Tahun 2141, akhir juli.
Suara bell dipagi hari menggema hingga seluruh ruangan. Hari libur Aika yang damai dan sudah dinantikannya sejak beberapa hari lalu gagal. Padahal, ia sudah mengatur alarm yang akan berbunyi sekitar dua jam lagi dari sekarang.
Aika mengucek dan mengintip dari sebelah mata. Dilihatnya jam di samping tempat tidur yang hampir menunjuk pukul 7. Dan wajah mengantuknya terlihat kesal.
Bell untuk kedua kalinya kembali terdengar. Aika menguap dan berjalan ke arah pintu sambil sesekali terhuyung ke samping. Tentu saja, kemarin dia baru menyelesaikan tugasnya dan pulang dari Exters hampir pukul 1 malam karena harus membuat laporan yang menggunung sebelum diberikan kepala Yamada. Setelah itu, ia juga harus mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk, dan saat tersadar jam sudah menunjuk pukul 4 dini hari.
“Siapa yang datang pagi-pagi di hari libur? Ah, pasti salah satu dari tiga orang itu. Mengganggu!”
Pak kepala Yamada, Yuuki, atau Yasu adalah para tersangka yang ada di dalam pikiran Aika. Tetapi Yasu adalah orang yang berkemungkinan besar melakukannya, orang yang menganggap rumah Aika menjadi tempat pertemuan setelah menjalankan tugas, selalu datang dan pergi ke rumahnya sampai ia bosan melihatnya, dan selalu memiliki banyak alasan untuk datang. Entah membawakannya makanan, mengajarinya belajar-yang satu ini perintah Yuuki-, atau yang lainnya.
“Yasu, si bodoh itu. Ke_” berjarak satu meter dari intercom, telinganya menangkap sesuatu sampai dirinya menghentikan langkah kaki.
Seakan tersengat listrik yang untungnya tidak membuatnya berhenti bernafas. Jantungnya berdegup kencang. Kakinya terasa lemas tetapi tidak membuatnya duduk terjatuh. Justru kakinya seakan menancap kokoh pada lantai kayu. Matanya yang mulai berkaca memantulkan pintu yang ada didepannya dengan tampak penuh harap.
Aika yang tidak terlalu percaya dengan apa yang sedang didengarnya mencoba mendengarkannya dengan lebih saksama. Apakah mimpi? Atau halusinasi? Nada yang dikenal dan ditunggu selama bertahun-tahun mengalun ke seluruh penjuru ruangan apartemen miliknya.
Nada itu berasal dari suara bell khusus yang tombolnya ada di balik gambar para itik yang berjajar dipermukaan layar transparan depan pintu apartemennya. Seperti not pada piano, saat menyentuh anak itik, sebuah nada akan terdengar di dalam rumah apartemen Aika.
Gadis itu merasakan udara di sekelilingnya terasa berbeda. Ia menyatukan jemarinya di depan dada. Berharap sesuatu yang dinantikannya selama beberapa tahun akan segera berakhir dalam hitungan detik.
Dia tidak ingin membuka pintu di depannya, karena nada itu bukanlah sekedar bell melainkan kode untuk membuka pintu dari luar. Walaupun ada kunci yang selalu dibawa Aika kemanapun dirinya pergi keluar.
Dari layar intercom dirinya bisa melihat seseorang yang berdiri didepan pintu dan selesai menekan nada terakhir. Tidak terlihat jelas wajahnya karena topi baseball yang dikenakannya. Tapi topi itu benda yang tidak bisa membuat keyakinannya goyah. Gadis itu mulai mengembangkan sedikit demi sedikit senyumnya, bahkan hampir mengeluarkan air mata saat pintu silver itu bergerak ke samping. Berlawanan arah. Wajah gadis itu berubah seketika saat pintu mulai terbuka lebar hingga memperlihatkan sebuah sosok. Dan orang tersebut berjalan tenang melewati pintu kaca sembari melepas topi baseball yang dikenakannya.
“Tadaima*!”
Seorang anak lelaki menyapa dengan riang. Rambut abu-abu peraknya diikat tinggi, dan menyisakan poni serta rambut bagian belakangnya yang menggantung terurai. Mirip seorang samurai. Dia memiliki mata yang selalu terlihat ceria berwarna coklat keemasan, serta wajah babyface-yang juga dimiliki si gadis berwajah dingin. Tingginya hanya sedikit lebih pendek dari Yasu.
