Ini adalah kisah tentang si kembar Arkan dan Arsen, semua selalu bilang kisah mereka pasti sempurna dengan wajah yang bisa dibilang sangat tampan dengan harta orang tua mereka yang kaya pastinya kisah mereka semua sempurna. Tapi nyatanya kisah mereka tak sesempurna itu, karna orang tua mereka yang bercerai membuat mereka saling membenci. Ini kisah Arkana Nico Cannavaro dengan segala kasih sayang dari kedua orang tuanya tapi tak pernah mendapatkan wanita yang mencintainya dengan tulus, semua wanita yang mendekati nya hanya karena harta dan ketampananya saja. Dan ini kisah Arsena Nico Cannavaro meskipun iya tinggal bersama ayahnya tapi tak sekalipun ayahnya memperdulikan dia yang penting untuk ayahnya ada Arkan Kaka kembarnya bukan dia apa lagi bagi bundanya mungkin tak pernah sedikitpun mengingat bahwa dia juga darah dagingnya, yang Arsen punya hanya Rio dan Alvin sahabat yang selalu ada untuk nya dan juga Kyla pacarnya, wanita yang begitu mencintai nya tanpa perduli dia seperti apa, tanpa perduli kurangnya dia.
~Arsen
"Den sarapan nya dimakan dulu" ucap mbok min pembantu yang dari kecil mengurusku
"Ngga deh mbo udah siang soalnya takutnya Arsen telat nanti" cuma mbo min yang dari kecil mengurusku dengan kasih sayang dia sudah seperti sosok bunda yang tak pernah ada bagiku. Saat aku melewati meja makan aku liat ayah sedang menyantap sarapan nya tanpa pamit aku langsung melewati nya
"Arsen bisa kamu sopan sama ayah" ucap ayah tajam tapi tak ku hiraukan dan langsung menaiki motorku.
Aku dan Arkan satu sekolah hanya beda kelas dan kita tak pernah saling bicara hanya tatapan tajam yang saling kita lemparkan.
Setiap pagi rutinitas ku selalu berkumpul dikantin sebelum kekelas meskipun sebenarnya kita satu kelas.
"Kamu pasti belum makan ya" ucap Kyla dan langsung menyuapiku bubur miliknya.
"Hehe abis tadi ada ayah jadi males padahal yah tadi tuh mbo min udah bikin nasi goreng udang kesukaan aku" ucapku sambil menunggu Kyla menyuapiku lagi
"Eh Yo nanti gue nginep rumah Lo ya" ucapku pada Rio
"Kebiasaan ya Lo kalau ada bokap lo pasti ga pernah mau dirumah" ucap Rio
"Hehe males abisnya pasti bokap ngoceh terus bangga-banggain Arkan malesin banget deh mending di rumah Lo nyokop lo kan sayang gue banget" memang mama nya Rio tak pernah membedakan aku, Alvin dan Rio, mama Rio menyanyaki kami layaknya dia menyayangi Rio. Kadang aku berpikir kenapa bunda tak seperti mama Rio.
"Pagiii cabat-cabatkuu" ucap Alvin yang langsung menyambar suapan Kyla untuk ku
"Ah elo itu kan buat gue"
"Abisnya elo tiap pagi mintanya di suapin ayang Kyla mulu gue kapan di suapin ayang Kyla" ucap Alvin dengan nada sok manisnya. Memang saat kita berkumpul seperti ini sifat kita pasti konyol berbeda dari image kita yang cool boy
"Ahaha udah ah yu kekelas nanti keburu bel lagi" ucap Kyla. Aku dan Kyla beda kelas aku IPA 1 sedang kan Kyla IPA 2.
Saat berjalan menuju kelas pasti selalu kita lalui dengan candaan apalagi Alvin yang memang doyan becanda di antara kami memang Alvin yang paling ramah.
Sesampainya di depan kelas, Kyla pasti menyemangati ku belajar. Ah gadis itu selalu saja membuat hati ku bahagia.
~Arkan
"Sayang kamu makan dulu ya, nih bunda udah nyiapin sarapan kesukaan kamu" ucap bunda lembut.
"Arkan udah kesiangan bun minum susunya aja ya" ucapku dan menghabiskan susu ku setelah itu mencium pipi bunda
"Arkan berangkat bun" aku langsung menyalakan mobilku menuju sekolah.
Saat aku berjalan menuju kelas aku melihat Arsen dan sahabat-sahabatnya serta Kyla, jujur aku iri dengan Arsen dia punya sahabat yang selalu ada buat dia tidak seperti teman-teman ku yg hanya ada maunya hanya Risya yang menjadi sahabatku , dia juga berprestasi di bidang akademik apalagi matematika dan fisika, dia juga sangat pandai bermain basket bahkan sejak kelas satu dia sudah di incar untuk jadi kapten basket. Sedangkan aku meskipun tak sepintar dia di matematika dan fisika aku selalu menang dalam lomba debat mau bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris, selain itu aku juga sering menang dalam lomba biologi dan aku juga kapten futsal dan ketos.
