Prolog
Kini aku berdiri termangu menatap keramaian dan kemewahan negeri ginseng ini, saat ini aku baru saja tiba di bandara Incheon – ini kali ke 5 aku ke negri korea ini setelah 10 tahun berlalu. Iya, 10 tahun yang lalu aku menghabiskan masa SMA di negri ini, menghabiskan masa remaja akhir ku dengan berbagai konflik dan kisah yang tak biasa.
Walau pun ini sudah kali kelima aku ke negara ini setelah masa SMA ku, aku tak pernah berniat untuk bertemu mereka kembali, entahlah… kenangan itu.
ahhh.. apa kabar dia.
Ratusan orang dengan berbagai ras wajah dari Negara asal mereka berlalu lalang, ahh perasaan ini kembali lagi mengingatkan aku pada awal diriku tiba di negri ini hingga akhirnya aku bertemu dengannya.
“sarangheo, apa itu tidak cukup untuk menahan mu untuk tetap disini bersama ku ?. Apakah besar rasa ku untuk mu tak bisa mengubah niatan mu untuk tetap tinggal?. Kenapa baru kau katakan padaku bahwa antara kau dan aku terbatas oleh tembok yang kokoh dan besar itu? aku… benar benar mencintaimu, apakah bisa kita mengabaikan tembok itu , apakah bisa besar rasaku kepadamu menghancurkan itu?”
Pengakuan itu masih jelas di ingatanku, lelaki seperti dia, sedingin dia, searogan dia, mengatakan cinta pada ku. Hahaha kepalaku menggeleng tak ingin mengingat itu lagi. Mungkin sekarang dia telah bahagia dengan pasangannya, ahh apakah dia tetap dia yang seperti dulu? sudahlah.
Aku mempercepat langkah, sudah terlihat di sana staf cabang dari perusahaanku di negri ginseng ini telah menungguku. Aku memasuki mobil yang akan membawaku ke apartemen yang aku tempati sejak kali pertama aku kembali menginjakan kaki di Negara ini, sepanjang jalan aku selalu mengingat kenangan yang tak terlupakan itu, Sejenak aku berfikir aku tak ingin lagi berjumpa dengan dia, membuka kenangan lama dan membuka hati ku lagi untuknya. “tentang cinta yang rumit”