Dengan wajah yang masih tersenyum setelah menyapa, ia berjalan masuk dengan santainya tanpa menunggu dipersilakan. Seperti di rumah sendiri. Berjalan melihat sekeliling ruangan tanpa sungkan.
Aika memicingkan mata. Alisnya hampir bertautan dan wajahnya terlihat antara marah dan kecewa. Tetapi dalam benaknya, banyak sekali pertanyaan yang membuat sulit dimengerti oleh dirinya. Tentang, siapa orang tak dikenal didepannya, atau bagaimana orang asing itu tau kode yang hanya dia dan ayahnya tau. Gadis itu mengendalikan diri dan segera kembali memasang ekspresi dingin bernada tenang dalam bicaranya.
“Siapa kau? Memasuki rumah orang lain tanpa ijin itu sebuah kriminal.”
Si orang asing tersenyum, kemudian berjalan mendekat, memperlihatkan wajahnya lebih jelas di depan wajah Aika yang refleks mundur selangkah. “kau tidak mengenali wajah ini? Orang-orang selalu mengatakan kalau wajahku cukup mirip dengan ayah.” Dia menegakkan tubuhnya, “aku Okamoto_Ahh!! Bukan, kalau ditahun ini..... Nakano Haru.” Katanya memperkenalkan diri.
Kedua mata Aika membulat. Masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Nakano, katanya?! kenapa? Walaupun pertanyaan itu masih berputar di dalam otaknya tapi dirinya tidak terlalu memungkiri, kalau orang dihadapannya itu memang cukup mirip dengan ayahnya. Ada sesuatu dari Haru yang membuatnya mirip. Karakternya, walaupun sedikit. Caranya tersenyum dan, apa? Pikir gadis itu.
“Oi, kenapa diam saja? Seharusnya kau menyambutku, kan, Aika?” tanya anak lelaki santai. Melihat gadis di depannya yang diam tidak bergerak dan mata yang tidak berkedip, kedua tangannya yang terbuka dilambai-lambaikan di depan wajah Aika.
“Apa kau tidak merasa senang kalau kakakmu ini datang berkunjung?” tanya Haru yang menyadari kedatangannya hanya membuat shok untuk yang dikunjungi.
“Eh?” Aika hanya mendongak tanpa berkedip. Saat itu wajahnya yang polos terlihat sesuai dengan wajahnya yang seperti anak-anak. Sedang matanya memandang mata lawan bicaranya yang memiliki warna mata hampir sama seperti milik ayahnya. Sekelebat bayangan wajah ayahnya seketika terhapus saat dia kembali tersadar dengan orang asing di depan mata.
Dalam benak si gadis, ia berpikir kenapa orang dengan nama Haru ini, orang yang datang dan masuk rumah orang lain tanpa permisi mengaku sebagai kakaknya. Sedangkan dirinya anak tunggal.
“Apa kau penipu? Sudah pasti penipu!” Bibir dari wajah yang tampak polos itu kembali mengeluarkan nada tajam. Nada yang membuat orang yang baru pertama mendengarnya selalu geleng kepala dan terkejut dengan pemikiran juga pandangan negatif serta sinis.
Tapi anehnya tidak membuat lawan bicaranya kali ini berpikir seperti itu pula. Haru malah terbahak sambil memegangi perutnya.
“ Aku sedang tidak melucu! Setelah selesai tertawa kau harus pergi dari rumahku, orang aneh.”
“Sayangnya aku tidak akan mendengar perintah siapapun. Walaupun sekarang kau tidak menginginkanku ada disini, tetapi jika aku masih ingin disini, kau tidak bisa membuatku pergi. Sebaliknya, walaupun kau ingin aku tetap disini, tapi jika aku harus pergi, aku akan tetap pergi. Aku cuma melakukan sesuatu sesuai kemauanku sendiri.” Katanya yang kemudian tersenyum lebar.