Yang paling membuat aku iri dengannya karena dia bisa mendapatkan cinta seorang Kyla gadis yang sejak awal masuk sekolah ini aku incar tapi sayang dia telah menjadi milik kembaranku sejak mereka SMP yang aku tau dari Risya mereka dulu sahabatan hingga akhirnya memilih untuk pacaran.
Kyla gadis yang ramah pada siapapun, senyumnya selalu memikat, untungnya aku sekelas dengannya jadi setiap hari bisa selalu melihat senyumnya.
"Hai Kyl" sapaku
"Eh hai Ar, tumben baru nyampe sesiang ini?" Tanyanya
"Iya tadi kesiangan terus macet juga" ucap ku sambil duduk di bangku ku sedangkan Kyla duduk di samping Risya. Aku melihat Kyla tertawa saat Risya berceloteh.
"Woy di liatin aja suka ya lo sama Risya" ucap Bagas teman dekat ku di kelas sekaligus teman sebangku ku
"Ah apa sih lo gas, lagian siapa yang suka sama Risya, Lo kan tau gue sama dia sahabatan" ucap gue nyolot
"Oh atau Lo suka sama Kyla ya? Eh tapi ga mungkin dia kan pacar Ade lo, eh tapi mungkin juga sih" tanya nya yang di jawab sendiri olehnya, aku tak mau lagi mendengarnya dan lebih memilih berkutat dengan pr matematika ku.
Setelah beberapa jam belajar jam istirahat pun tiba.
"Eh aku duluan ya Ris takut Arsen sama yang lain nunggu" pamitnya pada Risya dan Risya hanya tersenyum lalu berjalan ke arah ku
"Taman yu gue udah siapin makanan buat Lo, tadi kata Tante Lo ga sempet sarapan kan jadi gue di suruh bawain" gue hanya mengikuti dia ke taman sekolah.
"Lo masih suka sama Kyla?" Tanyanya
"Harusnya tanpa gue jawab Lo tau" aku liat Risya mulai memakan bekalnya akupun ikut membuka bekal darinya.
~Arsen
Sepulang sekolah aku langsung kerumah ngambil baju dan buku buat besok.
Tapi sepertinya aku salah harusnya aku langsung kerumah Rio jadi tak perlu melihat perdebatan bunda dan ayah, bunda dan ayah memang tak tinggal satu rumah tapi bunda sering datang kerumah ntah untuk apa tapi ujungnya selalu perdebatan tentang Arkan seperti sekarang.
Aku berusaha untuk tak perduli, aku langsung nyelonong masuk kamar.
"Itu tuh didikan kamu, ga ada sopan santun nya, makannya ajarin sopan santun dong mas" ucap bunda
"Yang harus nya mendidik itu kamu, ibunya bukan saya"
"Tapi kita kan udah sepakat saya mendidik Arkan dan mas mendidik Arsen, jadi mas dong yang ga bisa didik anak"
Sudah cukup aku bosan dengan segala perdebatan meraka.
Aku langsung berdiri di depan mereka menatap mereka sinis.
"Kapan kalian puas dengan perdebatan kalian, Arsen bosen dengernya, oh iya ga perlu urusin Arsen lagi. karena apapun yang Arsen lakuin akan selalu salah dimata kalian" ucapku sinis. Aku langsung meninggalkan mereka, melajukan motor dengan kecepatan tinggi.
Aku menjalankan motor ku ke rumah Kyla.
Sore ini memang hujan membuat bajuku bahas. Aku menekan tombol bel rumah Kyla tak perlu waktu lama Kyla langsung membuka pintu
"Kamu kenapa ujanan? Yu masuk" aku berjalan masuk rumahnya dan duduk di kursi tamunya.
"Bentar aku bawain handuk sama baju ganti kamu dulu ya"
Orang tua Kyla memang jarang di rumah karena urusan bisnis mereka, dirumah ini aku juga punya kamar sendiri karena orang tua Kyla hanya punya satu anak mereka jadi sangat menyayangi ku dan mempercayakan Kyla padaku.
"Nih kamu ganti baju dulu gih aku mau bikin sup sama ambil obat buat kamu badan kamu anget soalnya"
Aku berjalan ke arah kamar mandi, mengguyur tubuhku dengan air shower, setelah beres mandi dan memakai baju aku berjalan ke atas ranjang kepalaku mulai sedikit pening efek keujanan mungkin.
Tanpa terasa aku ketiduran dan Kyla membangunkan ku
"Sayang" ucap Kyla pelan
"Makan dulu ya, aku udah masakin sop buat kamu" dia langsung menyuapiku.
Hanya beberapa suapan saja yang mampu ku makan, bukan karena masakan dia tak enak, masakan nya selalu enak tapi lidahku saja yang sedang bermasalah
"Udah ya" diam sesaat pusing itu terus menyerang ku
"Kamu kenapa? Tadi mbo min nelpon katanya kamu pergi dari rumah"
"Rumah aku itu kamu Kyl, buktinya aku sekarang di sini sama kamu itu artinya aku ga pergi dari rumahkan" ucapku.
Kyla langsung menghambur kan pelukannya pada ku, dia yang paling tau tentang aku dia yang akan selalu menjadi tempat ternyaman untuk pulang, dia yang selalu setia memelukku. Aku sayang kamu. Syakila Fredella Ulani.