hati
488      258     1     
Romance
Patah hati bukanlah sebuah penyakit terburuk, akan tetapi patah hati adalah sebuah pil ajaib yang berfungsi untuk mendewasakan diri untuk menjadi lebih baik lagi, membuktikan kepada dunia bahwa kamu akan menjadi pribadi yang lebih hebat, tentunya jika kamu berhasil menelan pil pahit ini dengan perasaan ikhlas dan hati yang lapang. Melepaskan semua kesedihan dan beban.
I have a dream
270      221     1     
Inspirational
Semua orang pasti mempunyai impian. Entah itu hanya khayalan atau angan-angan belaka. Embun, mahasiswa akhir yang tak kunjung-kunjung menyelesaikan skripsinya mempunyai impian menjadi seorang penulis. Alih-alih seringkali dinasehati keluarganya untuk segera menyelesaikan kuliahnya, Embun malah menghabiskan hari-harinya dengan bermain bersama teman-temannya. Suatu hari, Embun bertemu dengan s...
injured
1218      657     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
School, Love, and Friends
16505      2601     6     
Romance
Ketika Athia dihadapkan pada pilihan yang sulit, manakah yang harus ia pilih? Sekolahnya, kehidupan cintanya, atau temannya?
Hati Yang Terpatahkan
1843      836     2     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
Meja Makan dan Piring Kaca
48380      6940     53     
Inspirational
Keluarga adalah mereka yang selalu ada untukmu di saat suka dan duka. Sedarah atau tidak sedarah, serupa atau tidak serupa. Keluarga pasti akan melebur di satu meja makan dalam kehangatan yang disebut kebersamaan.
Kisah yang Kita Tahu
5107      1446     2     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...