###
Dihari yang sama, dua orang lelaki duduk disebuah bangku panjang taman yang terlihat ramai untuk berolahraga dan berakhir pekan. Mereka berdua tampak masih kelelahan setelah berlari berkeliling beberapa kali di area taman yang cukup luas di tengah kota itu. Memang sudah menjadi kebiasaan dari keduanya untuk melakukan rutinitas itu ketika mendapat hari libur bersama. Duduk di salah satu bangku dan mengobrol setelah banyak berkeringat. Senpai dan kohai* ini selalu terlihat bersama kecuali saat bertugas, walaupun anehnya di mana si kohai bertugas dalam pekerjaannya, entah bagaimana selalu ada si senpai disekitarnya.
Beruntung, adik dari si senpai tidak melihat mereka saat ini, karena sudah dipastikan julukan itu akan keluar dari bibir mungilnya, “dasar homo.” Dengan pandangan jijik.
“Hei, Aoki, aku ingin meminta tolong padamu. Karena aku tidak bisa selalu berada didekat Aika-chan, aku ingin kau melakukan sesuatu.”
“Yuuki-san, ada apa? Kau membuatku takut. Tolong jangan memberi pesan kematian seperti ini.”
“Kau pikir aku mau mati?! Aku cuma mau dipindah tugaskan ke divisi kereta waktu!”
“Benar-benar membuat khawatir. Lain kali cobalah untuk mengatakannya dengan lebih jelas. Jadi, apa yang ingin senpai untukku lakukan?”
“Akan ku ceritakan sesuatu tentang Aika-chan, dan sebelum aku selesai bercerita jangan memotongnya, mengerti?!”
“Baiklah, aku mengerti. Tolong gunakan istilah yang mudah ku pahami.”
###
Ayah Aika-chan menghilang saat mencari seorang penjelajah masa depan, dan waktu itu dia baru berusia 7 tahun. Saat aku dan ayah datang ke apartemen miliknya, ia sedang duduk di depan pintu menunggu ayahnya kembali. Itu sudah beberapa minggu setelah hari ayahnya pergi.
Setelah ayah membujuknya untuk tinggal dengan kami sampai paman kembali, dia meminta sesuatu yang lain. Menjadi seorang penjelajah waktu. Ayah menolak dengan tegas karena tau, anak itu pasti ingin pergi untuk menemui ayahnya dan mengubah takdir. Lalu karena Aika-chan memohon selama berhari-hari, akhirnya ayah yang sangat menyukai anak manisnya itu mengijinkannya ikut pergi menjelajah waktu. Walaupun hanya sekedar ikut untuk menjadi pengawas bersama ayah, Aika-chan terlihat sangat senang. Tentu saja, dengan wajah terharunya ayah terlihat lebih senang dari pada anak perempuannya.
Oh, sepertinya aku belum memberitahumu. Ayahku dan ayah Aika adalah anak angkat kakek yang seorang profesor. Ayah dan paman berasal dari panti asuhan yang sama. Karena mereka selalu terlihat bersama dan tidak mudah dipisahkan, ayah selalu menganggap mereka saudara kembar. Walaupun ayahku sebenarnya lebih tua dua tahun, karena itu dia menganggap Aika-chan juga anak kandungnya. Yamada adalah nama dari kakek, dan paman hanya menggunakan nama depannya yang kakek berikan serta tidak mengubah nama keluarganya. Dan aku memakai nama keluarga ibuku yang sudah berpisah dengan ayah. Itulah alasan nama kami berbeda. Hahaha... lucu, kan?!
(Kalau tidak diceritakan terasa agak rumit!)
Saat usianya 9 tahun, Aika-chan diijinkan menjadi seorang pengawas dengan syarat aku selalu ikut dan menjadi partnernya. Saat itu dia manis sekaliiii..... sangat penurut dan sopan. Untunglah aku menyimpan banyak fotonya saat itu, hahaha..... walaupun sebagian ketahuan olehnya dan dia marah besar. Tapi sekarang dia juga masih manis walaupun dengan cara berbeda, benar, kan?! Adikku yang tsundere* itu sangat kawaii, benar, kan?! Ahahaha..... apalagi saat dia_Ehem! akan kulanjutkan. Oi, oi!! Berhenti memandangiku seperti itu, aku ini memang siscon*! Baiklah, ini terjadi beberapa bulan setelah Aika-chan menjadi seorang pengawas.
Kami bertugas untuk mencari seorang anak laki-laki dengan kucing hitam. Pemilik sebelumnya dari kucing itu seorang nenek yang tinggal sendirian dan mendapat kesempatan menjadi seorang penjelajah untuk kedua kalinya. Tetapi sehari sebelum si nenek pergi untuk menjelajah, ia meninggal karena sakit yang dideritanya. Dan tiket berbentuk liontin itu berada dileher si kucing milik beliau. Kami berdua membujuk anak kecil tetangga nenek itu untuk memberikan liontinnya pada kami, jadi dia bisa memiliki kucing hitam itu. Tapi anak itu selalu menolak dan takut pada kami. Lalu kami tau, di taman tempat ia biasa bermain seorang diri dari seorang anak lelaki yang lain yang selalu menyapanya dan mengajaknya bicara. Aku dan Aika-chan mendekati anak lelaki kedua untuk mencari tahu anak pemilik kucing. Anak itu mengatakan kalau Yukine, anak lelaki pemilik kucing, anak yang baik. Dan jika kami bersabar, Yukine pasti akan memberikannya. Beberapa kali kami pergi ketahun itu untuk menyelesaikan misi mengambil kembali tiket waktu, dan aku senang saat Aika-chan mendapat banyak teman di sana. Wajahnya saat itu benar-benar kawaii..... oh! Yah, kami gagal dalam tugas dan kehilangan anak bernama Yukine, kucingnya dan juga tiket waktu. Lalu saat kami hendak kembali sesuatu terjadi. Panti asuhan yang berada tidak jauh dari taman bermain itu mengalami kebakaran hebat. Dan kami menyadari anak kedua yang selalu membantu kami di tahun itu salah satu anak penghuni panti. Dengan panik kami berlari ke arah keramaian orang-orang yang mengelilingi area gedung yang terbakar. Semua anak sudah berhasil keluar dengan selamat, kecuali anak itu.
Tiba-tiba Aika-chan berlari masuk kedalam bangunan yang terbakar. Sebelum itu terjadi dia mengatakan ini padaku, “Kakak, tidak masalah, kan? Kalau cuma melanggar aturan sekali? Karena aku benar-benar harus menolongnya.” Dia tidak bisa dihentikan, pemberani, dan tidak pernah menyesali perbuatannya jika menurutnya itu baik. Saat itu aku khawatir sekali.
Hei! Aoki, ada apa dengan wajahmu? Jangan bengong dan dengarkan aku!
Aku ikut mengejarnya saat tiba-tiba ayah datang dan berada di sampingku karena kami belum juga kembali dari waktu yang diberikan. Tetapi kami kehilangan Aika-chan dan juga anak itu. Dan ketika divisi keamanan serta divisi informasi melacaknya, Aika-chan sudah berada di tahun kami berasal bersama anak itu di sebuah rumah sakit.
Setelah mengembalikan anak lelaki itu ketahunnya, kami menghapus ingatan Aika-chan tentang pelanggaran aturan pertamanya.
(Kenapa kalian menghapusnya?)
Eh?! Kenapa? Itu karena.... kenapa aku harus menjelaskannya padamu? Sebagai pengawas kau tau aturannya, kan?! Tidak ada ikut campur dan emosi dalam menjalankan tugas apalagi takdir masa lalu orang-orang yang kita temui.
Sebenarnya itu kedua kali Aika-chan melakukannya. Yang pertama saat ia masih sering mengikuti ayah menjalankan tugas. Karena anjing kecil milik salah seorang penjelajah tiba-tiba pergi berlari keluar rumah, Aika-chan segera mengejarnya. Dia berhasil mendapatkannya. Tetapi tiba-tiba anjing itu kembali berlari ke tengah jalan. Dengan kecepatan yang aku sendiri bahkan tidak tau, saat itu aku juga ikut membantu ayah, Aika-chan berlari dengan sangat cepat dan menangkap anjing itu hingga terjatuh membentur pembatas jalan. Saat sebuah mobil hampir menabraknya, aku dan ayah pucat pasi. Kami sangat khawatir padanya, tapi dia yang mengalami luka lecet malah tersenyum dan mengatakan kalau anjingnya baik-baik saja.
Satu hari setelahnya, salah satu orang dari divisi informasi memberitahu kalau anjing yang Aika-chan selamatkan, sebenarnya memang akan meninggal. Tetapi dari informasi sabelumnya yang menyatakan mati akibat kecelakaan berubah menjadi mati karena tenggelam.
“Padahal aku sudah menolongnya, tapi dia tetap mati.” Dia menangis sejadi-jadinya, seperti anak kecil normal lainnya.
“Itu sudah menjadi takdirnya, Aika. memang sudah seharusnya seperti itu.” Kata ayah menenangkannya.
Setelah penghapusan ingatan pertamanya, pelanggaran yang Aika-chan lakukan lebih sering dari sebelumnya.
Ada seorang penjelajah wanita asal inggris, aku masih ingat kakak cantik itu. Dia ingin tau bagaimana peristiwa kecelakaan yang dialami ibunya dan dirinya yang saat itu baru berumur satu tahun. Kecelakaan terjadi malam hari saat mereka baru saja pulang dari rumah mertua ibu muda itu. Salju yang terus turun akhirnya berhenti saat mobil yang mereka naiki melintasi jalan yang sepi dan dingin. Kami terus mengamati dari pinggir jalan di balik pohon yang sudah tak berdaun. Tempat itu terlalu gelap karena jauh dari rumah atau bangunan yang lain. Jaraknya setengah kilometer dari toko tempat kami sebelumnya beristirahat.
Mobil yang dikendarai melewati tikungan dan mengalami slip ban. Dari tempat kami mengamati, ibu muda itu berusaha menguasai kemudi. Tetapi gagal dan menabrak pembatas jalan hingga mobil masuk ke dalam sungai yang hampir sebagiannya membeku. Aku menemani kakak itu yang terlihat sangat shok dengan peristiwa yang dilihatnya. Wanita itu hendak berlari, tapi segera Aika-chan hentikan. Dan dia sendiri malah berlari menuju sungai tempat mobil itu berada.
Aika-chan masuk ke bibir sungai, berusaha membuka pintu mobil yang sulit dibuka dan terlihat berusaha memukul kaca samping mobil supaya pecah. Tapi tenaganya tidak sebesar itu. Ia memanggil sang ibu yang tidak sadarkan diri dengan posisi bagian bawah tubuh terjepit, padahal air sungai sudah menenggelamkan setengah bagian mobil.
“bertahanlah.... bertahanlah...” katanya hampir menangis. Dia bahkan memanggil tim penyelamat. Dan terus menemani di sungai yang lebih dingin dari sebelumnya. Akhirnya aku pergi meninggalkan kakak inggris yang sedang pingsan di tempat kami sebelumnya bersembunyi.
“Pergilah!” kata sang ibu berusaha tetap tersadar dengan sabuk pengaman yang masih dipakainya dan kepala menyandar kaca pintu. Sedangkan anaknya yang masih bayi itu berada di kursi penumpang dengan posisi kursi tinggi khusus bayi. Masih tertidur dengan tenang dan aman.
“Kau anak baik, terimakasih sudah memanggil bantuan. Pergilah, kau akan membeku jika berada disini. Bawa dia pergi.” Katanya menyuruhku.
Dan tidak ada pilihan lain selain aku juga ikut campur. Aku memecahkan pintu tempat bayinya berada dan mengeluarkannya. Hei, ini rahasia, mengerti! Masih beruntung kami tidak ketahuan dan tidak mendapat hukuman. Atau mungkin kami sudah ketahuan tetapi seseorang melakukan sesuatu untuk kami.
“Aku mohon bertahanlah!”
Akhirnya aku menarik Aika keluar dari sungai. Dan air sungai sudah membuat bagian depan mobil tenggelam seluruhnya hingga menenggelamkan sang ibu ke dalam air sungai itu. Hingga satu menit kemudian tim penyelamat datang dan menarik mobil dari sungai. Bayi itu kami berikan pada tim penyelamat. Dan sang ibu, tentu saja, seperti yang sudah seharusnya, meninggal dalam kecelakaan.
Tapi aku berpikir jika apa yang Aika lakukan memang sesuai takdir. Jika ia tidak berlari ke sana atau tidak memanggil tim penyelamat, maka tidak ada yang selamat dalam kecelakaan di jalan yang lengang itu.
Yang satu ini apa aku juga harus menceritakannya? Kalau Aika-chan mendengarnya dia pasti akan mengejekku. Namanya Ueda Ihara.
(Gadis yang katanya Yuuki-san sukai dan sering senpai kunjungi itu?!)
Eh?! Bagaimana kau tau? Pasti Aika-chan, ya? Ah, dia memang selalu memperhatikan kakak tercintanya ini. Manis sekali!
Kali ini kami pergi untuk melihat keseharian ayah Ihara beberapa bulan sebelum ayahnya meninggal karena sakit yang diderita beliau.
Kami memikirkan berbagai cara untuk bisa berbicara dan bisa membuat Ihara dan ayahnya bisa berhadapan. Dan akhirnya secara tiba-tiba, Aika-chan mengusulkan sesuatu. Berpura-pura menanyakan sebuah alamat pada tuan Ueda. Karena aku tidak tahu seseorang dari tahun itu, jadi aku menanyakan tentang alamat dan nama dari orang yang ada di tahun ini. Tentu saja beliau tidak tahu.
Saat itu kami berada di beranda rumahnya, melihat Ihara yang masih belajar berjalan dengan bantuan kursi bayi beroda. Aika-chan memprotes lelah padaku dan Ihara di depan tuan Ueda setelah banyak bertanya pada orang-orang, yang sebenarnya cuma kebohongan. Dan kami mendapat tawaran untuk beristirahat di sana. Karena saat itu hanya ada tuan Ueda dan Ihara kecil tanpa orang yang dikenal Ihara di masa depan, kami menjadi leluasa untuk banyak bertanya.
Aku merasa sedikit tidak enak saat ingin memisahkan mereka karena waktu kami sudah hampir habis, Aika-chan terlihat agak kesal padaku.
“Biarkan mereka. Kakak tidak pernah jauh dari ayah, jadi tidak tahu perasaan merindukan sosok ayah.” Kata Aika-chan membujukku yang hendak memprotesnya. Mendengar hal itu aku tidak bisa berkata apapun, karena dia benar. Mungkin karena Aika-chan memiliki perasaan yang sama maka dia bisa memahaminya.
Setelah kami asik mengobrol dan membuat Ihara dan ayahnya banyak bercerita tentang hal yang mereka sukai. Kami sedikit kurang mengawasi Ihara kecil. Setelah diturunkan dari kursinya, Ihara kecil mulai merangkak ke bibir beranda tempat kami duduk. Dengan di bagian bawahnya sebuah kolam ikan kecil berbatu yang cantik. Ihara kecil berusaha menggapai-gapai kolam itu dan hampir terjatuh, sebelum Aika-chan berlari dengan cepat dan menangkapnya. Akhirnya, Aika-chan yang ada di dalam kolam dan Ihara kecil berada dikedua tangannya, diangkat di atas tubuhnya.
Walaupun akhirnya Ihara kecil terluka karena kakinya terantuk bebatuan pinggir kolam.
Ihara menunjukkan pada kami berdua sebuah bekas luka, yang menurut ibunya itu terjadi ketika dirinya terjatuh saat bermain dengan ayahnya. Tapi sekarang ia sudah tau alasan sebenarnya bekas luka dilututnya itu.
Dia selalu mengikuti kata hati dan nuraninya untuk menolong. Dan itu malah membuat takdirnya sesuai. Walaupun ada beberapa hal yang berubah pada masa depan penjelajah setelah apa yang ia lakukan.
“Kakak, kenapa tidak kita lakukan itu?” kata Aika-chan memberi ide padaku sambil berbisik.
“Lakukan apa?”
Dia mengeluarkan ponselnya dan mengatakan akan membuat kenangan untuk mereka. Karena tiba-tiba ia berbicara seperti itu, aku panik jika dia akan mengubah sesuatu yang memang tidak ada di masa depan Ihara.
“Kak Ihara, ini hadiah perpisahan untuk kakak.” Kata Aika-chan setelah kami menyelesaikan misi dan mengantar Ihara di tahunnya.
Akhirnya kami memberi Ihara sebuah foto ayahnya yang secara diam-diam kami ambil ketika beliau sedang mengobrol dengannya di beranda. Ihara sangat senang dengan hadiah yang kami berikan. Dan berterimakasih dengan... wajah yang sangat cantik. Kau tidak percaya? Apa-apaan wajahmu itu, lain kali akan ku kenalkan padamu.
(Sepertinya tidak usah, tidak apa-apa.)
Baiklah. Aku sangat senang melihat ekspresi Ihara saat itu.
Tapi pada akhirnya ayah tahu dengan apa yang kami lakukan. Pelanggaran yang banyak kami lakukan dalam satu kali tugas membuat para kepala divisi marah besar. Salah satunya karena kami terlalu banyak berbicara dengan orang dari masa lalu. Kami mendapat peringatan keras atas apa yang kami lakukan.
Setelah “diadili” mendapat peringatan serta hukuman dari para kepala divisi, kami dipanggil ayah ke ruangannya. Ayah benar-benar marah saat itu, karena itu beliau mengatakan hal yang menurutku memang bentuk kasih sayangnya pada Aika-chan. Ayah mencemaskannya.
“Ayah sangat kecewa dengan kalian, terutama padamu Yuuki. Kau seharusnya menjadi panutan yang baik untuk adikmu, atau sebagai pengawas. Tapi kalian malah bertindak seenaknya!” Kata Ayah melotot padaku.
“Aku minta maaf.” Kataku.
“Aika, apa kamu tidak bisa menghilangkan rasa simpatimu pada para penjelajah? Kalau kamu masih ingin berada di Exsters, kamu hanya harus tidak peduli dengan mereka. Para pengawas harus memiliki ‘ketidak pedulian’ pada masa lalu penjelajah, karena itu menentukan masa depan mereka.” Ayah bahkan masih menggunakan kata ganti “kamu” pada Aika-chan.
“Tidak peduli?! Jadi aku hanya harus tidak peduli, itu yang anda mau, kan?! Kalau itu bisa membuatku tetap ada disini, aku akan melakukannya.”
“Itu lebih baik kalau kamu mengerti dan masih ingin berada disini, Aika. dan kau juga, Yuuki. Malam ini, pergi dan temui kakek kalian. Dan jangan membuat kakek lebih khawatir, mengerti?!”
“Aku mengerti, pak kepala Yamada.” Kata Aika-chan dengan dingin.
Saat itu aku mengira kata-kata Aika-chan hanya bentuk kekecewaan atau kemarahannya pada kami yang tidak bisa mengerti dirinya. Tapi akhirnya kami sadar, dia benar-benar serius dengan itu.
Aku melihat ekspresi wajahnya yang berubah saat kami berjalan keluar dari gedung bersama. Karena khawatir aku bertanya padanya apakah dia baik-baik saja.
“Tidak apa-apa. Jangan hawatir, aku hanya ingin pulang sendiri, Tachibana-san.”
Sejak saat itu dia berhenti memanggil ayahku dengan sebutan ‘ayah’ dan berhenti memanggilku onii-chan. Dan adikku yang kawaii berubah menjadi dingin dan agak kejam.
Jadi, Aoki, aku ingin kau menggantikanku untuk mengawasi Aika-chan. Selama ini aku selalu mengikuti saat kalian bertugas untuk mengawasinya, tapi sekarang sudah tidak bisa. Aku tahu selama ini dia sudah tidak melanggar aturan lagi seperti dulu, tapi untuk berjaga-jaga, aku minta tolong padamu. Aku takut dia melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan.
(Baiklah, aku mengerti, Yuuki-san.)
Wah, aku jadi merindukan adik manisku. Pagi ini aku belum menemuinya. Aika-chan....
(Siscon!)
###
Aika masih memandang dengan tidak percaya benda yang diperlihatkan tepat di depan wajahnya. Dalam hatinya dia percaya dengan yang dilihatnya, tapi sebagian dirinya yang lain menolak untuk percaya.
“Apa kau masih tidak percaya setelah melihat ini?” Haru yang sedang memperlihatkan jam saku segera mengangkat tangannya tinggi, sebelum tangan Aika sempat merngambil jam saku hitam darinya. Jam saku yang Aika tahu adalah milik ayahnya. [2.??!!!! Itu, kan... |1.Kakak, tolong rekam itu untukku! Aku harus melakukan sesuatu sebelum ibu kembali.]
“Bagaimana aku bisa mempercayaimu? Kau bisa saja membuat tiruannya.”
“Tapi kau sendiri tau kalau ini asli hanya dari melihatnya, benar, kan?!”
“Lalu apa kau mencurinya dari ayahku? Dimana ayahku?”
“Kenapa aku harus mencurinya? Ayah sendiri yang memberikannya padaku. Tentu saja, karena aku anaknya.”
“Hah?!” lagi-lagi dia mengatakan hal itu! yang benar saja!
Haru yang tampak tidak memedulikan tanggapan Aika dengan yang diucapkannya, tampak menikmati pembicaraan mereka. “Aku bisa membawamu pada ayah. Karena itu awal tujuanku mencarimu. Tapi sebelum itu, kau harus menjadi anak baik dan patuh pada kakakmu ini.” Dia kembali nyengir dan terlihat bersemangat dengan gelarnya sebagai kakak Aika. Hingga gadis itu sempat merinding dibuatnya.
Dia segera kembali memasukkan jam saku hitam ke dalam kantung celana. Haru masih melanjutkan, “setelah aku mengatakan ‘baiklah’ padamu.” Katanya berjalan melewati Aika yang masih berpikir.
Dalam benak Aika, bagaimanapun, ia harus menemukan ayahnya dan membawanya kembali.
“Dari tahun berapa kau datang?” tanya Aika balik badan. Mengamati gerak-gerik lawan bicaranya.
Saat itu Haru sudah menaruh tas olahraga yang ia bawa di samping sofa. Kemudian merebahkan diri dengan nyaman di atas sofa panjang yang terlihat nyaman.
Haru kembali tersenyum, tetapi dengan kemisteriusan di dalamnya. “Jauh sebelum kau dilahirkan.” Terdengar sedikit kesedihan dalam caranya bicara, tapi Aika tidak menyadari itu. Dia hanya terkejut mendengarnya. Penjelajah masa depan?! Pikirnya. “Aika, aku mau istirahat sebentar. Setelah bangun aku ingin kau mengajakku berkeliling di tahun ini. Oyasumi*.” Dia berbicara dengan santainya tanpa menghilangkan senyuman. Lalu membenamkan diri ke arah punggung sofa.
Setelah diperhatikan, Aika sempat berpikir tentang apa yang baru saja anak lelaki asing itu lakukan sebelumnya. Pakaian jersey berwarna putih biru dengan logo sekolah dan tas olahraga, pasti baru saja pulang dari kegiatan klub olahraga yang diikutinya atau selesai bertanding.
Aika dengan tarikan tangannya yang kecil, dengan kata lain sekuat tenaga-menarik bagian punggung jersey yang dikenakan Haru.
“Hei, kau! Kalau mau tidur kenapa harus di rumahku? Sana pulang ke masamu! Kau pikir ini rumahmu! Orang aneh.” Katanya dengan nada kesal yang akhirnya jatuh terduduk dibawah sofa tanpa bisa menggerakkan sedikit saja posisi tidur tamunya.
“Aku harus tau di mana ayah.” Ucapnya lirih dan kembali mencengkeram bagian jersey yang sebelumnya dia tarik. “Hei, bagaimana kabar ayahku?” ia kembali tenang.
“Ayah selalu menghawatirkanmu.” [1.Kakak, mode game! Ibu sudah kembali dan berjalan kemari, cepat!! |2.Apa kau tidak bisa mengatakannya lebih cepat?!! ]
Gadis itu terbelalak dengan mata berkaca. Dia segera berdiri dengan kedua lututnya, berusaha melihat wajah lawan bicaranya untuk bertanya beberapa hal lagi. Tapi dari wajah yang hanya terlihat dari samping itu, suara napasnya yang terdengar halus dan teratur terdengar. Si orang aneh sudah terlelap. Terlihat kelelahan. Aika mengurungkan niatnya.
Dia kunci untuk bertemu ayah! Batinnya dengan wajah tampak lebih cerah dari sebelum-sebelumnya.
--------------cat.kaki:
*Tadaima: aku pulang
*Kohai: junior
*Tsundere: karakter dengan pandangan mata tajam dan cara bicara cukup kasar tetapi sebenarnya ia baik. Dari kata “tsun-tsun” (membuang muka) dan “dere-dere” (penuh kasih sayang)
*Siscon: dari serapan bahasa inggris “sister complex”. Siscon memiliki arti terlalu menyayangi adik perempuan sendiri hingga over-protective. (Dalam anime yang pernah saya tonton, sang kakak hanya merasa ingin lebih mendapat perhatian dan kasih sayang dari si adik.)
*Oyasumi: selamat tidur/selamat istirahat.